dapat orderan make up tunangan malah berujung dapat tunangan.Diandra Putri Katrina ditarik secara paksa untuk menggantikan Cliennya yang pingsan satu jam sebelum acara dimulai untuk bertunangan dengan Fandi Gentala Dierja, lelaki tampan dengan kulit sawo matang, tinggi 180. Fandi dan Diandra juga punya kisah masa lalu yang cukup lucu namun juga menyakitkan loh? yakin nggak penasaran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gongju-nim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
019. Jebakan Jodoh
Nah, kayak gitu."
Diandra dan Sisilia yang sudah beberapa kali melihat Jerry dan Githa bertemu jelas sama sama tahu tatapan Jerry pada sahabat keduanya itu. Jerry yang menatap Githa penuh cinta, seakan Githa adalah sebuah permata yang mengerikan dirinya kehidupan sempurna. Seperti itulah kata Ferdinand dalam menjabarkan arti tatapan Jerry beberapa hari lalu ketika para sahabat itu bertemu.
"Nggak mungkin ah, dia aja baru Batak tunangan." Diandra menggelengkan kepala menyangkal perkataan Sisilia.
"Dibilangin nggak percaya. Lagian ya, cewek kayak gitu digalauin. Kurang kerjaan banget ga si?" Sisilia mulai mengeluarkan aura julidnya.
"Eh, eh. Lu tahu nggak? Kan tadi gue makan sama Fandi di resto dekat supermarket daerah situ kan. Gue liat dia sama cowok tahu." Diandra memelankan suaranya agar suasana semakin mantap untuk bergibah.
Semenjak insiden labrak yang kakak Hilda lakukan beberapa waktu lalu membuat Diandra cs seperti mempunyai kesamaan baru yaitu membenci Hilda padahal mereka sama sekali tidak saling mengenal satu sama lain. Menurut mereka melakukan hal tidak terpuji dengan mengata-ngatai wanita lain adalah perebut sangatlah tidak etis. Apalagi saat wanita yang dituduh tersebut sebenarnya tidak punya hubungan apa-apa dengan sang lelaki itu.
Diandra pun menceritakan tentang Hilda yang mendadak tidak jadi makan di restoran tempatnya dan Fandi makan tadi. Tanpa Hilda sadari Diandra tadi melihatnya yang mematung diluar restoran, dirinya juga sengaja membuat Hilda panas dengan bersenda gurau bersama Fandi, lelaki yang batal bertunangan dengan dirinya. Setidaknya skor saat ini masih unggul Diandra kan, sudah dibelain Fandi dan teman-temannya habis-habisan saat dilabrak, kini Diandra juga makan siang berdua dengan Fandi di restoran, satu lagi Fandi juga lebih memilih melanjutkan pertunangan dengan dirinya walaupun tidak jelas arahnya akan kemana. Namun setelah insiden labrak-melabrak waktu itu cukup membuat hati Diandra berseru senang.
"Gue sengajain deh tu makan belepotan siapa tau Fandi inisiatif ngelapin sudut bibir gue 'kan." Diandra berkata dengan penuh semangat.
"Terus, terus. Gimana? Dilapin enggak?" Sisilia bertanya tak kalah semangatnya.
"Jelas, apa nggak makin kebakaran tuh cewek."
Diandra dan Sisilia tertawa jahat setelah itu. Hilda dan kakaknya salah memilih lawan kali ini, senior kampus saja dibuat bertekuk lutut dihadapan mereka apalagi Hilda dan kakaknya yang main asal tuduh itu. Terkesan jahat namun Diandra tidak mau ditindas oleh siapapun. Salah satu bentuk pertahanan diri yang selalu wanita itu gunakan agar tidak ada berlaku semena-mena padanya, dan anehnya semesta mengirimkan sahabat-sahabat yang memiliki prinsip hidup sama dengan dirinya.
""""""""
Sebuah mobil RHV berwarna khaki melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan ibukota. Tiga wanita cantik sedang menikmati lantunan musik dari radio mobil. Diandra yang mengendarai mobil terlihat mengetukkan jarinya mengikuti irama dan sesekali ikut bernyanyi, Sisilia yang duduk di jok samping kemudi dan Githa yang duduk di jok belakang bahkan sedikit menari.
"Ini tempatnya?" Githa memajukan badannya melewati jok antara Diandra dan Sisilia menatap bangunan estetik yang dipenuhi dengan lampu-lampu didepannya.
"Wow, gila estetik banget." Sisilia tampak terpesona dengan bangunan di depannya.
"Ada tempat kayak gini ternyata, selama ini kita kemana aja?" Diandra menatap kedua sahabatnya.
