DILARANG DIBACA SEBELUM TIDUR!!!
Hanya untuk kalian yang sudah dewasa, yang sudah bisa tidur sendiri tanpa lampu😏
Cerita dalam novel ini akan membawa kalian pada malam mengerikan tanpa akhir. Malam panjang yang dingin dengan teman sekamar yang tanpa tahu malu tidak perlu patungan biaya kamar kos.
Bersama Penghuni kos lain yang tidak tercatat dalam buku sewa. Begitu sepi saat siang tapi begitu ramai saat malam. Dengan bayang-bayang penghuni sebelumnya yang sebenarnya tidak pernah pergi darisana.
Seakan mendapat diskon untuk sebuah keberanian sia-sia. Karena bayaran mahal yakni nyawa setiap malamnya.
Setiap inci gedung kos begitu tipis untuk menghalangi antara yang Hidup dan Mati. Dimana pagi adalah harta terindah yang telah kalian lupakan. Karena memang hanya untuk mereka yang sudah tidak punya pilihan lain.
Cerita horor ini sangat berbeda dari yang kau bayangkan.
Apakah Calista bisa melunasi atau masih berutang nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ittiiiy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18 : Shavira adalah Hantu! (ps: yang nulis judul beliau)
"Kau pasti tahu kalau aku jujur mengatakan ini, aku memang mau menyelamatakan Amara." Calista dengan sengaja ingin membuat Shavira kesal.
"Jangan memprovokasiku, aku bisa memakanmu sekarang bersama dengan pasir disini yang membantu pencernaanku dengan baik ... Dan aku juga jujur!" Shavira tertawa dengan lidah keluar memanjang tiap suaranya semakin keras.
"Aku tahu kau jujur! Kau pasti sudah membayangkan segala macam cara bagaimana memakan diriku yang tidak enak ini ...." Calista mengira Shavira akan kurang menakutkan saat dilihat dalam keadaan terbalik ternyata tidak jauh berbeda karena Shavira bisa memutar lehernya untuk berhadapan dengan Calista, "Sepertinya semua hal disini berkaitan dengan siapa pemiliknya ...." Calista memperhatikan hal disekitarnya dengan teliti. Tapi mengenali Shavira lebih banyak sebenarnya jauh lebih membantu. Calista menerima nasibnya yang tidak akan mungkin kalau Shavira mau membuka diri menceritakan diri, "Oh ...." Calista terkejut karena ternyata bisa bergerak, tadi dia hanya berpikir kalau mau kedepan seperti jika otaknya memerintahkan untuk kakinya berjalan.
"Em, bagaimana menjelaskannya ... Kau seperti menggunakan tiket masuk pribadi kesini. Tentu saja kau bebas!" Shavira membuat bola pasir dan melempari tiap pintu kamar yang dilewatinya hingga teriakan dari orang berbeda disetiap kamar mulai terdengar. Sayangnya hanya dengan itu saja Calista tidak bisa sepenuhnya menentukan yang mana kamar Amara.
"Apa yang terjadi di dalam sana?" Calista mencoba mengintip lewat jendela tapi tidak terlihat apa-apa, "Apa berurutan dari waktu? Penyusunan barisan setiap kamar?" Calista dengan pertanyaan yang sudah diketahui tidak akan dapat jawaban.
"Tidak ada, mereka hanya terkurung. Itu saja!" Shavira mengatakan hal itu seakan itu adalah hal baik yang dilakukannya.
Calista ingin melampiaskan apa yang ada diisi hatinya tapi diurungkan karena setelah melihat Makhluk lain yang mengganggunya bisa saja Shavira memang Hantu paling baik disana.
"Benar aku yang paling baik disini, daripada yang lainnya akulah yang punya makanan paling sedikit." Shavira memukul-mukulkan kepalanya ke pasir seperti sedang memantulkan bola sambil berjalan. Bukannya lucu tapi dari pandangan Calista itu sangat menyebalkan.
"Makanya masuki tubuh Kak Nayla sering-sering supaya kau bisa memilih teman sekamar dan memberi kunci secepatnya sebelum Penghuni kamar 2013 mendahuluimu. Aku sangat yakin manusia yang dimilikinya bahkan bisa memenuhi lautan." Calista memberi saran tapi terdengar bukan saran.
"Antriannya panjang, kau tidak tahu saja ...." Shavira mengeluh.
"Jadi, menurutmu aku lebih baik menyelamatkan Elvara kan dibanding Isvara karena bagaimanapun Elvara lebih dulu datang ...." Calista mengalihkan pembicaraan saat mendengar teriakan seperti suara Amara sebelumnya ketika melewati sebuah kamar. Calista diam-diam mencoba mendengar suaranya lagi tapi sudah tidak terdengar.
"Aku tidak bisa memberitahumu, aku tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Aku hantu, jangan lupa!" Shavira masuk menembus dinding sebuah kamar dan teriakan keras terdengar.
Calista ingin ikut masuk tapi rambut yang mengikatnya seperti menariknya untuk tidak mendekat, "Mana mungkin aku lupa, hanya dengan mendengar suaramu saja jelas-jelas kau adalah hantu ...." Calista kesal karena tidak bisa bergerak lebih dekat lagi padahal tadi Shavira bilang dia bebas. Walau dia tahu kalau sebenarnya itu demi kebaikannya sendiri, tidak boleh menyentuh apapun yang ada disana. Sementara Shavira keluar lewat atap kamar dengan lehernya yang menjulang menyapa, "Kau adalah hantu terburuk yang pernah ada ...." setidaknya Anak kecil yang menyiksanya, wujudnya tidaklah semenyeramkan Shavira. Calista tidak pernah dan tidak mau membayangkan jika saja tidak sengaja bertemu hantu dengan wujud Shavira dan sifat seperti Hantu Anak kecil itu.
