NovelToon NovelToon
Pelacur Milik Sang CEO

Pelacur Milik Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta Terlarang / Mengubah Takdir
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Ayla, pegawai biasa yang diangkat menjadi resepsionis di perusahaan terkenal, terpaksa menjadi wanita malam demi biaya pengobatan adiknya. Di malam pertamanya, ia harus melayani pria yang tak disangka—bosnya sendiri. Berbeda penampilan, sang CEO tak mengenalinya, tapi justru terobsesi. Saat hidup Ayla mulai membaik dan ia berhenti dari pekerjaan gelapnya, sang bos justru terus mencari wanita misterius yang pernah bersamanya—tanpa tahu wanita itu ada di dekatnya setiap hari. Namun, skandal tersebut juga mengakibatkan Hana hamil anak bosnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masih Butuh Uang

"Bagaimana perasaanmu? Operasimu berjalan lancar, Arya." Ayla bertanya lembut, tangannya membelai rambut adik laki-laki satu-satunya itu—satu-satunya keluarga yang ia miliki kini. Wajahnya menyiratkan kelegaan, seakan beban bertahun-tahun yang menghimpit akhirnya sedikit terangkat.

Arya yang baru saja dipindahkan kembali ke ruang rawatnya, perlahan membuka mata. Sorot matanya yang masih redup menatap wajah Ayla yang penuh kelelahan. Ia bisa melihat dengan jelas lingkaran hitam di bawah mata kakaknya, tanda malam-malam tanpa tidur yang dilalui demi dirinya.

"Kak..." panggil Arya dengan suara serak. Ia menatap kakaknya lekat-lekat, seakan ingin memastikan bahwa semua ini nyata—bahwa ia selamat, dan bahwa Ayla masih di sini, seperti janji yang pernah ia ucapkan.

Ayla tersenyum kecil, menahan air mata haru yang hampir jatuh.

"Hmmm? Kau butuh sesuatu?" tanya Ayla dengan penuh perhatian, suaranya lembut seperti biasa, membuat Arya sedikit ragu-ragu sebelum akhirnya membuka mulut.

"Darimana kakak mendapatkan uangnya?" tanyanya tanpa basa-basi, langsung, membuat tangan Ayla yang sedang sibuk bergerak pun seketika berhenti di udara. Sejenak, Ayla terdiam, pikirannya berputar cepat mencari jawaban yang tepat. Tentu saja, dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepada Arya.

Setelah menarik napas dalam-dalam, Ayla akhirnya berkata dengan senyum lembut menghiasi wajahnya, "Kakak bekerja keras. Jangan pedulikan kakak, fokus saja pada kesembuhanmu, Arya."

Mendengar itu, Arya hanya terdiam. Rasa penasaran masih membuncah di hatinya, namun ia memilih menahan diri. Di lubuk hatinya, perasaan bersalah semakin menguat karena ia merasa terus saja membebani kakaknya yang begitu baik kepadanya.

Ayla melangkah keluar dari ruangan Arya dengan perlahan, berusaha tidak membuat suara yang bisa mengganggu adiknya yang mulai bersiap untuk beristirahat. Dengan hati-hati, ia menutup pintu kamar, memastikan Arya mendapatkan ketenangan yang dibutuhkannya untuk proses pemulihan.

Di luar ruangan, dokter yang sejak tadi menunggu menyambut Ayla dengan senyuman ramah. Keduanya lalu duduk di kursi yang tersedia di depan ruangan Arya, suasana terasa hangat dan penuh rasa syukur.

"Terima kasih, Dok. Operasi adik saya bisa berjalan dengan lancar," ujar Ayla dengan suara penuh rasa lega, menatap sosok dokter wanita yang selama ini tak hanya menjadi tenaga medis, tetapi juga menjadi sosok pendukung yang begitu berarti dalam perjuangannya.

