Arumi menikah dengan pria yang tidak pernah memberikan cinta dan kasih sayang padanya, pria yang selalu merasa tak pernah cukup memiliki dirinya. Kesepian dan kesunyian adalah hal biasa bagi Arumi selama satu tahun pernikahannya.
Raka— suami Arumi itu hanya menganggap pernikahan mereka hanya sekedar formalitas semata dan bersifat sementara. Hal ini semakin membuat Arumi menjadi seorang istri yang kesepian dan tidak pernah bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : Bersikap Tenang Namun Menusuk
Raka memegang jeruji gerbang itu dengan kuat, rahangnya mengeras mendengar kesarkasan dari Arumi.
“Jangan bertindak sesuka hatimu, Arum. Aku ini masih suamimu dan aku berhak atas kau dan rumah ini,” hardik Raka.
“Iya aku tau tapi ini sudah malam, Raka. Bukan jam tamu lagi, kalau kamu mau masuk ya silakan saja tapi kedua orang tua dan calon istrimu itu tidak berhak masuk, soalnya aku tidak nyaman, gimana dong?” Shima maju mendekati gerbang dan berdiri tepat di depan Arumi. Begitu kesal dia melihat wajah Arumi yang sangat meremehkan itu.
“Tidak berhak katamu? Aku ini ibu dari suamimu dan semua ini milik anakku,” sahut Shima yang membuat Arumi semakin terkekeh.
“Sudahlah ya, aku tidak mau berdebat. Ada apa kalian ke sini? Kalau hanya untuk mendebatku, datang saja besok karena aku ingin tidur. Anak panti seperti aku sudah terbiasa tidur jam 9 malam dan kalian baru saja mengusik waktu istirahatku.”
Shima yang ingin mengutuk menantunya itu langsung dihalangi oleh Zafran. Kini Zafran berdiri di depan mereka semua untuk menyelesaikan perbincangan malam ini.
“Kami ke sini untuk berbincang mengenai pernikahan Raka dengan Nadira, dan kami butuh pembicaraan yang sangat private denganmu, Arum.” Zafran berusaha bersikap tenang serta penuh wibawa agar Arumi mau mendengarkannya.
“Bicarakan saja di sini,” balasnya.
“Ini pembicaraan rahasia dan kami harus membicarakannya secara tertutup denganmu.”
“Butuh berapa menit? Soalnya aku sangat mengantuk.”
“Setengah jam saja, bisa?”
“Baiklah, jangan lebih.”
Arumi memberikan isyarat pada satpam agar membukakan gerbang besi tersebut. Mereka semua masuk dengan tenang walau hati mereka sangat kacau, harga diri mereka sudah diinjak oleh Arumi.
Raka begitu kaget melihat rumahnya, baru satu mingguan ini dia tinggal dan semua sudah berubah total. Taman dipenuhi dengan bunga-bunga mahal, lampu taman itu juga terlihat sangat fantastis.
Ketika menginjakkan kaki di dalam rumah, Raka juga dibuat tak menyangka kalau semua isi rumah tanpa terkecuali sudah diganti oleh Arumi. Tak ada yang murah di dalam rumah itu, Shima, Zafran, dan Nadira juga sama seperti Raka, mereka kaget dengan isi rumah Arumi yang sangat berkelas dan mahal.
Sama seperti isi rumah mereka sendiri, bahkan lebih mewah lagi.
“Kenapa kau menukar semua barang-barang tanpa seizinku?” tanya Raka pada Arumi, perempuan itu menghentikan langkahnya hingga semua yang di belakangnya ikut berhenti.
Arumi memutar tubuh dan menatap Raka. “Ini rumahku dan aku berhak menukar apapun sesuai dengan yang aku sukai.”
Sial. Itulah yang diumpatkan Raka dalam hatinya berkali-kali.
“Aku tau tapi kenapa kau tidak bilang padaku?”
“Kenapa harus bilang? Kau saja yang selingkuh di belakangku tidak bilang atau izin, kau malah bilang setelah kalian akan menikah.” Zafran memegangi lengan Raka yang ingin maju mendebat Arumi.
“Sabarlah dulu, kita harus selesaikan satu-satu,” bisik Zafran yang dipatuhi oleh Raka.
Mereka kembali melanjutkan berjalan ke ruang tamu lalu duduk saling berhadapan. Tak lama, Mardiana datang menyajikan minuman serta cemilan. Jelas Raka kembali kaget karena istrinya sudah berani menyewa jasa pembantu di rumah itu.
Raka hanya bisa menahan amarahnya sekarang sampai semua pembicaraan selesai.
“Raka dan Nadira akan segera menikah dalam minggu ini, pernikahan ini hanya pernikahan siri. Raka tidak bahagia denganmu dan dia ingin berpisah tapi kamu tau sendiri kalau perceraian adalah hal yang buruk dalam keluarga kami. Jadi untuk itu, kami ingin kamu merahasiakan semua ini dari siapapun.” Arumi mengangguk karena dia sudah paham dengan semua itu.