"Aku ini hantu yang spesial, makanya wujudku berubah saat menjadi hantu sesuai dengan segala macam pengalaman hidup yang pernah kualami. Sedangkan hantu manusia tidak begitu punya banyak pengalaman, itu-itu saja. Membosankan! Makanya mereka hanya berubah menjadi wujud paling ...."
Shavira ingin melanjutkan tapi disela Calista, "Menyeramkan?" Calista menyadari itu bukan jawaban yang benar, "Berdasarkan keadaan saat meninggal?" sambil memperhatikan tanggapan Shavira yang kelihatan tidak senang dengan jawabannya.
"Menyedihkan dalam hidupnya." Shavira melanjutkan dengan tatapan sinis karena tidak ada jawaban Calista yang benar, "Hantu itu adalah kisah sedih tak terungkapkan ...." Shavira seakan melantunkan puisi sambil memandang bulan.
"Yang benar saja!" Calista tidak setuju, dulu hantu tidaklah nyata dalam kamus Calista tapi saat semuanya berubah menjadi nyata, hantu tidak akan pernah menjadi kesan baik dalam catatannya, "Coba ceritakan soal Anak kecil di kamar 2013?"
"Anak kecil? Kau melihatnya sebagai anak kecil?" Shavira tidak seperti berbohong, ekspresinya benar-benar kebingungan.
"Jangan membuatku takut!" Calista merinding karena mengetahui bahwa kamar 2013 wujudnya bukan Anak kecil yang menyiksanya.
"Tidak mungkin ...." Shavira terlihat berpikir sambil sesekali melihat Calista dan mengkonfirmasi dalam pikiran Calista bahwa memang benar kalau Anak kecil lah yang dilihatnya.
"Ayo katakan sesuatu, jangan membuatku semakin takut. Apa yang berbeda? Harusnya dia memang seperti apa?" Calista begerak seperti cacing karena rambut yang membungkusnya membuat dia semakin gemas karena tidak bisa bergerak bebas.
"Jujur aku tidak begitu mengenal hantu lain, karena para hantu selalu menjaga privasi mereka. Tapi setahuku Zivana maksudku kamar 2013 adalah hantu manusia dengan wujud bayi. Apa dia tumbuh besar?" Shavira tertawa keras seakan itu adalah lelucon terlucu baginya.
"Apa maksudmu? Terakhir kau melihatnya dia bayi? Apa hantu bisa bertumbuh?" Calista sangat penasaran.
"Tentu saja tidak, hantu manusia biasanya tidak berubah. Dan jelas-jelas dia bukan hantu spesial sepertiku. Apa kau melihat hantu lain? Kau salah mungkin!" Shavira tiba-tiba meragukan Calista dengan senyuman miring.
"Aku mungkin penakut tapi aku tidak bodoh ya!" Calista menyangkal keras.
"Atau kau tidak sengaja melihat hantu dari kamar lain, tapi seingatku tidak ada hantu anak kecil lain. Hanya Zivana ...." Shavira kembali membuat Calista ketakutan.
"Jadi, apa maksudnya itu? Dia hantu jadi-jadian atau apa?!" Calista meminta penjelasan.
"Hantu jadi-jadian?" Shavira tertawa lagi kali ini sambil melambaikan lehernya kekanan kekiri, "Aku tidak tahu dan tidak mau tahu! Aku tidak mau pusing! Aku hantu!"
Calista sangat sebal dengan Shavira yang tidak berhenti menekankan soal dirinya yang hantu.
"Baiklah, sudahi jalan-jalan membosankan dan sangat hantu ini. Ayo kita ke tempat hantu yang tiba-tiba jadi besar itu. Tunggu, apakah sudah pagi? Aku seperti sudah lama sekali disini ...." Calista yang punya keinginan menolong orang lain tapi tetap saja dia tidak mau melewatkan pagi yang menyenangkan dan bebas itu.
"Kau mengira sudah lama karena terlalu ketakutan, waktu disini berjalan begitu lambat! Kau bisa disini selama yang kau inginkan ... Aku bisa membawamu keliling-keliling kalau kau mau dan kau masih akan punya banyak waktu sampai pagi tiba." Shavira tiba-tiba berlari dan berteriak ke sebuah pintu secara acak dan teriakan kembali terdengar.
"Mungkin kaulah anak kecil di dalam tubuh orang dewasa yang aneh!" Calista heran dengan kelakukan Shavira yang selalu saja baru baginya, "Kau pikir aku suka berada disini, tadi kau kelihatan tidak mau membawaku kesini sekarang kaulah yang paling tidak mau kembali!" Calista berteriak karena Shavira terus mengabaikannya dan sibuk menakut-nakuti setiap orang dengan berpindah-pindah kamar. Suara teriakan disana sudah seperti paduan suara.
"Jangan bohong! Aku tahu kau suka disini, karena punya motivasi untuk menolong Amara ... Tapi aku akan memakanmu kalau menolongnya!" Shavira sudah jelas tahu apa yang ada dipikiran Calista dan menggunakannya untuk menjahili Calista.
"Antar aku ke kamar Zivana sekarang!" Calista terlihat meyakinkan Shavira bahwa dia tidak akan mengganggu makanannya. Dan hanya fokus menyelamatkan Elvara.
...-BERSAMBUNG-...
Laporan mingguan sudah tiba!🥳
Terimakasih banya saya ucapakan kepada Jan sebagai Pembaca Teraktif minggu ini dan Senja sebagai Pembaca dengan Bacaan Terbanyak minggu ini🤗 sampai ketemu minggu depan!✨
Ini kyk smacam misi yg harus di ungkap
" di setiap ada kesulitan , pasti ada kemudahan"