DALAM SARANG JANDA JANDA MUDA

Di saat Tito dan Yoyo asyik ngobrol sambil menjaga dua anak yang terlelap di atas tubuh mereka, tiba tiba Miss A moy masuk ke dalam kamar anak anak, membuat salah salah satu pemuda itu menjadi tegang karena teringat kejadian semalam.

"Astaga! Itu Zoe, tidur di atas tubuh kamu? Apa nggak berat, Tito?" tanya A moy yang merasa terkejut dengan kelakuan anaknya yang tidur bukan pada tempatnya. A moy yang hanya memakai baju tipis berlutut di samping kanan Tito dan mengusap pipi anaknya. "Zoe, Sayang. Bangun! Ini Om Tito keberatan loh."

"Nggak apa apa, Miss. Biarin aja, kasihan," ucap Tito dengan suara yang terbata dan mata yang terpaksa menatap rambut sang si bocah. Wajar jika Tito mendadak gugup, karena disampingnya terpampang paha mulus dan putih milik A moy. Apa lagi baju tidur yang tipis itu menunjukkan kalau A moy tidak memakai apa apa lagi selain baju pakaian tipis itu.

"Maaf ya, To, Zoe sangat merepotkan ya?" ucap A moy dengan posisi masih berlutut sambil menatap pria yang jantungnya semakin berdebar tak karuan.

"I-iya, Miss, nggak apa apa. Inikan sudah jadi tugas saya," balas Tito semakin merasa gugup. Yoyo yang terbaring disebelahnya hanya bisa terdiam menyaksikan interaksi dua orang didekatnya.

Tanpa diduga dan disangka, tiba tiba tangan A moy bergerak dan mengusap pipi Tito. Kamu manis sekali, makasih ya?"

Tubuh Tito sontak saja langsug menegang. Seumur umur, baru kali ini ada wanita yang memegang pipinya walau sesaat selain ibu kandungnya. Perasaan Tito semakin tak karuan. Dia bahkan hanya mampu mengiyakan dengan suara lirih.

"Gila! Apa yang Miss A moy lakukan?" pekik Tito begitu A moy beranjak pergi dan menghilang di balik pintu.

"Mungkin Miss A moy suka sama kamu, To," ucap Yoyo yang sempat terkejut juga melihat kelakuan majikannya tadi.

"Masa suka sama babu? Nggak mungkin banget."

"Ya kali aja, apa lagi mereka selalu bilang kalau kita itu tampan, dan tadi juga Miss A moy bilang, kamu cowok yang manis. Bisa saja kan dia suka sama kamu. Apa lagi lihat tuh anaknya, nempel banget."

"Hahaha ... ngarang aja kamu, Yo. Kenal aja baru tiga hari, mana mungkin langsung suka. Jangan ngada ngada deh kamu."

"Siapa yang ngada ngada? Kamu percaya nggak sih, dengan yang namanya cinta pada pandangan pertama? Bisa saja kan hal itu terjadi pada Miss A moy?"

Tito sontak terdiam. Apa yang dikatakan Yoyo sangat mengganggu pikirannya. Cinta pada pandangan pertama memang ada dan Tito pernah mengalaminya. Meski cintanya tidak pernah tersampaikan, Tito pernah memiliki perasaan itu kepada wanita yang baru pertama kali dia lihat.

Tapi untuk kasus Miss A moy, Tito merasa ada yang janggal. Tito terus berpikir kira kira ada apa dengan Miss A moy? Namun beberapa saat kemudian Tito terperangah dengan pemikirannya sendiri tentang kejadian semalam.

"Aduh! Mati aku!" pekik Tito sambil menepuk keningnya.

"Kenapa?" tanya Yoyo heran.

"Ini pasti gara gara kejadian semalam."

"Kejadian semalam? Emang semalam apa yang terjadi?"

"Gini ..." Tito langsung menceritakan tentang apa yang terjadi saat semalam dia terbangun karena ingin buang air.

"Astaga! Kamu serius?" tanya Yoyo dengan ekspresi wajah antara percaya dan tidak percaya.

"Seriuslah, aku bahkan melihatnya beberapa menit."

"Ah sial, kenapa kamu nggak bangunin aku? Gimana? Mulus nggak?" tanya Yoyo antusias tapi dengan suara pelan. Takut anak anak terbangun.

Sebelum menjawab, Tito berusha memindahkan tubuh Zoe ke tampat tidur yang Tito gunakan. Melihat seperti itu, Yoyo pun melakukan hal yang sama. Kini keduanya duduk di tepi sambil mengawasi anak anak.

"Mulus banget, Gila! Tapi sepertinya dia memakai alat bantu gitu."

"Astaga! Jangan jangan, semua wanita yang ada di rumah ini, pada memkai alat bantu kalau lagi pengin."

"Sepertinya iya, Miss A win malah punya banyak. Dan kamu perhatikan nggak, Yo?"

"Perhatikan apa?"

"Semua majikan kita sepertinya kalau di rumah hanya memakai satu baju. Di dalamnya tidak memakai apa apa lagi."

"Ah iya, Yo. Benar. Astaga! Kenapa mereka pada sebebas itu ya?"

"Entahlah. Yang jelas budayanya aja sudah beda dengan budaya negara kita. Disini tuh belum nikah juga udah banyak yang tinggal bareng."

"Ah iya, benar."

Di saat mereka sedang asyik ngobrol, keduanya dikejutkan dengan suara keras.

"Tolong!"

...@@@@@...