Dokter itu membalas tatapan Ayla dengan senyum penuh kehangatan. "Ini semua karena perjuanganmu," balasnya, suaranya lembut namun sarat kekaguman. Ia menatap Ayla dalam-dalam, menghargai segala kerja keras dan pengorbanan yang telah Ayla lakukan demi kesembuhan adiknya, yang tak semua orang mampu lakukan dalam kondisi seberat itu.

"Tetapi, Ayla..." ujar dokter itu dengan suara yang terdengar sedikit ragu, membuat Ayla yang sedari tadi mendengarkan langsung menatapnya dengan penuh antusias dan sedikit cemas. Hatinya berdegup lebih cepat. Apakah ada kendala lain yang belum ia ketahui?

"Ada apa, Dok? Apa ada sesuatu yang terjadi? Apa kondisi Arya memburuk?" tanyanya cepat, nada suaranya berubah menjadi khawatir, membayangkan kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi.

Melihat reaksi Ayla yang mulai panik, dokter itu segera menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak, Ayla. Sama sekali tidak ada hal buruk. Operasi Arya benar-benar berjalan dengan baik, dan saat ini dia hanya perlu melalui masa pemulihan," jelasnya berusaha menenangkan.

Namun, dokter itu belum selesai. Ia menarik napas sejenak, tampak berat untuk melanjutkan, sebelum akhirnya berkata dengan hati-hati, "Hanya saja, di masa pemulihan ini, Arya harus menjalani terapi secara rutin. Terapi ini sangat penting untuk mempercepat proses penyembuhannya. Dan, Ayla... biaya untuk terapi itu cukup besar."

Dokter itu menunduk sejenak, merasa tidak enak harus menyampaikan kenyataan yang pahit ini. Dalam hati, ia sendiri tak habis pikir bagaimana Ayla bisa mendapatkan uang sebanyak itu untuk operasi kemarin, dan kini harus menghadapi beban biaya tambahan untuk terapi yang tak kalah mahal.

Ayla mendengarkan dengan penuh perhatian, dan setelah beberapa saat, ia hanya terdiam. Wajahnya menunjukkan ekspresi sedikit murung, seolah beban baru kembali menimpanya. Namun, dalam hitungan detik, ia mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis. Senyum yang penuh dengan keteguhan hati.

"Saya pasti akan bekerja lebih keras," ucap Ayla dengan nada penuh keyakinan. Matanya memancarkan semangat yang tak mudah dipadamkan. "Lakukan saja yang terbaik untuk adik saya, Dok. Saya akan melakukan apapun agar Arya bisa segera sembuh."

Dalam hati, Ayla meneguhkan tekadnya sekali lagi: apapun rintangannya, seberat apapun jalannya, ia akan tetap berjuang untuk adik tercintanya.

Dokter itu hanya tersenyum, senyuman yang kali ini penuh kebanggaan terhadap Ayla. Dengan lembut, ia mengulurkan tangan dan mengelus punggung tangan Ayla sebagai bentuk dukungan dan rasa kagum atas keteguhan hati gadis itu. Setelah memberikan semangat lewat sentuhan sederhana tersebut, dokter itu akhirnya berpamitan dan benar-benar pergi, meninggalkan Ayla yang masih berdiri di tempatnya.

Begitu sosok dokter menghilang dari pandangannya, Ayla langsung menghela napas panjang yang terasa berat. Ia memejamkan matanya sejenak, mencoba mengusir rasa lelah dan cemas yang bergelayut di hatinya. Tangan mungilnya terangkat, memijat pelipisnya yang mulai terasa pening. Tekanan demi tekanan menumpuk di pikirannya. Ia tahu, perjuangannya belum berakhir. Meski operasi Arya sudah sukses, tetapi masih ada jalan panjang yang harus mereka tempuh.

Dia masih membutuhkan banyak uang untuk membiayai terapi lanjutan Arya, terapi yang sangat penting agar adiknya bisa sembuh total. Namun, pertanyaan itu kembali mengiang dalam benaknya, membebani pikirannya yang sudah lelah: darimana lagi dia harus mendapatkan uang sebanyak itu?

1
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!