Bukan terlahir dari keluarga miskin, tidak juga terlilit hutang atau berada dalam situasi yang terdesak. Hanya saja alasan yang masuk akal bagi Alexandra menjadi simpanan bosnya karena dia telah jatuh hati pada karisma seorang Damian.
Pertentangan selalu ada dalam pikirannya. Akan tetapi logikanya selalu kalah dengan hatinya yang membuatnya terus bertahan dalam hubungan terlarang itu. Bagaimana tidak, bosnya sudah memiliki istri dan seorang anak.
Di sisi lain ada Leo, pria baik hati yang selalu mencintainya tanpa batas.
Bisakah Alexandra bahagia? Bersama siapa dia akan hidup bahagia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alexandra (Simpanan Bos) 7
Alexandra sudah bersama Mamanya yang tinggal menetap di Bali. Dia lebih senang menghabiskan waktunya di pinggir pantai, mengurus resort yang ditinggalkan suaminya.
Dua perempuan itu duduk santai sembari menikmati matahari yang begitu terik di atas kepala mereka dengan segelas air jeruk kelapa. Mereka sudah terbiasa dengan cuaca panas di sana.
"Bagaimana pekerjaanmu?."
"Lancar, Ma." Aku lihat ada penambahan resort, Ma."
"Iya, Mama menggunakan uang dari ATM milikmu."
"Pakai saja Mama, uang itu memang untuk Mamaku tersayang."
"Tapi bukan uang dari Damian 'kan?."
Sandra menggeleng. "Bukan, Mama. Aku tidak pernah menggunakan uang yang selalu ditransfernya ke rekeningku."
"Cepat tinggalkan pria itu!."
"Belum bisa, Mama."
Mama Reni menarik napas panjang, tatapannya begitu tajam pada sang putri semata wayangnya. "Kau tahu pernikahan Mama rusak karena perempuan seperti dirimu. Apa kau tidak belajar dari kejadian Mama?. Kau mau membuat seorang istri kehilangan suaminya, seorang anak kehilangan Papanya seperti Mama dan dirimu?."
Sandra terdiam, menatap sendu wajah sang Mama tercinta. Kehancuran keluarganya beberapa tahun silam tidak lain tidak bukan karena campur tangan pihak ketiga yang disebut pelakor.
"Cinta yang kau temukan pada Damian, itu bukan cinta. Itu hanya kegilaan semata, ego yang lebih berperan di sini ketimbang akal sehatmu."
"Aku tahu, Mama."
"Sudah berulang kali Mama mengingatkan, tapi kalau kau masih mau menjalani hubungan terlarang ini kau sudah harus siap dengan konsekuensinya."
Sandra pun mengangguk lemah.
Setelah hampir dua jam di rumah Mamanya, Sandra pun pamit karena dia harus kembali ke ibu kota.
"Jaga diri baik-baik."
"Iya, Ma. Mama juga jaga kesehatan, jangan terlalu lelah bekerja. Kalau ada apa-apa hubungi aku secepatnya."
"Baik, sayang."
"I love you, Mama."
"I love you too, sayang."
Sejenak mereka berpelukan dan kini saatnya mereka harus berpisah. Dia pun langsung menuju hotel, Sandra lebih memilih ke sana ketimbang harus kembali ke villa bertemu Pak Noval. Dirinya sangat kaget saat menemukan Damian yang sudah rebahan di atas tempat tidur.
"Bos di sini juga?."
Kemudian Damian membuka mata lalu menatap Sandra. "Kau dari mana?."
Sandra mendaratkan bokongnya di sofa. "Menemui Mama."
Damian pun bangkit lalu duduk. "Mamamu tinggal di Bali?."
"Iya."
"Sudah lama?."
"Sepuluh tahun ada."
Damian mengangguk.
"Ngomong-ngomong soal Papa mertua, dia serius untuk memiliki hubungan serius denganmu."
Sandra terdiam, menatap dalam pada mata Damian. Damian turun dari tempat tidur lalu duduk di depan Sandra.
"Mungkin tidak sih Pak Noval melakukan ini karena mengetahui hubungan kita?."
"Saya rasa tidak, tapi karena memang dia tertarik pada dirimu."
"Saya tidak peduli, itu bukan urusan saya."
Damian mencondongkan tubuhnya mendekati Sandra yang memasang wajah acuh. "Kau yakin tidak peduli? Dia memiliki segalanya yang perempuan inginkan."
Sandra pun ikut mencondongkan tubuhnya, mendekati wajah Damian. "Mungkin iya, tapi itu tidak berlaku untuk saya."
"Apa yang kau inginkan?."
"Dirimu, bos. Hanya dirimu yang saya inginkan."
Kemudian Damian tertawa. "Mustahil."
