JANGAN DIBACA!!!
ASLI, BUKAN TIME TRAVEL, YA!
HANYA KISAH ASAL PENUH PERKETYPOAN!
KALAU UDAH BACA, YA JANGAN NYESEL! BISA MENYEBABKAN MUAL DADAKAN, GANGGUAN SUSAH TIDUR, DIABETES BERLEBIHAN, DAN BUCIN DADAKAN.
(Gejala di atas berdasarkan survey dari zaman kuno hingga saat ini).
Bagai bulan yang tertutup awan, aku harus membuang semua hal tentangku, semua jati diriku, dan melanjutkan hidup sebagai kembaranku sendiri.
Terasa susah. Namun, itulah yang harus kulakukan. Hanya karena paksaan sang ayah dan juga kesalahan yang sepenuhnya bukan milikku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggrek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tuan Muda Ferdinan.
Hari ini, Rian mengajukan surat pengunduran diri dari tempatnya bekerja. Banyak yang bergosip, anak muda itu berhenti karena tak tahan dibully oleh senior yang tak suka akan kecakapannya dalam bekerja. Ada juga sebagian yang menyayangkan hal tersebut, mereka tak lagi bisa cuci mata dengan wajah tampan tapi terkesan manis milik Rian.
"Paling dia gak tahan disuruh ini-itu sama karyawan lain!" bisik salah satu pegawai.
"Sayang banget, gak bisa liat wajah itu lagi secara gratis tiap hari," ungkap yang lain mendesah tak rela.
"Mungkin dia mau lanjut sekolah, liat aja tuh, dia kan masih remaja,"kata karyawan lain lagi.
"Bocah ingusan aja mau coba-coba jadi salah satu pemimpin di sini!" cibir karyawan yang tak suka pada Rian.
"Gitu-gitu jabatannya lebih tinggi loh daripada kamu, dalam beberapa bulan aja dia bisa dapat promosi!" balas yang lain.
"Heleh, paling itu karena jasa orang dalam!" ketus karyawan yang tak suka itu lagi.
"Gak gitu kok, dia emang bener-bener bisa ngerjain tugasnya dengan sangat baik!" bela yang lain tak setuju.
"Kamu itu pasti salah satu fans yang suka sama tampang alim, lugu, dan manisnya, kan?" kata karyawan satunya tak suka.
"Kalau iya memangnya kenapa?" balas satunya.
"Menurut saya, dia gak cuma ngandalin wajah, tapi emang punya kemampuan!" lanjutnya lagi.
Banyak yang berdebat hanya karena Rian mengajukan surat pengunduran diri, sedangkan Rian sendiri malah membereskan mejanya dengan tenang. Dia tak terpengaruh dengan bisik-bisik yang dilakukan para karyawan tentang dirinya. Mau orang percaya dia punya bakat dan kemampuan, ya syukur. Mau gak percaya juga gak apa-apa, gak ada masalah yang akan terjadi padanya. Yah, paling hanya sekedar jadi rumor yang beredar sesaat saja.
"Saya permisi, terimakasih atas bimbingannya selama ini!" ucap Rian setelah selesai membereskan barang-barangnya yang ada di meja, dia berpamitan dengan sopan, tak lupa senyum kecil disematkannya di bibirnya.
"Kenapa mengundurkan diri secepat ini? Maksud saya ini terlalu terburu-buru sepertinya," tanya salah satu karyawan yang sering dibantu oleh Rian.
"Ada hal mendesak yang harus saya lakukan, cepat atau lambat saya juga pasti harus keluar dari sini," balas Rian memberi alasan.
"Kami semua pasti akan sangat kehilangan karyawan yang berbakat seperti kamu, Rian," kata yang lainnya.
Rian melirik sekilas jam yang menggantung di sudut dinding. "Saya harus pergi sekarang, sekali lagi terimakasih," ucapnya sebelum pergi tanpa menoleh lagi.
"Eh, eh, liat gak? Tadi Rian masuk mobil apa?" ucap salah satu pegawai begitu Rian tak lagi terlihat.
"Mana kita-kita perhatiin soal yang begitu?!" timpal yang lain mewakili jawaban sebagian rekan kerjanya.
"Itu mobil mahalan loh, gak tahu pasti harga aslinya, yang pasti itu mobil mahal deh! Karyawan kayak kita-kita ini gak bakal mampu beli," kata orang yang pertama bertanya kembali bergosip.
"Mungkin gak, si Rian berhenti karena ketemu sama kerjaan yang lebih gampang, gak capek-capek mikir, trus duitnya mengalir kayak hujan!" tambahnya dengan bumbu-bumbu cibiran.
"Maksud kamu ..., ah, gak mungkin! Terlalu muda, Rian juga pinter gitu, kok," sanggah karyawan lain ragu.
