gadis yatim piatu yang harus berjuang hidup sendiri tanpa memiliki sanak saudara. ia melanjutkan kuliahnya dari bea siswa dan bekerja di sebuah tempat karaoke keluarga milik sahabnya.
namun semuanya berubah saat seorang pria yang mabuk memperkosanya. sehingga ia hamil.
bagaimana kelanjutan kisahnya.
nafisa. gadis cantik berusia 20 tahun. seorang mahasiswi di fakultas ekonomi. yg bekerja sebagai waiter di salah satu tempat karoke.
aldiansah Pratama
seorang mahasiswi dan pengusaha. berusia 21 tahun.
Julian Saputra.
pria mapan berusia 28 tahun.
seorang pengusaha muda yg sukses.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilik Bunda Abib, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 19
Aku bagaikan mayat yang sedang berjalan. Tubuh ku berjalan, namun roh ku telah pergi
saat malam pemerkosaan itu. Bukan hanya kesucian ku yang hilang namun juga arwahku.
Saat kau menjauh, Saat itu aku menyadari bahwa aku sendiri di dunia ini.
~ nafisa~
Matanya tertuju melihat mukena yang tergantung di dinding. Mukena yang diberikannya sebagai mahar pernikahan.
Julian melihat Nafisa yang sudah memakai baju rapi. “Mau ke mana,” tanya Julian.
“Saya mau ke kampus tuan.” ucap Nafisa.
“Saya antar.” Tawar Julian.
“Maaf tuan saya naik busway saja. Maaf tuan saya mau keluar. Pintunya mau saya kunci.” ucap nya.
Julian berjalan keluar dari rumah Nafisa.
“Permisi tuan.” ucap Nafisa saat Ia akan pergi.
Julian menganggukkan kepalanya. Dilihatnya gadis tersebut berjalan. Ia benar-benar tidak menyangka kalau mukena yang diberikannya dipakai sholat oleh gadis tersebut. Mukena yang biasa dengan harga yang standar. Julian masih melihat tubuh gadis itu dari belakang. Ia masuk ke dalam mobil.
“Seperti apa kamu lihat aku Nafisa. Seperti apa kau memandang aku Nafisah? Apa kau benci? Kau marah? Kau cinta? Kau takut? Seperti apa Nafisa? Seperti apa kau melihat ku? Sungguh sikap yang kau tunjukkan tidak bisa aku mengerti.” Batin Julian lirih dalam hati.
Nafisa duduk di halte. Ia memegang perutnya. Pagi ini tidak ada orang yang duduk di halte tersebut hanya Nafisa. “Nak, mama sudah gajian. Nanti pulang dari kampus. Kita langsung ke rumah sakit. Mama mau lihat kamu. Maafkan mama ya nak. Mama gak punya uang membeli makanan yang enak-enak agar kamu bisa kenyang.” ucap nya yang memegang perutnya.
Julian yang keluar dari gang rumah Nafisa melihat gadis tersebut duduk di halte seorang dari. Tampak gadis tersebut memegang perutnya sambil bercerita. Saat melihat busway mendekat, Nafisa langsung masuk ke dalam.
**********
Seperti biasa Nafisa datang pagi ke kampus. Ia singgah di toko fotocopy untuk ngeprin makalah yang sudah dibuatnya. Hari ini kelompoknya maju untuk persentasi. Ia satu kelompok dengan Aldi. Kelompoknya hanya berdua. Sudah pasti Aldi tidak akan membuat makalah tersebut karena memang biasanya Nafisa yang selalu mengerjakan saat mereka satu kelompok, maka Aldi yang ngeprin, menjilat dan mengopi untuk teman sekelasnya. Namun saat ini keadaannya, mereka sangat tidak baik sehingga Nafisa ngeprin makalah, jilid dan mengopi untuk teman sekelasnya.
Nafisa masuk ke kelas dengan membawa makalah dan copyan untuk diskusi. Nafisa duduk didekat jendela paling belakang. Ia tidak sabar menunggu jam kuliah selesai. Ia sudah tidak sabar untuk segera ke dokter. Kelas yang sepi, berangsur-angus ramai. Nafisa duduk dengan menundukkan kepalanya. Saat dosen masuk meminta untuk memulai diskusi Nafisa maju ke depan sambil memberikan copyan ke teman satu kelas tersebut.
“Al kita maju.” Nafisa berbicara dengan Aldi.
Aldi berjalan kedepan. Mereka duduk di depan. Aldi selaku moderator membuka diskusi. Materi dijelaskan oleh Nafisa. Nafisa menjelaskan seluruh materi diskusi tanpa membaca makalahnya. Dosen tersebut membuka makalah yang ada di tangannya. Ternyata semua yang disampaikan gadis tersebut sesuai dengan isi makalah yang dikerjakannya. Dosen tersebut tampak kagum melihat kecerdasan gadis tersebut.
Aldi mulai membuka sesi tanya jawab. Ia membatasi pertanyaan paling banyak 5. Nafisa mulai mencatat setiap soal yang di tanyakan audiens. Setelah Nafisa mencatat semua pertanyaan lengkap dengan jawabannya. Setelah Aldi menjawab pertanyaan dari audiens. Diskusi di tutup.
Aldi kembali ke tempat duduknya tanpa menyapa Nafisa.
Nafisa hanya diam memandang punggung pria itu. Selama ini, bahu pria itu yang menjadi sandaran nya saat menagis. Namun sekarang Ia hanya mampu menatap punggung lebar pria tersebut.
******
Nafisa langsung ke rumah sakit setelah pulang dari kampus sampai di rumah sakit setelah menyelesaikan.
***
jangan lupa like komen dan votenya ya reader.
terimakasih atas dukungannya.
😊😊🙏🙏
dan dia pura2 tidak mengenali
dan dia pura2 tidak mengenali