NovelToon NovelToon
Menikah Tanpa Rasa, Jatuh Cinta Tanpa Sengaja

Menikah Tanpa Rasa, Jatuh Cinta Tanpa Sengaja

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Amelia greyson

Aku adalah seorang gadis desa yang dijodohkan oleh orang tuaku dengan seorang duda dari sebuah kota. dia mempunyai seorang anak perempuan yang memasuki usia 5 tahun. dia seorang laki-laki yang bahkan aku tidak tahu apa isi di hatinya. aku tidak mencintainya dia pun begitu. awal menikah rumah tangga kami sangat dingin, kami tinggal satu atap tapi hidup seperti orang asing dia yang hanya sibuk dengan pekerjaannya dan aku sibuk dengan berusaha untuk menjadi istri dan ibu yang baik untuk anak perempuannya. akan tetapi semua itu perlahan berubah ketika aku mulai mencintainya, namun pertanyaannya apakah dia juga mencintaiku. atau aku hanya jatuh cinta sendirian, ketika sahabat masa lalu suamiku hadir dengan alasan ingin bertemu anak sambungku, ternyata itu hanya alasan saja untuk mendekati suamiku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia greyson, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19

Di tengah percakapan sederhana itu, Arif mendapati dirinya terus mencuri pandang ke arah Amira. Senyum hangat gadis itu, caranya mendengarkan dengan penuh perhatian semua terasa berbeda, lebih berarti. Hatinya bergetar halus. Malam itu, tanpa ia sadari sepenuhnya, Arif mulai mengakui... ia takut kehilangan Amira.

Amira yang duduk di sebelahnya sesekali melirik Arif, merasakan kehangatan aneh mengalir dalam dadanya. Ia sadar, rasa itu semakin tumbuh, tak bisa ia tolak. Dalam hati, Amira berdoa diam-diam, semoga Arif bisa merasakan hal yang sama. Ia tak butuh janji, cukup kehadiran Arif yang tetap bersamanya.

****************************

Matahari pagi menyembul malu-malu di ufuk timur, mewarnai langit dengan semburat jingga yang lembut. Di rumah itu, suara kicau burung menjadi latar belakang suasana damai yang mulai membangun hari.

Amira bangun lebih awal dari biasanya. Setelah mencuci muka dan merapikan diri, ia melangkah ke dapur, bermaksud menyiapkan sarapan. Namun, betapa terkejutnya ia saat mendapati Arif sudah lebih dulu ada di sana, mengenakan kaus santai dan celana panjang, tampak sedang sibuk mengocok telur.

Amira berhenti di ambang pintu, menyaksikan pemandangan itu diam-diam. Ada sesuatu yang menghangat di dadanya rasa nyaman yang tak bisa ia jelaskan.

Arif menoleh dan tersenyum kecil. "Selamat pagi. Aku pikir, kali ini aku yang masak."

Amira mendekat, masih tersenyum. "Wah, luar biasa. Biasanya aku yang duluan, aku mengira kamu sedang berolah raga, ternyata kamu sedang memasak ya.”

Arif tertawa pelan, suaranya serak karena baru bangun tidur. "Sesekali, biar kamu yang santai."

Mereka bekerja sama di dapur dengan cara yang terasa begitu alami. Amira mengiris bawang, Arif mengaduk adonan. Sesekali tangan mereka bertemu tanpa sengaja, membuat keduanya saling melirik dan tersenyum malu.

Tak ada kata-kata manis, tapi suasana di antara mereka berbicara banyak keakraban, kenyamanan, dan rasa yang perlahan mengakar.

Saat sarapan tiba, Maira sudah duduk manis di meja makan, dengan mata berbinar melihat piring-piring berisi telur dadar, nasi goreng, dan potongan buah segar. Dikarenakan Amira Dan Maira yang sangat suka sekali dengan nasi goreng, jadi hampir setiap hari sarapan pagi mereka dengan nasi goreng.

"Ini buatan Papa sama Mama Amira?" tanyanya penuh semangat.

"Iya," jawab Amira sambil tersenyum. "Coba, enak nggak?"

Maira mengambil sesuap nasi goreng, mengunyah cepat, lalu mengacungkan jempol. "Enak banget!"

Tawa mereka memenuhi ruangan, sederhana, namun terasa lebih berharga dari apa pun. Amira merasa hatinya makin terpaut pada keluarga kecil ini, dan di sudut lain, Arif merasakan sesuatu dalam dirinya bergeser seperti pintu yang lama tertutup, kini perlahan terbuka.

Setelah sarapan, mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke taman dekat rumah. Maira berlarian sambil membawa balon warna-warni, sementara Amira dan Arif duduk di bangku taman, mengawasi sambil berbincang ringan.

"Aku nggak pernah menyangka," ujar Amira pelan, matanya mengikuti gerak lincah Maira, "kalau aku akan merasa sehangat ini."

Arif menoleh, memandang Amira dengan sorot dalam. "Aku juga. Awalnya... aku kira semua ini hanya formalitas. Sekadar memenuhi harapan orang tua."

Amira tersenyum pahit. "Pernikahan tanpa rasa, ya?"