“Sampai kapan pernikahan mereka akan dirahasiakan? Dan sampai kapan pernikahanku akan bertahan?” tanya Arumi penuh tekanan.
“Kami akan mengurus perceraian kamu dengan Raka, kami akan mencari cara agar kalian bercerai tanpa merusak nama baik keluarga kami terutama nama baik Raka sendiri. Sampai waktu itu tiba, pernikahan mereka harus dirahasiakan.” Zafran mencoba untuk menjelaskan.
“Baiklah, kalau begitu, aku akan ikut membantu untuk mencarikan alasan yang bagus. Kalian tenang saja.” Jawaban Arumi sukses menghancurkan harga diri Raka.
Raka menatap istrinya yang terlihat tenang tanpa rasa cemburu atau sakit sedikit pun. Arumi bahkan setuju untuk mencarikan alasan agar pernikahan mereka berakhir. Bukan ini reaksi yang ingin didapatkan oleh Raka, dia sangat ingin melihat Arumi menangis, sedih, dan tertekan.
“Satu hal lagi, pernikahan mereka nantinya tidak akan dihadiri oleh keluarga Nadira karena kami juga menjaga perasaan Nadira. Secara posisi Nadira sangat tidak menguntungkan saat ini,” tambah Zafran lagi.
Arumi langsung menatap Nadira dan memberikan seringai kecil pada gadis selingkuhan suaminya itu.
“Kenapa? Apa karena dia menjadi seorang simpanan makanya dia malu untuk memberitahu keluarganya?” ledek Arumi yang tentu saja merusak suasana hati Nadira.
“Jaga bicaramu, Mbak. Aku bukan simpanan Mas Raka.” Arumi tertawa sarkas mendengar pembelaan diri dari Nadira.
“Kalau bukan simpanan, lalu apa namanya? Kan kamu akan menikahi suamiku dan sudah berhubungan badan dengannya tanpa sepengetahuanku. Kalau bukan simpanan, lalu apa namanya? Pelakor?” seloroh Arumi yang diakhiri dengan tawa meledek.
“Cukup Arum, kau sudah keterlaluan. Jangan karena aku hanya diam saja, kau bisa bertindak sesuka hatimu begini ya,” sela Raka yang akhirnya membuat Arumi diam begitu pula dengan Nadira.
Dia diam namun wajahnya menunjukkan ekspresi mengejek.
...***...
Selesai pembicaraan tersebut, semua pulang kecuali Raka. Dia masih ingin meminta penjelasan dari istrinya mengenai semua perubahan ini. Nadira terpaksa harus diantar oleh kedua orang tuanya untuk pulang ke rumah.
Mereka berdua memasuki kamar dan Arumi langsung saja duduk di atas kasur dengan punggung ia sandarkan ke headboard lalu menarik selimut agar menutupi kakinya.
“Apa-apaan semua ini, Arum? Kenapa kau memperbaharui semua ini tanpa sepengetahuanku? Kau menghabiskan semua uangku untuk ini,” kata Raka yang tak habis pikir dengan perubahan Arumi.
“Aku hanya menjalankan semua perkataanmu saja, Raka. Kan kamu sendiri yang bilang kalau aku dibiayai olehmu dan aku juga hidup dengan semua hartamu. Padahal selama ini aku tidak pernah menikmati semuanya sesuai kehendakku, jadi aku gunakan sekarang. Kan kau ingin bahagia dengan menikahi Nadira, aku juga ingin bahagia dengan menikmati semua harta suamiku, tidak salah kan?” Raka mengusap kasar wajahnya lalu menghembuskan napas kasar, dia sangat lelah menghadapi istrinya kali ini.
“Kau mau mencoba untuk menguras semua hartaku, begitu?”
“Menguras? Aduh Raka, kamu tidak diajarkan sama orang tua kamu mengenai kewajiban seorang suami? Setelah menikah, semua kebutuhan istri harus dipenuhi oleh suami dan suami wajib memberikan nafkah untuk istrinya. Nafkah itu bukan hanya sekedar uang belanja saja, tapi termasuk pakaian dan kebutuhan istri yang lainnya. Masa itu saja tidak tau, atau memang tidak ada yang memberitahu?” sarkas Arumi, ia lalu berpura-pura terkejut dengan membesarkan matanya dan membuka mulut. Dia menyibakkan selimut dan turun dari ranjang untuk mendekati Raka.
“Oh aku lupa, kamu itu kan orangnya sangat susah diberitahu ya dan orang tuamu juga selalu sibuk jadi lupa mengajari anak laki-lakinya cara memperlakukan istri. Ckck ... masa kalah sih pengetahuan kamu sama aku yang hanya dibesarkan di panti asuhan, padahal kamu punya orang tua tapi aku tidak, jangan buat malu deh.”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
sama-sama kagak gunaaa/Hammer//Joyful/
istri sah : Ngabisin duit suami
pelakor : ngabisin duit buat ngabisin nyawa istri sah/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
pelakor sakit hati : cari pembunuh bayaran 🤣🤣 gak ada harga dirinya lu Dir