"Lebih baik, kau mati saja!"
Ucapan Bram membuat Cassandra membeku. Dia tidak menyangka sang suami dapat mengeluarkan pernyataan yang menyakiti hatinya. Memang kesalahannya memaksakan kehendak dalam perjodohan mereka hingga keduanya terjebak dalam pernikahan ini. Akan tetapi, dia pikir dapat meraih cinta Bramastya.
Namun, semua hanya khayalan dari Cassandra Bram tidak pernah menginginkannya, dia hanya menyukai Raina.
Hingga, keinginan Bram menjadi kenyataan. Cassandra mengalami kecelakaan hingga dinyatakan meninggal dunia.
"Tidak! Kalian bohong! Dia tidak mungkin mati!"
Apakah yang terjadi selanjutnya? Akankah Bram mendapatkan kesempatan kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Berikan Kesempatan
“Jadi kamu beneran ninggalin Cassie di tangan Bram, Jess?” suara Gunawan menggelegar begitu Jessie membuka pintu rumah mereka di Jakarta. Wajah pria paruh baya itu memerah, matanya tajam menusuk.
Jessie yang masih menyeret koper kecilnya ke dalam, menahan napas sejenak. Ia mengira kepulangannya akan membuat suasana sedikit lebih tenang. Ternyata tidak.
Kedatangannya untuk mengurus beberapa masalah perusahaan membuatnya bergegas ke Jakarta. Bukan tanpa alasan Jesssie menitipkan Cassie bersama Bram. Perempuan itu tahu dengan jelas sang adik ipar tidak ingin bercerai dari Cassie.
Jessie ingin melihat sejauh mana hubungan keduanya berkembang. Hingga, dia memutuskan untuk memberikan kesempatan pada Bram. Hal itu dia mulai dari pergi ke Jakarta dan membiarkan keduanya bersama.
“Aku udah jelasin lewat telepon, Pa,” ucap Jessie, berusaha sabar. “Aku harus balik ke sini, perusahaan butuh aku. Dan… ada hal lain juga.”
“Hal lain?” Gunawan menyipit. “Kamu kira itu alasan yang cukup untuk ninggalin adikmu sama laki-laki yang dulu nyakitin dia?”
Jessie meletakkan kopernya di dekat tangga, menoleh, menatap ayahnya dengan mata letih. Dia pun awalnya sangat membenci Bram. Akan tetapi, dipisahkan seperti apa pun tidak akan berguna bila Cassie masih mencintai Bram.
“Aku tahu Papa nggak percaya sama Bram. Aku juga masih banyak ragu. Tapi aku lihat cara dia deketin Cassie sekarang beda. Dia nggak buru-buru. Nggak maksa. Justru, dia kayak orang yang terus nyalahin diri sendiri," tukas Cassie.
“Dan kamu kasihan, begitu?” Gunawan melipat tangan di dada. “Jess, kita nggak bisa taruhan pakai kondisi Cassie. Sekarang dia masih belum inget banyak hal. Masih rentan.”
Clarissa muncul dari arah dapur, membawa segelas air untuk Jessie. Wanita paruh baya itu menggeleng melihat kedua orang yang disayanginya berdebat tentang Cassie.
“Udah, kalian dua jangan debat terus. Capek, kan, Jess? Baru sampai udah diserbu pertanyaan.”
Jessie menerima gelas itu, tersenyum tipis. “Thanks, Ma.”
Gunawan masih berdiri di tempat, tak puas. “Apa kamu pikir Cassie nggak bilang apa-apa karena dia nyaman sama Bram? Atau karena dia belum tahu semua yang pernah Bram lakuin?”
Jessie menatap ayahnya. “Itu sebabnya aku suruh Bram jujur. Aku bilang langsung ke dia. Kalau memang mau balik ke Cassie, dia harus cerita semuanya. Apa pun yang dulu pernah terjadi. Jujur dari awal.”
Gunawan tampak kaget. “Dan dia setuju?”
