Rocella gadis berusia 24 tahun, yang dijual oleh ayahnya sendiri pada seorang mafia berpengaruh di dataran Amerika dan Eropa. Kehadiran orang ketiga dalam keharmonisan keluarga menghancurkan semuanya, hidupnya hancur seketika kala ayahnya berselingkuh. Ibunya meninggal dunia karena syok dan kakak laki-laki yang tiba-tiba menghilang dihari kematian ibunya, dan demi membalaskan rasa sakit itu Roce mulai bersekutu dengan mafia yang telah membelinya. Bertekad untuk membalaskan semua dendamnya kepada ayah dan wanita selingkuhannya.
"Aku punya segalanya maka manfaatkan aku yang hanya bisa kamu miliki." ~Killian Leonardo Dextor (Killian Victorious Leonardo De Dextor)
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
Latar cerita Eropa dan Amerika kalau emang nggak suka budaya mereka skip aja ya guys ya, love you all♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GraceAnastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Nakal
Gerald, Felix, Pablo, dan Aaron sudah sampai di Roma dan langsung pergi ke hotel untuk segera menemui tuannya. Mereka menuju kamar tuannya, dan saat akan mengetuk pintu mereka dikejutkan dengan pintu yang sudah terbuka lebih dulu.
Glek
Mereka berempat terutama Aaron menegang, mereka kenal betul siapa yang berdiri di hadapannya. Pikiran mereka tertuju pada Roce yang berada di dalam, bagaimana nasib calon nyonya mereka di dalam batinnya.
Dextor menyeringai mendapatkan empat mangsa langsung didepan matanya, dia tidak bisa mengenali mereka selain Roce.
Tanpa di duga Dextor langsung mengeluarkan pisaunya yang selalu dia bawa kemanapun, Aaron langsung berteriak saat melihat Dextor mengeluarkan mainannya. Roce yang baru keluar kamar ganti langsung berlari ke arah depan, dan langsung mencegah Killian yang akan menusuk mereka.
"Dextor No!" Teriak Roce, Dextor yang mendengar teriakan Roce langsung menghampirinya memeluk Roce.
"Maaf sayang kamu jangan takut yah." Bujuk Dextor memeluk Roce dengan begitu manja layaknya anak kecil kepada ibunya.
Keempat orang di depan pintu syok, bahkan sampai melongo di buatnya. Roce melihat mereka dengan tatapan memerintah, mereka yang tahu langsung lari pergi dari sana. Tak selang lama handphone Killian berbunyi notifikasi, Roce mengambilnya dari saku celana Dextor.
Lokasi, Roce meminta lokasi untuk mengantarkan Dextor memenuhi rasa hausnya.
"Iya, ayok aku anterin kamu nggak boleh sembarangan sama orang lain okey?" Dextor mengangguk kemudian menggeleng, Roce menghela nafas.
"Aku ganti baju dulu, kamu disini aja jangan pergi pergi." Ujar Roce, namun Dextor tetap mengikutinya seperti anak kecil.
"Disana saja Dextor!"
"Nggak mau, maunya sama Roce!" Rajuknya, Roce pun mengalah.
Roce mengganti pakaiannya dengan hoodie hitam, topi, dan celana hitam. Dextor yang melihat Roce berganti di depannya ikut-ikutan berganti seolah ingin couple. Roce tersenyum senang saat matanya bertemu mata elang Dextor yang begitu tajam, dengan sedikit berjinjit Roce memasangkan masker hitam kepadanya dan Dextor.
"Ayok," Ajak Roce menggandeng tangan Dextor erat, takut saja jika tiba-tiba lepas dan menyerang orang yang dilihatnya.