Arif mengangguk pelan. "Tapi ternyata, rasa itu tumbuh dengan caranya sendiri."

Kata-kata Arif menggantung di udara. Amira menoleh, menatap wajah laki-laki itu dalam-dalam. Ada ketulusan di sana, sesuatu yang perlahan membalut luka-luka lama dalam dirinya.

"Aku bersyukur..." bisik Amira. "Karena akhirnya aku dipertemukan dengan kamu. Dengan Maira."

Arif menghela napas panjang, lalu tanpa banyak kata, ia meraih tangan Amira. Genggamannya kuat, seolah berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa kebahagiaan ini nyata.

Maira, yang melihat mereka dari kejauhan, bersorak riang, "Papa, MamaAmira, lihat! Aku bisa menangkap balonnya!"

Tawa mereka pecah, hangat, memenuhi ruang kosong dalam hati masing-masing.

Sore hari, setelah puas bermain, mereka pulang dengan hati penuh keceriaan. Maira langsung tertidur di mobil, kelelahan setelah berlarian seharian. Arif menggendongnya masuk ke kamar, sementara Amira menyiapkan air hangat untuk membersihkan gadis kecil itu.

Setelah semuanya beres, Amira dan Arif duduk kembali di ruang keluarga, ditemani cahaya senja yang temaram.

Arif membuka percakapan dengan suara dalam, "Amira, kalau suatu saat akumembuat kesalahan, mungkin tanpa sengaja, maukah kamu tetap bertahan?"

Amira menatapnya, matanya berkaca-kaca. "Selama kamu tetap jujur dan mau berusaha, aku akan bertahan, Arif. Aku bukan mencari kesempurnaan. Aku hanya mencari seseorang yang mau saling memperjuangkan."

Kata-kata itu menusuk lembut ke dalam hati Arif. Ia mengangguk perlahan, merasa untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia benar-benar mengerti apa itu pulang.

Mereka duduk lama dalam keheningan yang nyaman, menikmati sisa senja. Tanpa sadar, kepala Amira bersandar di bahu Arif, dan laki-laki itu membiarkannya, membiarkan hatinya membentuk ikatan yang lebih kuat dari sekadar kata-kata.

Malam tiba, namun kali ini terasa berbeda. Bukan sekadar malam biasa, melainkan malam di mana dua hati yang awalnya ragu, kini menemukan keberanian untuk tetap saling tinggal.

Sebelum tidur, Amira berdiri di depan jendela kamar, memandang langit bertabur bintang. Arif menghampirinya dari belakang, lalu tanpa banyak kata, memeluknya pelan.

"Terima kasih, Amira," bisik Arif, suaranya penuh emosi yang ditahan.

Amira menutup mata, meresapi hangatnya pelukan itu. "Aku juga... terima kasih sudah membiarkanku ada di sini."

Di bawah langit malam itu, di dalam rumah sederhana mereka, dua hati yang dulu asing perlahan menemukan rumahnya masing-masing satu sama lain.

Malam itu, setelah Arif melepas pelukannya, Amira berbalik menghadapnya. Mata mereka bertemu, dalam, seolah berbicara tanpa suara.

"Aku nggak tahu apa yang akan terjadi nanti," kata Amira lirih. "Tapi aku ingin mempercayai hari-hari kita."

Arif mengangguk pelan. "Kita jalani bersama. Perlahan, tapi pasti."

Amira tersenyum kecil, lalu menggenggam tangan Arif erat. Mereka berdiri di sana cukup lama, membiarkan kehangatan itu mengisi ruang di antara mereka.

Di balik pintu kamar, Maira yang terbangun sebentar tanpa sengaja mendengar percakapan itu, hanya tersenyum kecil sebelum kembali menarik selimutnya. Dalam hatinya, ia merasa... keluarganya akhirnya lengkap.

Malam itu berakhir dalam keheningan yang damai, membawa harapan baru bagi esok hari yang belum mereka ketahui tapi kini, mereka siap menjalaninya bersama.

Malam ini, Maira kembali memimpikan mamanya lagi, dia berlari ke kamar Papa, dan Mamanya, sambil menangis dia memanggil-manggil papa dan mamanya.

Arif yang mendengarnya pun langsung membuka pintu dan mengajak anak nya untuk masuk, akan tetapi Amira tidak terusik sedikit pun dalam tidurnya, Arif yang menenangkan Maira dengan diam-diam dan menyuruh anaknya untuk tidur ditengah2 mereka berdua.

1
leahlaurance
wow....so sweet,thor lebih diperhati ya banyak typo nya.
Hyyyyy Gurliiii🪲: Terimaksih banyak kak,
total 1 replies
leahlaurance
kaya dikit semacam ,satu imam dua makmum😅
Hyyyyy Gurliiii🪲: Haiiii kakak kak, maaaf yaaa sblum nya
Saya gak tau cerita ituuu 🤣
total 1 replies
leahlaurance
cerita ini kaya,curhat seoramg isteri.ayu usaha terus embak.
leahlaurance
mampir ,dan di bab ini sepertinya biasa juga.
leahlaurance
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!