Kini Sandra raut wajah Sandra terlihat sangat sedih. "Saya tahu, saya juga tidak berharap banyak dari dirimu, bos. Kalau saya sudah menemukan pria lain, mungkin akan menerimanya tidak selalu melulu mengikuti apa kata hati yang terkadang sering salah."
"Benarkah?."
Lalu Sandra bangkit berdiri, menjauh dari Damian. Berbicara cukup lantang karena sembari berjalan ke kamar mandi. "Saya akan mencobanya dan bisa saya pastikan akan berhasil melupakan dirimu, bos."
Damian menatap pintu kamar mandi yang tertutup lalu bergumam lirih. "Tidak akan, itu tidak akan pernah terjadi. Kau tidak akan bisa pergi jauh dariku. Kau hanya akan ada di sampingku, bersamaku."
Ada sebuah rasa yang belum dikenalinya dengan baik, tapi dia sangat marah ketika mendapatkan lawan yang sepadan untuk mendekati Sandra. Papa mertuanya tidak boleh dianggap enteng karena pria itu menjadi incaran para kaum hawa di luar sana. Dia memiliki apa yang dimilikinya bahkan jauh diatasnya.
Damian tidak mau terluka lagi, sakit hati lagi. Cukup Juwita saja yang telah mematahkan hatinya dan mengkhianati kepercayaannya. Yang kini sudah mulai kembali utuh oleh kehadiran Alexandra.
Sandra sudah keluar dari kamar mandi, dia melihat jam tangan. Masih ada waktu untuk sekedar menikmati hidangan yang disediakan oleh hotel.
"Kau mau ke mana?."
"Ambil makanan di luar."
Kemudian Sandra keluar dan mengambil beberapa cemilan lalu kembali masuk ke dalam kamar. Duduk di depan Damian.
"Bos mau?."
"Suapin pakai mulutmu."
"Ish ada-ada saja, bos."
"Cepat!."
Sandra mengikuti perintah bos sekaligus pria yang sangat dicintainya. Memasukan potongan kue ke dalam mulut, menyisakannya sedikit untuk Damian.
Dengan wajah semringah Damian mendekat, menggigit sedikit demi sedikit kuenya hingga bibir mereka bertemu dan ciuman pun terjadi. Rasanya menjadi semakin enak dan memiliki sensasi lain.
Drt
Di tengah ciuman mereka yang semakin memanas, layar ponsel Sandra menyala. Ada sebuah pesan masuk. Mereka pun menyudahi ciumannya walau Damian sendiri sangat enggan mengakhirinya.
Sandra menatap Damian setelah membaca isi pesannya.
"Dari siapa?."
"Pak Noval."
Damian bangkit dan membaca sendiri isi pesannya. Di mana Pak Noval mengajak Sandra untuk pulang bersamanya.
"Kau tolak!."
"Iya."
Sandra segera mengirim pesan balasan yang isinya berupa penolakan. Setelahnya tidak ada lagi pesan masuk dari Pak Noval. Tidak berselang lama terdengar lagi adanya pesan masuk, namun kali ini dari Leo, pria itu menawarkan diri untuk pulang bersama Sandra.
Damian hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku akan menerima tawarannya."
"Oke, tidak masalah."
"Hmmm."
Damian tidak mempermasalahkan Leo yang terus saja mengejar Sandra karena dia tahu hatinya Sandra hanya miliknya. Leo bukan lawan yang sepadan untuknya. Pria itu tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan dirinya. Tapi dia begitu takut pada sosok Papa mertuanya yang bisa menjerat siapa saja dengan pesona dan uangnya.
*
Setelah mengantar Aurora sekolah, Juwita mengajak Irena untuk berbelanja di sebuah butik ternama. Sesekali mereka terlibat obrolan sambil memilih pakaian yang akan mereka beli.
"Damian memberikan hadiah padamu?. Pasti hadiah yang sangat istimewa."
"Tidak ada, sudah beberapa tahun ini Damian tidak ada memberikan aku hadiah."
Irena terlonjak kaget. "Serius?."
"Hmmm, mungkin Damian pikir karena aku sudah memiliki segalanya."
"Betul juga apa yang kau katakan."
Juwita berwajah murung, dia sedih dengan sikap dingin Damian. "Tidak masalah sih, tapi aku akan lebih senang diberi hadiah walau hanya sekuntum bunga mawar."
"Aku mengerti, mungkin Damian tidak sempat atau menunggu momen."
Juwita mengangkat bahunya. "Entahlah."
Di tempat lain, Damian sedang berada di sebuah toko perhiasan. Tiba-tiba saja dia pergi ke sana setelah bertemu kliennya di luar. Sebuah cincin berlian namun terlihat sangat simpel. Akan sangat cocok di tangan pemiliknya.
"Aku sudah lama tidak memberikannya hadiah."
entah kalau dia tau damian - sandra 😊🤫