Menikah dengan pria yang dicintai merupakan impian setiap wanita. Begitu pun dengan ku,bisa menikahi pria yang tak hanya kucinta,tetapi juga rupawan dan tentu baik hatinya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi ku. Ditambah mertua dan ipar dan keluarga suami begitu menyayangi ku.Tapi kebahagiaan itu tak bertahan lama. Hal itu berawal di saat aku memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi yang gak sengaja aku temukan di pabrik tempat aku bekerja. Suami,mertua,ipar dan semua keluarga nya menentang,yang katanya asal usul bayi itu tidak jelas.
"Kamu itu gimana sih,kok bisa-bisanya adopsi bayi itu tanpa persetujuan kami ? Gimana kalau bayi itu hasil dari hubungan gelap ? Asal usul nya gak jelas,bisa saja kan bayi itu hasil hubungan gelap,karena tak diinginkan makanya dibuang ,lah kamu malah pungut tuh bayi haram !" Ujar ibu mertuaku dengan kesal.
Sebagian cerita ini aku ambil dari kisah nyata dari beberapa narasumber di sekitar ku juga sebagian ada kisah ku juga.Jangan lupa like dan komen ya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qsk sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Udara pagi yang dingin dan sejuk seketika menyapa ku saat diri ini mulai melangkah ke luar. Bersama Arvan di gendongan ku,ku ayunkan kaki ini menuju motor yang sudah menyala mesin nya. Di sana ayah sudah tersenyum menunggu ku.
Semalam aku telah menceritakan semua permasalahan ku,tentang sikap mertua,ipar dan juga perselingkuhan Mas Danu. Ayah tak begitu kaget mendengarnya,sebab dari awal ayah memang sudah tahu bagaimana sikap mertua ku. Karena memang dulu mereka bertetangga,ketika aku kecil dulu. Tetapi tidak dengan kabar perselingkuhan Mas Danu.
Ayah yang tadinya sangat percaya jika Mas Danu sangat mencintai ku dan bisa menjaga ku dari sikap orangtua nya justru malah membuat ayah kecewa. Semalam aku pun menceritakan tentang rencana ku,dan ternyata ayah mendukungnya. Ayah bahkan segera menghubungi teman nya yang bekerja sebagai pengacara. Dan secara kebetulan teman ayah ternyata adalah om nya Sasa.
"Kamu yakin tidak akan menuntut harta gono-gini ? Meski mungkin sebagian besar barang yang ada di sana adalah milik kamu yang kamu beli dengan uang sendiri" Tanya Ayah ketika kita sudah diperjalanan
"Termasuk biaya renovasi rumah ?" Lanjut ayah
"Enggak ayah. Semua barang-barang itu hanya akan membawa ku pada kenangan pahit. Biarlah aku ikhlas anggap saja sedekah,bukan nya sedekah itu besar pahalanya "
"Daripada harus mempertahankan nya itu hanya akan menimbulkan kegaduhan,mereka pasti tidak akan membiarkan aku membawa barang sedikit pun,dan akan menganggap jika itu adalah berkat jasa Mas Danu" tutur ku
Ya,aku mantap ingin berpisah dari Mas Danu tanpa meributkan harta gono-gini. Aku ingin memulai hidup baru dengan damai tanpa keributan. Bukan kah dulu kita juga menikah dengan cara baik-baik ? Maka ketika berpisah pun aku ingin berpisah dengan cara baik-baik. Tapi,cara baik-baik versi ku tentu berbeda.
"Ok,ayah dukung apapun rencana mu. Setelah ini terus kabari ayah ya,jangan lakukan sendiri ada ayah yang akan membantu " Ucap ayah
"Iya ayah " kami berbicara sedikit berteriak sebab suara angin dan bising nya mesin kendaraan membuat suara kami tidak begitu jelas terdengar.
Sebenarnya ibu melarang ku untuk pulang setelah tahu apa yang terjadi padaku. tetapi aku meyakinkan nya,jika aku akan baik-baik saja. Aku pun memberi tahu rencana ku dan ternyata ibu juga mendukung nya. Jadilah dengan sangat terpaksa ibu mengizinkan ku pulang.
Ibu... sebenarnya ibu bukan lah ibu kandung ku,tetapi kasih sayang nya sudah melebihi dari ibu kandung. Ayah dan ibu menikah ketika aku masih berusia lima bulan katanya. Ibu kandung ku masih ada,dan masih sehat wal afiat sampai sekarang. Hanya saja ....entah mengapa ibu kandung ku tidak selayaknya ibu kandung yang merindukan anak nya. Kata-kata yang paling menyakiti hati ku ketika beliau mengatakan jika dia tidak merasa aku itu anak nya. Sakit banget kan, bertahun-tahun tidak pernah bertemu,ketika bertemu dia malah berkata demikian. Sudah lah jangan tambah cerita kesedihan ku,kepala ku saja sudah cukup ingin meledak saat ini. Baik nya kita simpan cerita ibu kandung ku untuk nanti.
