"Ma... Ma... Papa atu mana? Tata Dindin, Papa atu ladi dipindam ama ante-ante dilang di pelempatan. Matana ndak ulang-ulang," Seru seorang gadis cilik bernama Rachel Helene R dengan mata bulat polosnya.
"Diam, Achel. Mama nanti nanis," seru Ronand Oliver R, yang merupakan kembaran dari Rachel.
Perpisahan antara sepasang manusia yang saling mencintai, membuat dua anak kembar kekurangan kasih sayang terutama dari sang ayah. Diusir oleh mertua karena mengandung bayi perempuan, padahal sang suami belum mengetahui kehamilannya. Tak disangka oleh perempuan bernama Chiara Jane itu jika ia melahirkan anak kembar dan salah satunya adalah laki-laki.
Akankah kedua anak kembar itu bisa kembali menyatukan kedua orangtuanya? Dengan otak cerdasnya, ia berusaha menghalangi orang-orang yang ingin kedua orangtuanya berpisah. Akankah Chiara mau untuk mempertemukan kembali si kembar dan ayahnya? Ikuti kisah si kembar yang lucu dan menyebalkan namun berotak genius hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janji
"Ayo kita makan malam. Sudah ditunggu sama Opa dan Oma," ajak Julian pada istri dan kedua anaknya.
Mereka tak jadi menginap, hanya singgah untuk membersihkan diri dan makan malam bersama untuk menghargai Papa Fabio. Julian tak mau anak dan istrinya tidak nyaman apabila menginap di rumah orangtuanya.
"Abis ni tita pulang tan? Ndak ninap di cini?" tanya Rachel memastikan janji dari Papanya.
"Enggak. Kita akan langsung pulang ke rumah setelah makan malam," ucap Julian yang memang ingin langsung membawa anak dan istrinya ke rumah baru. Apalagi Chiara sudah menyetujui untuk tinggal di rumah baru yang tadi mereka jelajahi.
"Badus, ndak betah Achel di cini. Ada nenet dayung yang matana motot-motot mulu cama Achel," ucap Rachel sambil mengerucutkan bibirnya kesal.
Tadi Rachel sempat keluar kamar saat Chiara membersihkan diri. Ia ingin mencari keberadaan Opanya. Namun di tengah jalan, ia malah bertemu dengan Mama Martha. Memang Mama Martha tidak bicara apa-apa atau berbuat kasar, hanya saja dia menatap sinis dan memelototkan matanya ke arah Rachel. Gadis cilik itu risih karena merasa kehadirannya tak disukai.
"Itu karena Oma terpesona sama Rachel yang menggemaskan makanya ngelihatinnya sampai melotot begitu," ucap Julian memberikan alasan asal agar Rachel tak membenci Mamanya.
"Telpecona? Ndak muntin. Olang watu temu di mall caja dia cudah teliatan ndak cukana cama Achel. Cukana cuma cama abang caja," ucap Rachel tak terima dengan alasan Julian.
"Ayo kita makan," sela Chiara yang tak ingin membahas perbedaan sikap Mama Martha ketika berhadapan dengan Rachel dan Ronand.
Chiara langsung menggandeng tangan Ronand karena Julian yang menggendong Rachel. Mereka segera saja menuju ruang makan. Ternyata Papa Fabio dan Mama Martha sudah menunggu di sana. Papa Fabio tersenyum menyambut kedatangan anak, cucu, dan menantunya.
"Duduk dekat sini sama Oma, Ronand." ucap Mama Martha sambil menepuk kursi sebelahnya.
"Janan detat-detat nenet dayung, abang. Ketulalan celewet ntal," ucap Rachel yang langsung menggenggam erat tangan Ronand.
"Heh... Nggak sadar diri kamu ya. Kamu juga cerewet," seru Mama Martha yang kesal dengan ucapan Rachel.
"Ma, jangan mulai. Kenapa sih harus menanggapi ucapan anak kecil?" tegur Papa Fabio yang melihat sikap istrinya itu terlalu berlebihan.
"Rachel, diam dulu ya. Yang sopan sama Oma," ucap Chiara menegur anaknya agar tak selalu menanggapi omongan Mama Martha.
"Salah Mama juga kok itu, sayang. Jangan salahin Rachel," ucap Julian membela anaknya.
"Benal, Achel ndak salah." ucap Rachel yang senang karena ada yang membelanya.
Kasihan juga sama Papa Fabio yang ketenangannya terganggu karena perdebatan antara Rachel dan Mama Martha. Sedangkan Julian juga tampak tak suka dengan sikap Mamanya. Ia baru tahu kalau obsesi dalam diri Mama Martha itu ternyata sebesar ini. Ingin memiliki cucu laki-laki dan akan menyayanginya. Sedangkan kepada cucu perempuan, dia akan acuh.
