Awalnya pura-pura, lama-lama jadi cinta. Aku, Renata Priyanka, menghadapi kenyataan hidup yang tidak terduga setelah calon suamiku memutuskan hubungan satu minggu sebelum pernikahan.
Untuk memperbaiki nama baik keluarga, kakek mengatur pernikahanku dengan keluarga Allegra, yaitu Gelio Allegra yang merupakan pria yang terkenal "gila". Aku harus beradaptasi dengan kehidupan baru dan konflik batin yang menghantui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sehari Sebelum Pernikahan
31 Maret 2025
Aku dan Gelio melakukan pemotretan foto dan vidio prewedding untuk acara pernikahan kami, H-4 hari pernikahan. Ku bersikap senatural mungkin agar terlihat layaknya seorang calon mempelai yang saling mencintai.
Sebelumnya, aku sudah membatalkan percetakan photo prewedding yang ku lakukan dengan Edward. Tapi pembayaran tetap ku lakukan sebagai biaya tutup mulut. Sekarang, aku melakukan pemotretan di studio yang Gelio pilih, konsepnya pun dia yang memilih, karena bagus dan sesuai dengan apa yang ku inginkan, aku pun menyetujuinya.
Take Vidio kami ambil di beberapa tempat seperti pantai, villa Allegra, dan beberapa tempat wisata yang memiliki pemandangan yang sangat indah. Aku sangat lelah karena acara take vidio berlangsung sampai sore. Ketika pulang, aku terlelap di pundak Gelio saat berada di mobil.
...----------------...
Singkat waktu, beberapa hari telah berlalu. Tepatnya di tanggal 3 April, sehari sebelum pernikahan. Di tengah kesibukan orang-orang rumah dalam mempersiapkan acara, Mon Dain tiba-tiba menghubungi ku di pagi hari.
"Nona, bisakah kita bertemu?" tanya nya melalui pesan chat.
Sangat mengejutkan, seorang Mon Dain yang sangat tidak menyukai ku itu mengajakku untuk bertemu. Ini pasti berhubungan dengan Edward, karena beberapa hari yang lalu aku melakukan kesepakatan dengannya. Semakin cepat semakin baik, aku sangat menyukai kinerja nya, tangan kanan putra Allegra pasti bukan orang sembarangan, aku berfikir begitu.
"Bisa!" balasku.
Ku bergegas mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Mon Dain di tempat yang sudah kami sepakati. Tanpa berias, tanpa make up, ku berpenampilan sesederhana mungkin, tidak lupa aku juga memakai masker dan topi agar tidak terkena paparazi.
"Loh Regina, mau kemana kamu?" tanya Rain menghampiri ku.
"Ada sesuatu yang ku lupakan, aku akan mengambilnya karena ini sangat penting," sahutku. Rain tidak mudah percaya begitu saja, dia mengangguk dengan ekspresi yang mengatakan kalau aku pasti membohongi nya.
"Kenapa kau harus repot-repot mengambilnya sendiri? Besok kamu akan menikah, selama 3 hari sebelum pernikahan seharusnya kau diam saja di rumah. Karena itu meringankan resiko kecelakaan yang tak diharapkan, sebaiknya kau naik, biar kakak yang mengambil kan benda berharga itu. Dimana?" Rain memaksa.
"Di toko serba ada," jawabku.
"Oh, benda apa itu?" tanya nya lagi.
"Pembalut,"
"Apa?" Rain tampak terkejut.
"Iya, apa sekarang kau masih mau menggantikan ku untuk membelinya? Orang-orang akan berfikir kalau kau memiliki pacar rahasia. Sudah lah, jangan banyak bertanya. Ku bilang aku mau pergi untuk membeli pembalut! Hari ini adalah hari terakhir ku datang bulan, kebetulan pembalut ku habis. Aku akan membeli yang kecil hanya untuk jaga-jaga," jelas ku.
"Hanya untuk membeli itu? Kau bisa menyuruh pelayan untuk melakukannya, atau kau bisa meminta di mereka saja dulu," Rain masih kekeh melarang ku keluar.
"Kak Rain, apa kau memiliki kebiasaan merepotkan orang lain? Lihatlah mereka semua sangat sibuk! Ah, kau menghalangi ku terlalu lama, aku hanya keluar sebentar, aku tidak akan kabur kok!" kataku.
Mendengar kata itu, Rain yang awalnya sangat berusaha menahan ku, kini luluh dan mengijinkan ku keluar sebentar.
"Aku akan mengantarmu," katanya.
"Eh?" aku terkejut.
Rain langsung mengambil kunci mobil lalu berjalan keluar duluan. Aku terpaku, jika aku pergi keluar bersama Rain, maka aku tidak akan bisa bertemu dengan Mon Dain. Ku berlari menyusul Rain ke parkiran.
