Ardan Kael tumbuh di Akademi Aetherion — sekolah elit bagi para pengguna kekuatan elemental.
Tapi di usia 16 tahun, hasil ujiannya menunjukkan “nol energi.” Ia dicap Reject, dibuang dari akademi, dan diusir dari keluarganya sendiri.
Namun, pada malam ia hendak bunuh diri di tebing Aetherion, ia mendengar suara aneh dari bayangannya sendiri:
“Kau gagal bukan karena lemah... tapi karena kekuatanmu terlalu kuat untuk dunia ini.”
Suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama tersegel dalam dirinya — Void Energy, kekuatan kegelapan yang bisa menelan seluruh elemen.
Dari situ, Ardan bersumpah untuk kembali ke akademi, bukan sebagai murid...
Tapi sebagai mimpi buruk bagi semua orang yang pernah merendahkannya.
“Kalian menyebutku gagal? Baiklah. Aku akan menunjukkan arti kegagalan yang sebenarnya.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 – Duel Tanpa Nama
Rion dan timnya tiba di lokasi, menemukan Lyra yang menangis dan gumpalan lumpur gelap di lantai.
"Apa yang terjadi, Lyra?! Apa yang menyerangmu?" Rion berteriak, panik.
"Makhluk bayangan," Lyra tergagap. Ia tidak berani mengatakan bahwa ia baru saja berbicara dengan Ardan. "Ia... ia dikalahkan. Tapi aku tidak bisa melawannya."
Rion menghela napas, lega karena Lyra selamat. Tapi ia melihat jejak Void Energy yang ditinggalkan Ardan.
"Energi ini terlalu fokus. Dia ada di sini. Makhluk bayangan itu dikendalikan olehnya," Rion melihat ke arah Lyra. "Dia kembali untukmu, Lyra."
Rion mengaktifkan rune pelacaknya. "Tim, kita bergerak! Aku akan melacaknya. Kita tangkap dia di sini dan sekarang!"
Rune pelacak Rion (teknologi yang dipasang Solan di pedang Hellflame-nya) menunjukkan jejak energi yang menuju ke reruntuhan kuno di perbatasan Valenforge—Reruntuhan Kuil Elemen.
Rion meninggalkan Lyra dan timnya. Ia harus menghadapi Umbra sendirian. Ini adalah pertarungan untuk kehormatan, bukan lagi misi Akademi.
Ia menemukan Ardan (Umbra) di tengah reruntuhan, berdiri di altar batu yang sudah lama runtuh, di bawah langit malam yang kelam.
"Aku tahu itu kau!" teriak Rion, pedang Hellflame-nya langsung menyala dengan api merah yang liar. "Kau bersembunyi di balik tudung, kau pengecut! Kau adalah Ardan Kael! Reject yang seharusnya mati!"
Ardan (Umbra) berbalik, jubahnya berkibar di udara malam. Ia membiarkan tudungnya tetap di tempatnya, hanya memperlihatkan bayangan.
"Nama itu sudah mati," kata Ardan, suaranya dingin. "Aku adalah Umbra. Dan aku bukan lagi aib yang bisa kau injak."
"Kau mengkhianati tatanan! Kau mengkhianati Lyra! Kau mengkhianati klanku!" Rion menyerang, kali ini dengan semua amarah yang ia rasakan. "Api Neraka: Amukan Naga!"
Gelombang api berbentuk naga meluncur ke arah Ardan. Kali ini, Rion tidak menahan diri.
Ardan menghela napas. Ia tidak lagi menggunakan perisai Void. Ia menggunakan teknik Eternal Architect.
"Void: Refraction," bisik Ardan.
Void Energy keluar dari tangan Ardan, bukan untuk menelan, melainkan untuk memanipulasi ruang di sekitar api. Energi api Rion, yang masif, tiba-tiba membelok, memantul seperti cahaya di prisma, dan menghantam pilar batu di belakang Rion. Pilar itu meledak, tapi Umbra tetap berdiri, tidak tersentuh.
Rion terkejut. Kekuatan yang membelokkan api itu sangat presisi, sangat terkontrol. Ini bukan kehancuran liar.
"Kau hanya mengalihkan! Kau tidak bisa mengalahkanku!" Rion menyerbu maju, pedangnya mengayun secara brutal.
Ardan tidak mengeluarkan senjata. Ia membiarkan Void Energy menyelimuti tangan kirinya. Ia menunggu Rion mendekat.
Saat Rion berada dalam jarak serang, Ardan menangkap pedang Hellflame Rion dengan tangan Void-nya.
Tsss!
Api yang membakar baja pedang Rion segera padam, diserap oleh Void. Bukan itu yang membuat Rion terkejut. Yang mengejutkannya adalah cengkeraman Ardan begitu kuat.
"Kau lemah, Rion," desis Ardan, suaranya kini dipenuhi otoritas Dewa Void yang ia serap dari Bayangan Jahatnya.
Ardan memelintir pedang itu dengan mudah. Baja Hellflame, yang seharusnya abadi, retak di tangan Rion. Lalu, Ardan mendorong Rion dengan Void Energy yang terkonsentrasi.
Rion terlempar, jatuh ke tanah. Ia batuk, bukan darah, melainkan gumpalan Void Energy hitam yang ia serap dari tangan Ardan. Ia merasa kosong lagi, energinya terkuras habis.
Ardan mendekat, berdiri di atas Rion yang tak berdaya. Ia menatap Rion, ia melihat dirinya yang dulu, dipenuhi kebencian dan rasa sakit.
Rion mengangkat wajahnya, menatap ke arah tudung Ardan. "Kau... mengapa kau tidak membunuhku? Kau punya kesempatan! Jadilah monster, Ardan! Bunuh aku!"
Ardan menunduk. "Aku akan biarkan kau hidup," kata Ardan, suaranya memantul di reruntuhan. "Biar kau tahu seberapa kecil dirimu dibandingku. Dan biar kau bisa melihat dengan matamu sendiri, tatananmu runtuh."
Ardan mematahkan pedang Hellflame Rion di tengah, melemparkan kepingan yang sudah mati ke samping. Ia menoleh dan mulai berjalan menjauh.
"Ardan!" teriak Rion, putus asa.
Ardan berhenti. "Aku bukan Ardan. Aku adalah Umbra. Dan aku akan kembali untuk menghancurkan Solan Caelum."
Ia menghilang ke dalam kegelapan.
Rion terbaring di reruntuhan, kelelahan, dingin, dan dikelilingi oleh kepingan pedangnya yang mati. Ia tidak lagi ragu. Itu memang Ardan.
"Ya Tuhan," bisik Rion, menyadari kebenaran yang mengerikan. "Nol adalah kebohongan. Dan dia... dia akan menghancurkan kita semua."