"Ayo sini, Ronand." ucap Mama Martha lagi mengajak cucu laki-lakinya agar duduk di sampingnya.
"Achel sini," Ronand langsung menarik tangan kembarannya untuk duduk di samping Mama Martha.
"Ngapain kamu duduk di sini? Minggir sana. Ini khusus untuk cucu laki-lakiku," seru Mama Martha dengan membentak Rachel.
Brakkk...
"Mama diam," sentak Papa Fabio membuat Rachel dan Ronand sedikit ketakutan.
Huaaa...
Mama, ayo puyang.
Rachel langsung berlari menuju Chiara dan memeluknya sambil menangis. Bentakan, itulah yang paling Chiara dan Rachel takuti. Walaupun Rachel sering usil, namun jika dibentak pasti akan menangis. Oleh karena itu, Chiara tidak pernah menegur Rachel dengan suara bernada tinggi.
"Talo emang Papa mengandap tami ini anak, bawa tami pulang. Tami ndak mau di cini," ucap Ronand sambil melihat ke arah Julian. Bahkan tatapan Ronand begitu tajam membuat Julian gelagapan.
"Iya, ayo kita pulang." ucap Julian dengan cepat memutuskan.
Bahkan Julian langsung menggendong Rachel dan menggandeng tangan Chiara. Sedangkan Ronand, dia menatap ke arah Mama Martha yang sedari tadi menundukkan kepalanya. Tak hanya Rachel, Mama Martha juga tampak ketakutan dengan kemarahan Papa Fabio.
"Lonand dan Achel itu catu, ndak bica dibedatan ceenakna. Talo emang anda itu Oma tami, ya andaplah Achel juda cucuna. Janan cuma andap Lonand caja. Lonand ndak cuka," ucap Ronand dengan tegasnya.
"Opa, ajalin istli Opa. Janan bitin Mama dan Achel nanis. Talo bedini telus, Lonand ndak mau andap dia nenet Lonand." lanjutnya disertai ancamannya kemudian pergi mengikuti orangtua dan kembarannya.
"Lihat kan sekarang. Mama sudah Papa peringati berulangkali tentang ini. Jaga sikap dan jangan beda-bedakan mereka. Ronand itu sifatnya sama dengan Julian, begitu tegas dan keras. Dia takkan bisa melihat orang yang disayanginya disakiti oleh oranglain," ucap Papa Fabio yang kesal dengan istrinya kemudian pergi meninggalkan Mama Martha sendirian di ruang makan.
***
"Kita makan nasi goreng itu saja ya? Kalau makan di rumah, agak ribet. Harus masak dulu dan bahan makanan belum siap semua," ucap Julian sambil menunjuk ke arah penjual nasi goreng di taman kota.
"Mau... Mau..." seru Rachel dengan antusiasnya. Bahkan Rachel sudah meredakan tangisnya setelah mendengar kata makanan.
"Chiara... Ronand..." panggil Julian saat melihat keduanya diam sedari keluar dari rumah orangtuanya.
"Terserah Mas saja," ucap Chiara sambil menghela nafasnya pelan.
"Baiklah. Ayo turun," ajak Julian setelah berhasil memarkirkan mobilnya.
"Tundu..." ucap Ronand saat melihat Rachel dan Chiara sudah lebih dulu berjalan menuju penjual nasi goreng.
"Ada apa, Ronand?" tanya Julian saat melihat tatapan Ronand begitu intens pada dua perempuan berbeda usia itu.
Ronand menghela nafasnya kasar. Perasaannya campur aduk, antara bingung dan kesal. Ia bahagia bisa berkumpul kembali dengan Papanya walaupun tak ia ungkapkan. Namun sikap keluarga Papanya yang membuat dia risih dan tak nyaman.
"Bicatah Papa beljanji utuk celalu membahadiatan Achel dan Mama? Bicatah Papa dan kelualda ndak bitin Mama juda Achel belcedih? Talo ndak bica, tembalitan tami ke deca caja. Lonand yang atan menjada meleta," ucap Ronand tiba-tiba membuat Julian mematung.
"Janji. Papa berjanji akan membahagiakan Mama, Rachel, dan Ronand. Papa juga akan memastikan kalau keluarga Papa tidak akan menyakiti mereka. Maafkan Papa yang belum bisa tegas dan menjaga kalian dengan baik," ucap Julian dengan cepat.
"Lonand pedang janji Papa. Talo Papa dan lainna buat Mama juda Achel cedih, Lonand yang atan menjauhtan talian." ucap Ronand lagi dengan ancamannya kemudian turun dari mobil. Meninggalkan Julian yang terpaku dengan ancaman dari Ronand.
"Fotocopyanku," gumam Julian sambil terkekeh pelan.
"Papa janji akan membahagiakan kalian," lanjutnya kemudian menyusul istri dan kedua anaknya.