NovelToon NovelToon
Kakak Ipar Menjadi Pelipur Lara

Kakak Ipar Menjadi Pelipur Lara

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Duda
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Las Manalu Rumaijuk Lily

Gita sangat menyayangkan sifat suaminya yang tidak peduli padanya.
kakak iparnya justru yang lebih perduli padanya.
bagaimana Gita menanggapinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Las Manalu Rumaijuk Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pilihan sulit...

Gita mematung, tablet yang dingin dan licin itu terasa seperti beban seberat seratus kilogram di tangannya yang terkepal.

​Kata-kata Derby—"Pergi siapkan makan malamku"—menggema di ruangan itu, sebuah perintah yang dibungkus dengan ejekan.

​Dia tidak bisa bergerak. Dia tidak bisa bernapas. Suaminya telah kembali, bukan sebagai penyelamat, tapi sebagai seorang tiran yang asing. Dan kakak iparnya, sang manipulator ulung, jelas menikmati pertunjukan itu.

​Perlahan, dengan gerakan yang kaku dan terkendali, Gita berjalan ke meja. Dia meletakkan tablet—simbol dari sepuluh hari kerja kerasnya, simbol dari pilihan yang telah ia buat—di atas kayu mahoni yang mengilap. Suara ketukan pelan itu terdengar seperti palu hakim yang mengakhiri sebuah sidang.

​Dia tidak menatap Derby. Dia tidak sanggup melihat kepuasan di mata pria itu.

​"Baik," bisiknya, suaranya serak oleh amarah yang tertahan. "Obat."

​Dia berbalik dan berjalan keluar dari perpustakaan. Langkahnya mantap, punggungnya tegak lurus. Dia tidak akan memberi salah satu dari mereka kepuasan melihatnya hancur. Bukan Darren, dengan penghinaannya. Bukan Derby, dengan permainan liciknya.

​Dia berjalan ke dapur, pikirannya berkecamuk.

​Tugasmu di rumah ini sangat jelas.

Anggap saja ini pertanggungjawabanmu.

​Selama dua minggu dia mengkhawatirkan Darren, membayangkan hal terburuk. Nyatanya, suaminya kembali dan dalam sekejap mata melucuti semua harga dirinya, merendahkannya menjadi tidak lebih dari seorang pelayan. Dan untuk apa? Untuk "membuatnya pusing"?

​Gita mengambil kotak obat harian Derby dari lemari, mengambil pil untuk sore itu, dan menuangkan segelas air.

Tangannya gemetar hebat hingga airnya nyaris tumpah. Dia mencengkeram gelas itu erat-erat, kuku-kukunya memutih.

​Dia marah. Bukan, dia murka.

​Dia kembali ke perpustakaan. Derby belum bergerak. Dia masih menatap ke arah pintu, seolah menunggunya.

​Gita meletakkan gelas air dan pil di meja samping kursi rodanya. Kali ini, dia sengaja meletakkannya dengan sedikit keras. Suara dentuman pelan gelas di atas kayu adalah satu-satunya pelampiasan yang bisa dia lakukan.

​Derby menatap gelas itu, lalu menatap Gita. "Kamu marah," katanya. Itu bukan pertanyaan,melainkan pernyataan.

​"Suamiku baru saja pulang," jawab Gita datar, menghindari tatapan Derby. "Tentu saja aku... terkejut."

​"Bukan terkejut, Gita. Kamu marah." Derby mengambil pil itu, tetapi tidak meminumnya. Dia memutarnya di antara jari-jarinya. "Dia meremehkanmu. Dia mengambil pekerjaanmu—pekerjaan yang aku berikan—dan menggantinya dengan pispot dan lap mandi."

​Gita tersentak. "Kakak menikmatinya."

​"Aku menikmati kenyataan," balas Derby, suaranya kembali dingin. "Dan kenyataannya adalah, Darren baru saja mengikatmu padaku jauh lebih erat daripada yang bisa kulakukan sendiri. Dia memberiku akses penuh padamu, 24 jam sehari, dengan stempel persetujuannya."