"Jangan salah, biasanya yang muda itu yang suka menggunakan jalan pintas!" kata pegawai satunya meyakinkan.
"Terserah dia juga, sih. Hidup-hidupnya juga, kok!" kata teman kerjanya, dia meninggalkan temannya yang suka bergosip itu setelah mengatakan hal tersebut.
"Huh, dibilangin gak percaya. Pasti apa yang saya katakan itu benar!" ucapnya sangat yakin.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...
Sore hari, di rumah kaca yang terdapat berbagai jenis bunga yang dirawat oleh nyonya Ferdinan. Rian menikmati waktunya degan menyeruput teh di sana, tak lama ayah dan ibunya bergabung. "Anak mommy, minum teh gak ngajak-ngajak!" kata Desita, pelayan yang menemani Rian langsung menuangkan secangkir teh untuk nyonya majikan mereka.
"Rian kira mom lagi istirahat!" balas Rian asal memberi alasan.
"Bagaimana harimu?" tanya sang ayah menatap anaknya dengan seksama.
Rian tersenyum sambil mengangkat bahunya. "Baik, tak ada hal buruk yang terjadi. Rian sudah keluar dari perusahaan, tapi mungkin bakalan ada rumor miring yang tersebar," kata Rian enteng.
"Rumor?" kening Desita mengernyit.
"Biasa mom, orang tampan selalu dikelilingi rumor tak jelas," ucap Rian menyibak rambutnya ke belakang.
Herman mengangguk paham. "Lusa kamu ke kantor daddy, ya. Bantu-bantu di sana sebelum kita balik."
"Okey dad, semoga semua rumor yang tersebar tak terlalu buruk," ucap Rian cepat.
"Apa mommy bantu untuk menghilangkan?" tanya Desita yang ingin melakukan sesuatu, dia pasti bisa jika hanya menghilangkan rumor tak berdasar, apalagi ini soal anak mereka.
Rian menggeleng. "Tak perlu mom, Rian tak masalah!" katanya.
"Rian mau rehat dulu, ya mom, dad," pamit Rian, dia pergi setelah Aya dan ibunya mengangguk mengiyakan permintaannya.
"Huff ..., hari yang melelahkan!" gumam Rian sambil berjalan santai menuju kamarnya.
"Rian sudah dewasa sekarang," ucap Desita menarik segaris senyum yang entah apa artinya.
"Terlalu dewasa untuk anak seumuran dirinya!" kata Herman mengangguk setuju dengan ucapan istrinya.
"Ma, jika kita tak mengusulkan hal itu pada Rian, apa yang akan kita alami sekarang? Apa kita bisa hidup bersama dan baik-baik saja seperti saat ini? Atau ..., mama tahu, kan apa yang mau papa katakan?"
Desita menatap suaminya dengan tatapan tak suka. "Jangan ungkit hal itu lagi! Tak ada satu orang pun yang mengetahui tentang hal itu selain kita bertiga, jadi jangan katakan hal seperti tadi. Apalagi di depan pelayan ke depannya!" Desita berdiri, dia merasa kesal dengan ucapan suaminya.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...
Rian datang dengan penampilan baru, dia berangkat bersama sang papa ke kantor pusat. Banyak mata memandang, tapi Rian terus menatap ke depan tanpa menoleh atau bahkan tersenyum. Karyawan bertanya-tanya, mengapa pemilik perusahaan berjalan berdampingan dengan remaja. Pagi ini Herman mengadakan rapat terbuka di aula kantor. Rian dan Herman duduk berdampingan.
"Bukankah itu anak muda yang beberapa waktu lalu kemari?" ucap resepsionis yang pernah menyambut Rian.
"Eh, lo bener loh!" kata temannya yang duduk di sebelahnya.
"Iyakan, wajah kayak gitu mana bisa gue lupain!" balas si resepsionis bangga.
"Kira-kira ada apa, ya?" celetuk rekan kerja mereka yang berdiri di belakang.
"Diem aja, ntar juga paham! Kita dikumpulkan di sini pasti mau bahas itu!" ucap yang lain mengingatkan.
"Pagi semua! Mohon perhatiannya sebentar dan terimakasih sudah bersedia hadir!" kata sekretaris Herman meminta perhatian agar karyawan bosnya bisa diam.
"Terimakasih! Jadi begini saya tak mau bicara panjang-lebar. Intinya saya di sini untuk mengenalkan putra saya yang akan membantu kita mulai hari ini," ucap Herman berdiri dari duduknya. Dia mengkode agar Rian melanjutkan.
Rian berdiri, dia membenarkan pakaiannya sebentar. "Saya Rian, tuan muda keluarga Ferdinan. Adrian Ferdinan, mohon bantuan untuk ke depannya!" kata Rian diakhiri dengan senyum simpul.
ayang bebeb disuruh jd tukang parkir 😝😝😝😝