“Dia nggak punya pilihan,” gumam Jessie, menyandarkan diri ke sofa. “Cassie bukan wanita polos. Sekarang emang dia kehilangan sebagian ingatannya, tapi cepat atau lambat dia pasti bisa nilai sendiri.”
Clarissa duduk di sebelah Gunawan, mencoba menenangkan suaminya. “Lagipula, kita nggak bisa kontrol hidup Cassie selamanya, Mas. Cassie udah dewasa. Cassie juga akan kembali mandiri."
Gunawan menarik napas berat, lalu duduk. Tapi wajahnya tetap tegang. Cukup sekali, dia membiarkan putrinya jatuh pada orang yang salah. Haruskah dia menerima begitu saja kehadiran Bram?
“Dan… soal kamu,” ucap Clarissa, melirik Jessie yang tampak menghindari pandangan ibunya. “Kamu pulang mendadak. Papa dan Mama bisa baca situasi. Ada masalah sama..."
“Jangan dibahas sekarang, Ma,” potong Jessie cepat. “Nanti aja. Kepulanganku kali ini murni untuk perusahaan."
Clarissa tak memaksa, hanya mengangguk pelan.
Gunawan masih menatap Jessie, kali ini dengan nada lebih tenang. “Kamu yakin Bram nggak akan nyakitin dia lagi?”
Jessie menunduk sejenak, sebelum berkata, “Aku nggak yakin. Tapi kalau dia tetap disingkirkan terus, dia nggak pernah punya kesempatan buat nebus semua yang udah dia perbuat. Pria itu harus bertanggung jawab pada Cassie, Pa."
Clarissa mengangguk setuju. “Dan kalau Cassie akhirnya memilih sendiri untuk ninggalin dia lagi, itu keputusan Cassie. Bukan karena kita larang.”
Gunawan menghela napas panjang. “Kalau ada apa-apa, aku yang pertama turun tangan. Atau mungkin dia harus kita pisahkan untuk melihat keyakinan Bram."
Jessie mendengarkan ucapan Gunawan dengan perasaan was-was. Papanya tampak memiliki sebuah ide untuk memisahkan Cassie dan Bram. Sebenarnya, kepulangannya tidak begitu diperlukan karena Gunawan bisa mengatasi permasalahan Perusahaan mereka dengan tangannya sendiri.
"Semua terserah, Papa. Tapi, kuharap jangan membuat Cassie kembali terluka," gumam Jessie.
Meski masih ada bayang-bayang luka yang belum selesai, dia tahu satu hal mungkin Bram bukan pria sempurna, tapi setidaknya kali ini, dia berusaha. Kalau pun Bram memang harus menghadapi sang ayah. Dia harus berusaha untuk mendapatkan kembali kepercayaan Gunawan.
Dan Jessie sendiri juga masih belajar menerima banyak hal dalam hidup yang tak sesuai harapan. Hubungannya sendiri pun sedang di ujung tanduk. Tapi kali ini, fokusnya hanya satu: memastikan adiknya baik-baik saja. Dengan siapa pun Cassie memilih untuk berjalan nanti, itu harus atas keinginannya sendiri… bukan karena dikendalikan trauma atau rasa takut masa lalu.
"Besok, Papa akan mengunjungi Cassie," gumam Gunawan.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca...
Dan juga keluarga Adrian kenapa tdk menggunakan kekuasaannya untuk menghadapi Rania yg licik?? dan membiarkan Bram menyelesaikannya sendiri?? 🤔😇😇
Untuk mendapatkan hati & kepercayaannya lagi sangat sulitkan?? banyak hal yg harus kau perjuangan kan?
Apalagi kamu harus menghadapi Rania perempuan licik yg berhati ular, yang selama ini selalu kau banggakan dalam menyakiti hati cassie isteri sahmu,??
Semoga saja kau bisa mendapatkan bukti kelicikan Rania ??
dan juga kamu bisa menggapai hati Cassie 😢🤔😇😇
🙏👍❤🌹🤭
😭🙏🌹❤👍