​Gita menatapnya ngeri. "Kakak..."

​"Apa kamu pikir aku benar-benar butuh seseorang untuk menyuapiku?" Derby tertawa kecil, suara yang kering dan tanpa humor. "Aku bisa mengambil perawat profesional untuk mengurus ku,. Aku tidak melakukannya karena ada kamu di sini."

​Mata Gita membelalak. "Jadi... semua ini..."

​"Semua ini adalah tentang memilikimu di sisiku," potong Derby. "Darren pikir dia menghukummu. Dia tidak sadar, dia baru saja memberiku apa yang aku inginkan."

​Dia menelan pil itu dengan sekali teguk air, matanya tidak pernah lepas dari Gita.

​"Dia bilang, kamu harus fokus pada kebutuhan fisikku," lanjut Derby, meletakkan kembali gelasnya. "Bagus. Lakukan itu."

​"Tapi Kakak bilang... pekerjaanku..."

​"Pekerjaanmu baru saja berevolusi." Derby mencondongkan tubuhnya, suaranya turun menjadi bisikan konspirasi, sama seperti bisikan beberapa hari lalu, namun kali ini tanpa keintiman, hanya strategi murni.

​"Di depan Darren, kamu adalah perawatku. Kamu mandikan aku, kamu siapkan makananku, kamu dorong kursi rodaku. Kamu lakukan persis seperti yang dia perintahkan. Jangan beri dia alasan untuk curiga."

​Derby berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya meresap.

​"Tapi saat dia tidur," lanjut Derby, "saat dia pergi, atau saat dia sibuk dengan urusannya sendiri... kamu kembali ke meja ini."

​Dia menepuk tablet yang tadi diletakkan Gita.

​"Kamu pikir aku memintamu berhenti dari pekerjaanmu hanya untuk 10 hari? Tidak, Gita. Kamu sudah jadi asistenku. Dan sekarang," senyum tipis yang berbahaya itu kembali, "kamu akan jadi mata-mataku juga."

​Gita mundur selangkah. "Mata-mata?"

​"Darren tidak kembali karena dia rindu rumah," kata Derby pelan. "Dia kembali karena dia gagal. Proyek Bali itu hancur, dan dia lari ke sini untuk bersembunyi di belakangku, seperti biasa."

​"Tapi... dia bilang Kakak bisa memperbaikinya..."

​"Dan aku akan memperbaikinya. Dengan bantuanmu." Tatapan Derby mengeras. "Dia baru saja memberimu alasan sempurna untuk selalu berada di dekatku. Untuk mendengar setiap panggilan teleponku, membaca setiap emailku, dan... untuk melaporkan setiap gerak-gerik dia padaku."

​"Kakak memintaku untuk memata-matai suamiku sendiri?" bisik Gita ngeri.

​"Aku memintamu untuk memilih," koreksi Derby. "Lagi. Kamu bisa menjadi pelayan yang dia inginkan, menghabiskan sisa hidupmu mengganti perban dan menahan hinaannya. Atau..."

​Derby mengambil ponselnya dari meja.

​"Kamu bisa mencari tahu ke mana sebenarnya dia pergi. Mengapa dia kembali sebagai pria yang hancur. Dan siapa orang-orang di 'Proyek Bali' yang aku bilang sangat berbahaya itu."

​Dia mengulurkan ponsel itu pada Gita, sebuah pengulangan dari adegan pertama mereka di perpustakaan.

​"Darren sudah mengambil pilihanmu hari ini, Gita. Dia menjadikanmu perawat. Sekarang, aku memberimu pilihan kembali. Jadi perawatku... atau jadi senjataku?"

bersambung...

1
Reni Anjarwani
lanjut thor
Bianca Garcia Torres
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
Las Manalu Rumaijuk Lily: terimakasih kk
total 1 replies
Myōjin Yahiko
Dijamin ngakak mulu!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!