NovelToon NovelToon
Cinta Di Bawah Hujan Season 1

Cinta Di Bawah Hujan Season 1

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Cinta Murni / Tamat
Popularitas:331
Nilai: 5
Nama Author: Rindi Tati

Di tengah derasnya hujan di sebuah taman kota, Alana berteduh di bawah sebuah gazebo tua. Hujan bukanlah hal yang asing baginya—setiap tetesnya seolah membawa kenangan akan masa lalunya yang pahit. Namun, hari itu, hujan membawa seseorang yang tak terduga.

Arka, pria dengan senyum hangat dan mata yang teduh, kebetulan berteduh di tempat yang sama. Percakapan ringan di antara derai hujan perlahan membuka kisah hidup mereka. Nayla yang masih terjebak dalam bayang-bayang cinta lamanya, dan Arka yang ternyata juga menyimpan luka hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rindi Tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 18

Cinta di Bawah Hujan

Malam itu menjadi malam yang paling panjang bagi Nayla. Setelah berlari keluar dari kantor Arka, ia terus melangkah tanpa tujuan, membiarkan hujan membasahi tubuhnya dari kepala hingga kaki. Tangisnya pecah, bercampur dengan derasnya air yang mengguyur, seolah langit ikut menanggung luka hatinya.

Ia akhirnya berhenti di sebuah halte tua di pinggir jalan. Nafasnya tersengal, tubuhnya menggigil kedinginan, tapi hatinya jauh lebih kacau daripada tubuhnya. Nayla duduk, memeluk lutut, dan menangis tanpa suara.

Di benaknya, bayangan Arka dan Karin terus berputar. Kenapa Karin selalu ada? Kenapa Arka seolah tidak pernah bisa lepas darinya? Pertanyaan itu terus menghantam, membuatnya merasa kecil, tidak cukup, tidak berharga.

Ponselnya berdering berkali-kali. Nama Arka muncul di layar, tapi Nayla tak sanggup mengangkatnya. Ia takut mendengar suara itu lagi, takut hatinya luluh, takut percaya lalu disakiti kembali. Jadi ia biarkan ponselnya berdering sampai akhirnya berhenti.

Hujan terus turun. Jalanan semakin sepi, hanya sesekali mobil melintas dengan lampu menyilaukan. Nayla merasa sendirian, seolah seluruh dunia menutup mata dari penderitaannya.

Beberapa saat kemudian, pesan dari sahabatnya, Rani, masuk:

“Nay, kamu di mana? Aku denger kamu lari dari kantor Arka. Aku khawatir.”

Nayla menatap layar ponsel, lalu dengan jari bergetar ia mengetik balasan singkat: “Aku di halte dekat taman kota.”

Tak lama kemudian, Rani datang dengan payung besar. Ia berlari kecil ke arah Nayla yang sudah menggigil, lalu segera menyelimutinya dengan jaket tebal. “Ya Tuhan, Nay! Kamu bisa sakit begini! Ayo pulang sama aku dulu, jangan di sini terus.”

Nayla hanya bisa mengangguk, suaranya hilang tertelan tangis.

Di rumah Rani, setelah berganti pakaian dan disuguhi teh hangat, Nayla mulai bercerita. Dengan suara parau, ia menceritakan apa yang ia lihat di kantor Arka—bagaimana Karin lagi-lagi hadir di sisi lelaki itu, seolah tak pernah mau pergi.

Rani mendengarkan dengan sabar. Ia menghela napas panjang setelah Nayla selesai. “Nay, aku ngerti banget perasaan kamu. Aku ngerti kenapa kamu marah, kenapa kamu ngerasa dikhianati. Tapi aku juga tahu Arka. Dari semua yang aku lihat, dia bener-bener sayang sama kamu. Kamu yakin mau nyerah gitu aja?”

Nayla menunduk, air matanya jatuh ke cangkir. “Aku capek, Ran. Aku capek terus-terusan harus bersaing sama masa lalunya. Aku capek selalu ragu, selalu takut. Aku cuma pengen dicintai tanpa harus merasa kalah sama siapa pun.”

Rani meraih tangannya. “Aku ngerti. Tapi mungkin ini bukan cuma soal Arka atau Karin. Mungkin ini soal kamu juga, Nay. Kamu harus yakin dulu sama dirimu sendiri, bahwa kamu pantas dicintai. Kalau kamu masih ngerasa nggak cukup, kamu akan terus ketakutan meski Arka berusaha buktiin. Pertanyaannya sekarang: kamu lebih milih bertahan dan coba kuat, atau pergi dan berhenti tersakiti?”

Nayla terdiam lama. Pertanyaan itu menusuk jantungnya. Ia tahu, Rani benar. Cintanya pada Arka selama ini bercampur dengan rasa takut yang besar—takut dikhianati, takut ditinggalkan. Dan rasa takut itu yang selalu dimanfaatkan oleh kehadiran Karin.

Malam itu, Nayla tidur di rumah Rani. Tapi tidurnya tidak tenang. Ia bermimpi berada di bawah hujan, sendirian, sementara Arka berdiri di kejauhan bersama Karin. Ia berusaha berlari ke arahnya, tapi hujan semakin deras, membuatnya tak bisa bergerak. Ia terjebak di tempat, menjerit, tapi suara Arka tak pernah sampai padanya.

Ketika terbangun, Nayla menyadari betapa dalam luka di hatinya. Tapi ia juga tahu, ia tidak bisa terus bersembunyi. Ia harus mengambil keputusan—bertahan dan melawan rasa takutnya, atau pergi untuk menjaga dirinya sendiri.

Keesokan paginya, Arka datang ke rumah Rani. Wajahnya pucat, matanya merah, jelas ia tidak tidur semalaman. Saat Rani membukakan pintu, ia hanya berkata singkat, “Aku butuh bicara sama Nayla.”

Nayla yang mendengar itu dari ruang tamu langsung membeku. Jantungnya berdegup kencang, seolah hujan deras kembali mengguyur hatinya.

Ia berdiri perlahan, lalu menatap Arka yang kini ada di hadapannya—lelaki yang ia cintai sekaligus yang membuatnya paling terluka.

Dan di sanalah, di ambang pintu rumah sahabatnya, Nayla tahu saatnya telah tiba untuk menentukan arah dari cinta mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!