Benar saja Dextor langsung tak bisa mengendalikan diri saat melihat banyak orang di lobby, untung saja Roce dengan cepat menyeretnya membawanya ke mobil Killian. Roce mengendarai mobil dengan ugal-ugalan, bagaimana tidak Dextor semakin tak terkendali. Roce sebenarnya cukup takut melihat keagresifan Dextor, tapi jika bukan dia sapa lagi yang akan mengendalikannya bisa-bisa semua orang menjadi korban kegilaannya.
Roce membawa mobil menuju pinggiran kota, disana ada sebuah rumah sakit terbengkalai tempat disekapnya dua orang penjahat kelamin yang diburu oleh suruhan Gerald.
"Sial!" Kesal Roce saat mendapati lampu merah, Roce menoleh kearah Dextor yang sudah semakin menggeram.
Serem banget sumpah, batin Roce ngeri.
Roce melepaskan sabuk pengamannya mendekatkan diri kepada Dextor, mengecup singkat bibir Dextor mencoba mengalihkan pikiran yang tertuju pada orang-orang lewat.
"Emhh~" Leguh Roce kala Dextor malah melumat cepat bibirnya tanpa memberikan jeda Roce mengelak.
"Dex—"
Suara ciuman mereka terdengar begitu keras di dalam mobil, hingga lampu sudah berganti Roce segera mendorong Dextor dan langsung melajukan mobil.
Dextor memandangi Roce dengan tatapan begitu dalam, bahkan Dextor menjilati setiap sudut bibirnya yang masih terasa menyentuh Roce.
Usaha Roce berhasil, sepanjang perjalanan Dextor tidak memperhatikan orang-orang yang lewat tapi terus fokus padanya.
"Sudah sampai," Gumam Roce melihat titik di handphone Killian, tapi Roce dibuat merinding oleh suasana bagunan terbekalai yang sangat gelap.
Dextor yang tersadar langsung mengamati sekitar, dengan cepat dia melarang Roce untuk ikut dengannya.
"Disini saja, kunci mobilnya." Ucapnya, sebelum pergi Dextor menyempatkan diri mencium bibir Roce dengan ciuman panas darinya.
"Emhh"
"Hati-hati jangan sampai luka ingat." Ujar Roce penuh peringkat, dan Dextor dengan begitu patuhnya mengangguk.
Setelah Dextor pergi Roce dapat bernafas lega, Roce segera mengunci mobilnya. Menyalakan musik di handphonenya dan menghubungi Gerald atau siapa yang bisa di hubungi dengan handphone Killian.
"Gerald, sialan kenapa nggak diangkat!" Kesal Roce, mencoba menghubungi namun tidak bisa.
"Felix pliss angkat," Gumam Roce penuh harap, masih juga berdering hingga Yap di angkat.
"Hallo tuan?"
"Roce ini Roce, bagimana kalian dimana aku dan Dextor sudah ada di lokasi." tanya, "Dibelakang anda nona." Roce segera menoleh benar saja di belakang mobilnya sudah ada empat mobil yang terparkir.
"Okey."
Tut tut
Roce mencoba menenangkan hatinya, ini kali pertamanya Roce mengalami hal seperti ini.
"AKHHHH~"
Alunan musik berjudul Salvatore dari Lana Del Rey tiba-tiba terkalahkan oleh suara teriakan begitu keras dari dalam, perasaan Roce tidak enak dia begitu khawatir jika Dextor sampai kenapa-kenapa.
Keempat orang di mobil belakang yang juga mendengarnya tidak berani untuk sekedar keluar menemui Roce, karena bisa saja Dextor tiba-tiba datang dan langsung menerkam mereka. Dextor itu buas, siapa saja yang ada dihadapnya adalah mangsanya tapi sebuas apapun pasti memiliki pawang.
"Huwaa apa itu, serem banget cuy nonton Nailong aja kali yah." Gumam Roce, tapi saat akan mulai menonton suara teriakan masih saja terdengar.
Roce tiba-tiba teringat dia baru membeli airphone dia letakan di belakang, dan ya Roce langsung memakainya.
"Nananana," Gumam Roce mencoba mengusir ketakutan.
