NovelToon NovelToon
Cinta Yang Terbelenggu MAHKOTA

Cinta Yang Terbelenggu MAHKOTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Cinta Beda Dunia / Romansa Fantasi / Action / Diam-Diam Cinta / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:802
Nilai: 5
Nama Author: `AzizahNur`

Kerajaan itu berdiri di atas darah, dusta, dan pengkhianatan.

Putri Mahkota yang logis dan penuh tanggung jawab mulai goyah ketika seorang tabib misterius menyingkap hatinya dan takdir kelam yang ia sembunyikan.

Putri Kedua haus akan kekuasaan, menjadikan cinta sebagai permainan berbahaya dengan seorang pria yang ternyata jauh lebih kuat daripada yang ia kira.

Putri Ketiga, yang bisa membaca hati orang lain, menemukan dirinya terjerat dalam cinta gelap dengan pembunuh bayaran yang identitasnya bisa mengguncang seluruh takhta.

Tiga hati perempuan muda… satu kerajaan di ambang kehancuran. Saat cinta berubah menjadi senjata, siapa yang akan bertahan, dan siapa yang akan hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24 : Berdiri Tanpa Mahkota

Keesokan harinya, Yvaine memanggil Lyanna dan Veyra ke sebuah ruangan yang hanya dimilikinya. Begitu mereka masuk, keduanya tertegun melihat Yvaine berdiri tenang di tengah ruangan. Di sisinya ada Arion dan seorang pria asing yang membuat Veyra langsung mengerutkan kening.

Ia melirik ke arah Lyanna dengan tatapan bertanya.

“Siapa laki-laki itu?”

Lyanna menoleh sebentar sebelum menjawab datar, “Dia tabib istana pribadi kakak sekarang.”

Veyra terdiam, terkejut. Ia tidak tahu Yvaine memiliki tabib pribadi. Namun Lyanna menambahkan, “Itu sudah lama dibicarakan. Hanya saja, tidak banyak orang yang tahu. Informasinya memang dibatasi.”

Saat mereka berhenti di tengah aula, Veyra akhirnya membuka suara, “Ada apa, memanggil kami ke sini?”

Yvaine tersenyum tipis. “Jelas. Aku memanggil kalian untuk satu hal… pemberontakan.”

Kata itu membuat Lyanna tertegun, sementara alis Veyra langsung berkerut tajam.

“Pemberontakan?” Lyanna mengulang, seakan memastikan ia tidak salah dengar.

Yvaine mengangguk tenang. “Aku akan ikut turun ke lapangan bersama kalian.”

Keheningan merambat. Veyra melangkah maju dengan nada tajam.

“Apa kau gila, Yvaine? Kekuasaan dan janji yang ayah berikan padamu sudah cukup berat. Jika kau ikut melakukan hal yang sama seperti kami dulu, itu berarti kau melawan ayah!”

Yvaine menatap adiknya dengan tenang. “Aku tidak melawan ayah. Sama sekali tidak ada niat itu. Aku hanya ingin membuktikan satu hal… bahwa sesuatu harus diletakkan pada tempatnya.”

Lyanna ikut maju, sorot matanya menelisik dalam. “Apa kau ingin menunjukkan pada semua orang bagaimana seharusnya pemerintahan bergerak?”

“Ya,” jawab Yvaine singkat. “Kau selalu bisa menebak arahku, Lyanna.” Ia lalu menoleh pada Arion dan Lysander. “Aku juga membawa mereka berdua. Mereka akan ikut turun bersama kita.”

Veyra menatap mereka bergantian, matanya penuh keraguan. “Lalu… apa tugas mereka?”

“Lysander akan menjadi tabib bagi rakyat desa yang membutuhkan saat kita menyelesaikan urusan di sana. Sedangkan Arion…” Yvaine melirik sekilas, “…ia akan menjaga keamanan selama kita berada di luar.”

Lyanna menghela napas. “Kalau kita keluar sekaligus, ayah pasti curiga. Baru beberapa hari saja, ia akan mengirim pengawal untuk membuntuti kita.”

“Itu justru yang kuinginkan,” balas Yvaine mantap. “Selama ini, suaraku tidak pernah dianggap ada dalam rapat. Saranku tidak didengar para menteri. Bahkan jika ayah masih mencoba mendengarkan… aku tidak akan menunggu lagi. Aku akan menunjukkannya dengan tindakan.”

Kedua adiknya terdiam. Mereka tahu persis perasaan itu…diragukan, diremehkan, bahkan dipaksa bungkam sejak kecil. Mereka pernah hanya bisa mengeluh pada Celestine. Dan kini, meski hampir memimpin bagian mereka masing-masing, kepercayaan itu tetap tidak datang.

Yvaine melangkah maju, mengelus kepala Veyra lalu menggenggam tangan Lyanna.

“Lepaskan status kalian, jika itu hanya menjadi penjara. Jadilah diri sendiri. Jangan biarkan pandangan orang lain mengikat kalian.”

Veyra menatap kakaknya dengan ragu. “Bukankah perubahan ini dulu kau yang usulkan? Kenapa sekarang kau sendiri yang mengingkari?”

Yvaine terdiam sesaat sebelum menjawab lirih, “Jika tidak ada perubahan meski kita sudah berubah… maka ubahlah lagi. Bukan dengan cara mereka, melainkan dengan cara kita sendiri.”

Yvaine menatap kedua adiknya dalam diam. Ruang itu terasa hening, seolah menunggu keputusan yang lebih daripada sekadar kata.

Veyra lebih dulu terdiam, lalu perlahan menaikkan tangan ke kepala. Dengan gerakan tenang namun tegas, ia melepaskan mahkota yang selama ini menjadi simbol statusnya. Kini mahkota itu menggantung di telapak tangannya, berat namun tak lagi mengikat. Matanya menatap Yvaine… tatapan itu tajam, dipenuhi tekad dan ancaman yang tak terselubung. Dalam hati ia bersumpah.

‘Aku akan membunuh siapa pun yang berani menyakiti Yvaine atau Lyanna.’

Lyanna menyusul. Ia menarik mahkotanya, meletakkannya di pangkuan, lalu menatap lurus ke arah udara seolah menantang nasib. Dalam hatinya terpatri janji yang sama.

‘Aku tidak akan membiarkan pelaku kesalahan, hidup nyaman setelah mencederai keluargaku.’

Yvaine menutup barisan. Ia menunduk sebentar sebelum melepas simbol kerajaan dari rambutnya. Senyum tipis mengembang di bibirnya bukan senyum kemenangan, melainkan tekad yang lembut. Di dalamnya tumbuh satu niat kuat.

‘Aku akan menjaga, melindungi, dan berdiri di samping mereka, apapun taruhannya.’

Ketiganya kini berdiri tanpa mahkota; tampak lebih manusiawi, lebih rentan, namun jauh lebih bulat dalam keputusan. Di mata Yvaine, langkah ini bukan sekadar pemberontakan… melainkan awal dari perubahan yang tak lagi bisa ditunda.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!