NovelToon NovelToon
Mr. Billionare Obsession

Mr. Billionare Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Cintapertama
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yusi Fitria

Semua berawal dari rasa percayaku yang begitu besar terhadap temanku sendiri. Ia dengan teganya menjadikanku tumbal untuk naik jabatan, mendorongku keseorang pria yang merupakan bosnya. Yang jelas, saat bertemu pria itu, hidupku berubah drastis. Dia mengklaim diriku, hanya miliknya seorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusi Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 18

Mataku mengerjap-ngerjap pelan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Ketika sepasang mataku sudah terbuka lebar, kudapati kamar yang tidak asing, kamar Elbarra tentunya.

Aku menoleh, ada Elbarra disampingku yang tengah terlelap. Kulirik jam bulat yang bertengger di dinding, waktu sudah menunjukkan jam 5 pagi. Aku bangun lalu memperhatikan tubuhku yang sudah terbalut piyama. Seketika ingatan tentang kejadian semalam berputar di otakku.

Kurasakan tubuhku yang gemetar, anxiety-ku kambuh. Aku menepuk-nepuk dadaku yang terasa sesak.

"Sayang?" Elbarra terbangun dari tidurnya, mungkin karena terganggu dengan suaraku.

"Ada apa?" Ia langsung duduk lalu menangkup wajahku. Nadanya terdengar sangat khawatir.

"Aku.. aku takut." Air mataku tak bisa kutahan, aku terisak lagi dihadapannya.

Segera Elbarra menarikku kedalam pelukannya. "Its okey, Sayang. Semua sudah baik-baik saja."

Sedikit aku merasa tenang saat berada di dalam pelukannya. Hangat dan nyaman.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Sayang? Mengapa pria itu bisa masuk kedalam kamar mandi wanita?" Aku kembali mengingat-ingat apa yang terjadi.

Flashback saat aku dan Addie berada di kamar mandi...

"Si, aku iri kepadamu."

Aku yang lagi menunduk membersihkan gaun, langsung mendongak menatap Addie. Ada kesedihan di matanya.

"Iri karena apa, Ad?"

"Aku iri karena semua orang menyukaimu."

Sejenak aku bergeming, lalu tersenyum kecil. "Semua orang juga menyukaimu, Ad."

"Tidak," geleng Addie, "Mereka hanya berpura-pura menyukaiku."

Saat aku hendak membalas ucapannya, ponsel Addie tiba-tiba berdering. Ia melirik sekilas ke layar ponselnya, kemudian beralih menatapku.

"Hm, Si. Aku keluar sebentar yaa..."

Aku mengangguk iyakan. Tersisa aku di kamar mandi. Suasananya begitu sepi, aku rasa hanya ada aku di kamar mandi, bahkan di bilik-bilik pun kurasa tidak orang.

Sambil membersihkan kembali gaunku, aku jadi mengingat kata-kata Addie barusan. Apa maksudnya? Siapa yang berpura-pura menyukainya?

Brakk!

Seseorang menendang pintu dari arah luar, kulihat seorang pria masuk kedalam.

"Permisi, Tuan. Kau salah masuk kamar mandi. Kamar mandi pria ada di sebelah!"

Pria tersebut tidak mengindahkanku, ia justru berjalan menghampiriku. "Namamu Sisi?"

Aku mengangguk, "Kau mengenalku?"

"Tentu saja. Sejak aku melihatmu tadi, aku jadi langsung suka."

Dahiku mengernyit heran, sejak kapan aku bertemu dengannya? Kurasa tidak pernah.

"Aku memperhatikanmu sejak awal kau masuk, sayangnya seorang pria selalu mengikuti kemanapun kau pergi. Tapi sekarang, kau sendirian. Oleh sebab itu, aku menghampirimu."

"Tidak etis rasanya seorang pria masuk kedalam kamar mandi wanita."

"Aku tahu. Namun jika tidak seperti ini, aku tidak akan bisa bicara denganmu." Ia terkekeh, membuatku jadi cemas.

Aroma alkohol begitu menyengat dari tubuhnya. Sepertinya pria ini mabuk, makanya dia bicara dan bertingkah melantur.

Buru-buru aku mengambil langkah lebar menuju pintu, sayangnya dia lebih dulu berlari kemudian menutup pintu tersebut. Alarm bahaya menyala dalam diriku.

"Aku ingin keluar!" tegasku.

Ia menggeleng sambil tersenyum miring, "Kau boleh keluar setelah aku 'melakukannya'."

"Jangan mencoba mendekatiku!"

Sayangnya, ucapanku tidak diindahkan olehnya. Pria itu perlahan mempersempit jarak diantara kami, lalu menyentuh bahuku kasar.

Aku menepisnya lalu melangkah mundur, "Kau tuli? Apakah ucapanku tadi tidak jelas ditelingamu?"

"Oh, Sayang. Sebentar saja." Senyum mesumnya membuatku merinding.

Kuinjak kakinya hingga ia meringis kesakitan. Aku berlari kearah pintu, kucoba membukanya namun tidak bisa. Pintunya terkunci dari luar.

"Gadis sialan! Percuma kau berusaha membukanya, pintunya tidak akan terbuka. Temanku sudah menguncinya dari luar, dan akan terbuka jika aku yang meminta."