Sementara di belakang Aaron sudah sangat ketakutan, dulu dia kira Dextor adalah Killian hingga dia bercanda malah dirinya menjadi sasaran empuk Dextor. Untung saja dengan cepat Felix, Gerald, dan Pablo menolongnya dan langsung mengurung Dextor yang lepas kendali. Jika saja tidak Aaron sudah tinggal nama, sejak saat itu dia sangat takut sekedar berhadapan dengan Killian, Victor, terlebih lagi Dextor.
"HAHAHAHA~" Suara tawa begitu terdengar jelas di kesunyian malam terlebih lagi tempat ini tidak ada perumahan hanya rumah sakit besar yang terbengkalai.
"Gila." Batin Felix merinding mendengar tawa Dextor yang begitu keras.
"Malang sekali nasib nona Roce harus mempunyai pria seperti tuan." Gumam Pablo merasa begitu kasihan kepada Roce, Pablo belum tahu saja betapa lunaknya mereka pada Roce.
Sekitar 30 menit menunggu, Dextor keluar dengan menyeret sebuah kapak. Auranya begitu menakutkan bagai seorang psikopat, tubuhnya sudah belumuran darah bahkan Dextor terlihat menjilati darah di tangan kanannya.
"Darimana dia mendapatkan kapak?" Batin Roce, padahal tadi Dextor hanya membawa beberapa pisau.
Roce dibuat merinding melihat penampilan Dextor yang begitu menakutkan di matanya, dalam hatinya Roce menguatkan dirinya.
Ayo Roce kamu bisa, dia nggak mungkin nyerang kamu kamu pasti bisa. Batinnya menyemangati diri sendiri.
Dextor berdiri dengan angkuh di samping mobilnya, mata elangnya memandang empat mobil dibelakang mobilnya lebih tepatnya orangnya. Keempat Dominic di buat ketar-ketir oleh tatapan Dextor, tatapan singa yang akan memangsa.
Jleb
Jleb
Jleb
Jleb
Gerakan tak disadari mereka begitu smooth saat Dextor melemparkan pisau kecil berlumur darah kekaca depan mereka.
Roce yang melihat melotot, anak itu nakal sekali sudah dibilang jangan asal menyerang. Dengan berdecak pinggang Roce keluar dari mobilnya dengan kesal, gayanya persis seperti emak-emak yang memarahi anaknya.
"Jangan marah Roce iya aku salah, aku nakal." Ujar Dextor begitu lugu sambil membuang kapaknya, dengan kepala menunduk seperti dimarahi oleh ibunya.
"Hah sudahlah cepat ganti bajumu dulu, tidak ada luka kan?" Tanya Roce penuh selidik, dengan cepat Dextor menggeleng.
"Tidak tidak ada, semua aman." Roce tersenyum lega, setidaknya prianya itu tidak ada luka yang lain mah bukan urusan Roce.
Dextor menurut mengambil baju ganti di kursi belakang, dengan santainya dia melepaskan bajunya di luar mobil di hadapannya Roce bahkan keempat Dominic yang sudah melotot melihat tubuh naked Dextor.
"Oh shit!" Umpat mereka langsung mengalihkan pandangannya, sedangkan Roce biasa saja dia sudah melihat semuanya bahkan merasakannya.
Dextor mengelap tubuhnya yang masih meninggalkan darah dengan tisu, setelah selesai dia menyemprotkan parfum dan mencuci tangannya.
"Minum dulu," Ujar Roce menyodorkan air minum kepadanya, setelah selesai mereka berdua pulang sedangkan keempat Dominic segera melakukan pekerjaannya.
Menghapus bukti kejahatan Dextor.
Guys latar cerita ini budaya barat ya, kalau emang kalian merasa ini melenceng dari budaya kita it's okey emang ini faktanya. Jadi kalau emang nggak suka bisa langsung skip ya say, see you guys.