Saat di depan, ku lihat Rain sedang berbincang serius dengan Regan yang baru saja datang entah darimana. Tak lama kemudian, papa menelepon, dia menyuruh Regan mengajak Rain pergi menuju tempat yang tidak aku ketahui. Mereka tampak ruwet, ekspresi mereka tidak ada yang bahagia.
"Ada apa?" tanyaku muncul di antara mereka.
"Maaf Regina, sepertinya aku tidak bisa mengantarmu ke toko serba ada. Pergilah sendiri, hubungi kami jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi," kata Rain sembari menyodorkan kunci mobilnya kepadaku.
"Memangnya kemana?" tanya Regan.
"Ke toko serba ada membeli pembalut," sahut Rain.
"Ohh," Regan tampak tidak perduli.
Aku melambaikan tangan dengan kencang saat mereka berdua pergi. Regan adalah penyelamat ku, dia datang di saat yang tepat. Dengan cepat aku bergegas menuju tempat yang sudah disepakati dengan Mon Dain menggunakan mobilnya Rain.
...----------------...
3 April 2025, pagi hari di sebuah kafe yang memiliki pemandangan persawahan.
"Selamat pagi Mrs, apa anda sudah melakukan reservasi meja sebelum nya?" tanya salah satu pelayan di kafe itu. Tampaknya kafe itu sangat diminati pengunjung, jika ingin berkunjung kesana mesti melakukan reservasi terlebih dahulu seperti memesan sebuah kamar hotel.
"Meja 42," sahutku.
"Oh baik, silahkan tanda tangan disini! Saya akan mengantarkan anda ke meja 42, tolong ikuti saya,"
Aku mengikuti kemana pelayan itu mengantarku. Di meja paling pojok belakang, Mon Dain tampak sudah sangat bosan menunggu ku. Segelas jus buah dan dua piring kue sudah tertata di atas meja. Sepertinya, Mon Dain memesankan kue itu untukku.
"Anda sudah sampai," kata si pelayan.
"Terimakasih," kataku.
Tatapan mata Mon Dain tampak dingin dengan ekspresi datar yang menunjukkan ketidaksukaan nya kepadaku.
"Maaf aku terlambat,"
"Benar, anda sangat terlambat. Saya sudah bertekad jika anda tidak datang 5 menit lagi, maka saya akan pergi," kata Mon Dain melirik jam tangannya.
"Jadi?" tanyaku.
Mon Dain mengambil sesuatu dari dalam tas nya. Memperlihatkan tiga lembar foto kepadaku. Ya, foto itu adalah fotonya Edward yang diambil seseorang secara diam-diam. Sontak mataku langsung menjadi berkaca-kaca saat melihat sosok Edward yang terlihat baik-baik saja.
"Dimana dia?" tanyaku.
"Edward Knightley mengganti identitas nya menjadi Alga Bromin, itu semua atas bantuan Big Papa. Saya hanya bisa membantu sampai disini, teman saya yang merupakan informan dunia bawah tanah tidak mau membantu lebih lanjut," kata Mon Dain sembari memperlihatkan kartu identitas palsu yang Edward gunakan saat ini agar orang-orang tidak bisa melacaknya.
"Terimakasih, tapi kau masih belum menjawab pertanyaan ku, dimana Edward sekarang?" desak ku.
"Saya tidak tahu, lokasi terkini Edward dirahasiakan sesuai dengan permintaan Edward sendiri. Karena ini berhubungan langsung dengan para petinggi mafia di kota ini, saya tidak berani mengambil resiko hanya untuk membatalkan pernikahan anda,"
"Aku akan memberimu uang, berapapun yang kau inginkan! Tolong cari tahu dimana lokasi Edward saat ini!" pinta ku.
"Saya tahu anda banyak uang, tapi masalahnya bukanlah sekedar uang. Nyawa lebih berharga ketimbang uang, jadi saya tidak bisa menerima permintaan anda. Saya sudah tidak perduli anda melanjutkan pernikahan dengan Tuan Gelio, karena orang yang ingin membatalkan pernikahan anda sudah menyerah. Anda akan menikah besok, apalagi yang bisa saya lakukan?" kata Mon Dain yang membuatku tidak merasa puas, padahal aku sudah berharap banyak kepadanya.
Pada akhirnya aku harus tetap melanjutkan pernikahan dengan Gelio. Aku tidak bisa menyerah secepat ini.
"Baiklah, jika kau tidak mau, maka berikan saja kontak temanmu yang menjadi seorang informan itu! Biar aku sendiri yang meminta-"
"Kurasa anda sudah berlebihan Nona, apa anda pikir hubungan kita sedekat itu?" Mon Dain memotong kata-kata ku dengan pernyataan nyelekitnya.
Aku terdiam. Mon Dain pergi setelah mengatakan apa yang ingin katakan. Aku meremas lembaran foto Edward hingga kusut. Kenapa sangat susah untuk menemukanmu? Mau sampai kapan kau akan bersembunyi seperti itu?