Tiba-tiba saja pria itu menarik tanganku, ia mencoba melepas pakaianku. Aku berusaha mempertahankan, namun ia berhasil merobek lengan bajuku. Disini aku sudah menangis dan memohon kepadanya, tapi ia tidak perduli.

"Aku akan memberimu uang, tapi tolong lepaskan aku!"

"Tidak. Jika aku melepaskanmu, maka temanku akan marah."

Sejenak aku berpikir, siapa 'teman' yang dimaksud olehnya? Mengapa 'temannya' itu tega terhadapku? Apakah aku mengenalnya?

Sreeet!!

Kelakuannya semakin brutal, lengan bajuku sudah robek sepenuhnya.

"Tolongggg..." Aku berteriak sambil menangis histeris. "Siapapun kumohon tolong aku, hikss.."

"Tidak akan ada yang menolongmu, Cantik!"

Aku sudah pasrah awalnya, namun suara Elbarra diluar sana membuat harapanku kembali. "El, tolong akuu... Lepas!!"

Brakk!!

Elbarra datang dengan mendobrak pintu. Ia menarik kasar pria itu dan memukulnya membabi buta.

Itulah yang terjadi. Aku menceritakan semuanya tanpa melebih-lebihkan.

"Apa kau tahu siapa teman yang dimaksud olehnya?"

Aku menggeleng, "Aku tidak tahu dan tidak mengerti, apa salahku sehingga dia tega berbuat seperti itu."

"Bagaimana jika kukatakan, bahwa aku mengenal orang itu? Apakah kau akan percaya?"

"Tentu saja!" anggukku mantap, "Kau tidak mungkin berbohong."

Elbarra tersenyum, ia merapihkan helaian rambutku yang menutupi wajah. "Aku belum bisa mengatakannya sekarang. Kau akan bicara langsung kepadanya."

"Kepada siapa?" Alisku mengkerut bingung.

"Kau akan tahu nanti. Ayo turun untuk sarapan. Setelah itu, aku akan membawamu untuk menemui seseorang."

Kulihat jam di dinding, ternyata sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Rupanya hampir satu jam aku dan Elbarra mengobrol.

Sambil bergandengan tangan, kami berjalan menuju ruang makan. Disana sudah ada Mia dan beberapa pelayan yang menghidangkan makanan.

"Pagi, Mia.." Aku menyapanya seraya tersenyum kecil.

"Pagi, Nyonya."

Mataku memperhatikan hidangan diatas meja, ada nasi goreng seafood. Aku langsung tersenyum senang. Tanpa menunggu Elbarra, aku mengambil posisi duduk lebih dulu.

"Boleh aku mencicipinya?"

"Tentu saja, Sayang. Itu memang untukmu."

Setelah diiyakan oleh Elbarra, aku mencoba nasi goreng itu. Hmm, rasanya luar biasa. Aku menatap Mia, lalu mengacungkan jempol kearahnya. Mia terlihat terharu saat aku memuji masakannya, mungkin hanya aku yang pernah memujinya.

"Aku dengar, nasi goreng seafood makanan kesukaanmu."

Aku menatap Elbarra heran, "Tau darimana?"

"Mama."

Kepalaku mengangguk mengerti. Entah kapan Elbarra menghubungi Mama lagi. Yang jelas, setiap kali dia menghubungi Mama, pria itu tidak pernah memberitahuku.

"Rasanya hari ini aku ingin bolos kuliah," ucapku lesu.

"Tidak boleh, Sayang. Ada seseorang yang harus kau temui."

"Memangnya siapa? Kenapa kau sok misterius sekali?" Aku menggerutu kesal.

Tuh kan menyebalkan. Elbarra hanya tersenyum simpul tanpa menjelaskan sesuatu kepadaku.

"Aku bolos saja yaa.. Hari ini saja."

"No no no.."

"Ell..." rengekku sambil menarik-narik lengan bajunya.

"Tidak boleh, Cecillia!"

Deg!

Nama itu. Nama masa kecilku.

"Darimana kau tahu nama itu? Apa Mama yang memberitahumu?"

Elbarra menggeleng, "Sudah kukatakan bahwa semua tentangmu aku tahu."

"Tapi nama itu..." Aku tak sanggup mengatakannya.

Cecillia Kiyandra, nama yang diberikan oleh Papa. Namun saat Papa telah tiada, aku selalu sakit-sakitan. Oleh sebab itu, ada yang menyarankan untuk mengganti namaku. Dan nama Sisi yang dipilih oleh Mama, katanya anggap saja bahwa nama Sisi adalah panggilan dari nama Cecillia.

"Ada apa, hmm?" Usapan lembut dipunggung tanganku membuyarkan lamunanku.

Aku tersenyum, kemudian menggeleng pelan. "Aku mandi dulu, lalu siap-siap untuk berangkat."

Bergegas aku meninggalkan ruang makan. Tujuanku adalah kamar, rasanya aku ingin menangis sambil bermandikan air dari shower.

I miss you, Papa.

1
Ika Yeni
baguss kak ceritaa nyaa ,, semangat up yaa 😍
Yushi_Fitria: Terima kacih😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!