"Sayang banget si perdi itu nggak ikut." Sisilia berseru sedih, kemudian mengeluarkan ponselnya. "Fotoin dulu, biar iri."
Sisilia kemudian memotret bangunan nan estetik didepannya, lalu mengirim foto tersebut kepada sang sahabat, Ferdinand dan langsung mendapat balasan voice note berupa sumpah serapah dari pria itu karena mereka pergi saat dirinya sedang berada di negara lain. Diandra, Githa, dan Sisilia jelas tertawa terbahak-bahak setelah mendengar balasan sahabat mereka itu.
"Udah yuk turun, takut banget ayang gue nanti di lirik cewek lain." Githa segera membuka pintu dan keluar dari mobil.
"Dih. Alay." Diandra dan Sisilia secara kompak merespon perkataan sang sahabat dengan nada julid.
Semenjak hubungannya dengan Jerry terungkap, Githa lebih terlihat hidup dari sebelumnya. Githa sendiri dulu pernah menjalin hubungan dengan pria toxic selama tiga tahun lamanya. Wanita itu juga beberapa kali ingin mengakhiri hidupnya karena merasa frustasi karena tidak bisa lepas dari hubungan itu. Dirinya baru terlihat lebih baik setelah sang mantan meninggal karena kecelakaan, hal ini seperti anugrah bagi Githa. Terdengar jahat namun sangat tidak mungkin untuk lepas dari genggaman lelaki tersebut saat itu.
Bahkan setelah itu Githa masih harus mengunjungi psikiater atas saran sahabat-sahabatnya karena Githa sempat tidak ingin menjalin hubungan dengan lelaki manapun lagi. Kini Setelah Githa bertemu dengan Jerry dan menjalin hubungan, wanita itu sempat bercerita bahwa kini hidupnya sudah lebih baik. Jerry amat sangat sabar menghadapi rasa traumanya yang masih beberapa kali muncul, yang mengakibatkan Githa akan mengurung dirinya dari dunia luar. Jerry juga dengan sabar selalu mengantarkan Githa bolak-balik ke psikiater ditengah-tengah kesibukannya.
"Sayang" Githa memeluk bahu kekasihnya dari belakang, kebucinan itu membuat Diandra dan Sisilia yang berjalan di belakangnya memutar bola mata malas.
Fandi menepuk bean bag disebelahnya agar Diandra duduk disana, sedangkan Sisilia duduk disebelah Randu. Githa sendiri sudah menyandar dengan manja di bahu gagah Jerry.
Suasana disini sangat romantis, lampu-lampu gantung yang tidak terlalu terang namun tidak juga terlalu gelap tergantung di setiap sudut, bahkan diatas mereka juga ada. Para lelaki yang lebih dulu datang memilih area outdoor yang bertema santai dengan Bean bag sebagai pengganti kursi serta meja kecil berukuran sedang diletakkan di tengah untuk meletakan pesanan.
Fandi dan kedua sahabatnya memilih area paling atas, dari sini terlihat pemandangan city light yang amat cantik. Setiap area disetiap lantainya juga diberi sekat agar tidak saling mengganggu dengan meja lainnya. Pilihan makanan yang tersedia juga beragam, mulai dari Korean food, Thailand food, Tiongkok food, dan Indonesia food dan masih banyak lagi, yang langsung dimasak oleh chef handal dari masing masing negara. Sangat cocok bagi pencinta kuliner seperti Diandra.
"Kok lama?" Fandi berbisik pada dirinya disebelahnya.
"Tik tok dulu, biasa lah." Diandra menangapi dengan santai.
Jarak keduanya sangat dekat, bahkan bersentuhan bahu, Fandi tadi sengaja menarik bean bag Diandra menjadi lebih dekat dengan bean bag dirinya daripada Bean bag yang Sisilia duduki. Ketiga pasangan itu duduk membentuk setengah lingkaran, Fandi dan Diandra disisi kiri, Githa dan Jerry disisi kanan, Sisilia dan Randu berada di tengah.
"Dingin nggak?" Fandi bertanya pada wanita cantik disampingnya.
"Lumayan sih." Diandra merapikan rambut depannya yang tertiup angin, lalu menatap balik Fandi di sampingnya.
"Aku ambilin selimut mau?" Fandi menatap Diandra berharap, dirinya kali ini akan bersungguh-sungguh meluluhkan hati wanita cantik pujaan hatinya ini.
"Boleh deh." Diandra tersenyum manis pada Fandi, yang membuat lelaki itu mendadak ingin berguling kebawah sana.
"Tunggu bentar ya."