Beberapa menit perjalanan, akhirnya kami pun sampai. Rupanya pagi ini nampak ramai berkumpul di teras rumah ku. Ibu dan bapak mertua ,mbak Tami dan mbak Wiwi (Kaka keduaas Danu ) tenyata sudah pulang dari desa mertuanya. Sedangkan para anak kecil bermain di halaman. Entah apa yang mereka bicarakan tapi saat kedatangan ku mereka yang tadinya terlihat tengah membicarakan sesuatu tiba-tiba menghentikan obrolan nya. Para anak-anak menyambut kepulangan ku dengan antusias.
"Hore....bibi Mila datang bawa oleh-oleh !"
"Mainan itu buat aku !" Teriak anak mbak Wiwi menunjuk ke arah mobil-mobilan yang ukuran nya cukup besar. Ayah tadi membeli nya di jalan ketika melewati pasar dan ayah pula yang membawakan nya.
"Kamu mau ini ?" tanya Ayah,anak itu mengangguk antusias
"Minta sama kakek nya ya. Kakek juga belikan buat Arvan,jadi kalau mau minta juga sama kakek nya,jangan ambil punya Arvan " Ucap Ayah tegas
"Lah...gak apa-apa namanya juga anak-anak wajar kalau mau pinjam. Kasih saja sih nanti juga dikembalikan kalau sudah bosan !" Seru ibu mertua nampak keberatan.
"Iya kalau sudah bosan dan mainan nya sudah rusak baru dikembalikan,yang sudah-sudah juga begitu " Batin ku
"Assalamualaikum "Ucap ku cepat sebelum ibu mertua kembali berbicara.
"Waalaikumsalam, masih ingat jalan pulang ternyata,kirain gak bakal pulang " Ucap ibu mertua dengan nada pelan namun masih bisa kudengar dengan jelas.
"Eh,ada mbak Wiwi. Kapan datang mbak ? Gimana kondisi mertuanya mbak ?" Tanya ku berbasa basi
"Baik. Aku datang kemarin sore,kamu sih gak ada. Jadinya gak kebagian oleh-oleh deh " Ucap mbak Wiwi
"Gak apa-apa mbak , oleh-oleh gak penting. Yang penting mbak pulang dalam kondisi sehat " Ucap ku
"Kakek ...mau mobil yang seperti itu kek...belikan ya,... katanya kalau mau,aku minta sama kakek saja ..." Rengek anak mbak Wiwi menarik-narik lengan bapak mertua
"Sudah lah besan,kasih saja kasihan daripada nangis ,nanti susah berhentinya kalau belum kesampaian" Ucap ibu ketua merayu
"Maaf ya besan,bukan mau menasehati. Tapi alangkah baiknya anak itu jangan dibiasakan meminjam apalagi sampai mengambil mainan orang lain. Gak baik,apalagi dengan alasan demikian. Memang namanya juga anak-anak tapi kita sebagai orang tua harus bisa memberikan pengertian,karena dari sikap awal yang seperti itu maka ketika besar takutnya akan menjadi kebiasaan. Orang juga tak akan menyukai sikap seperti itu. Emang nya ibu besan mau cucu nya diomongin orang " Ujar ayah panjang lebar
"Halah ,bilang saja gak boleh pake ngomong kemana-mana. Ya sudah nanti kakek belikan yang banyak yang lebih besar dan bagus dari itu " Ucap bapak mertua membuat anak mbak Wiwi tersenyum senang.
Aku dan ayah saling bertukar pandang. Tak lama di sana,ayah berpamitan untuk pulang tetapi beliau meninggalkan motor nya dan memilih menggunakan angkutan umum. Alasan nya biar aku lebih mudah jika ingin bepergian. Ya sudah,ku biarkan saja motor itu di sini. Ayah benar,setelah ini aku pasti akan sibuk ,tak mungkin aku diam saja sementara di luar sana Mas Danu begitu bebas nya merajut cinta terlarang bersama wanita lain. Aku meremas ujung baju ku ketika tak kudapati motor Mas Danu di halaman. Dia semalam pasti gak pulang, pikir ku.
"Maaf bu, Mas Danu kemana ?" Tanya ku
"Kenapa tanya ke ibu ? Kamu kan istrinya. Makanya punya suami tuh urus yang bener jangan cuman bisanya ngurus anak pungut gak jelas itu, sudah begini saja tau rasa kan sekarang " Cibir bu mertua
"Maksud ibu apa ?" Aku curiga dari sikap nya, ibu mertua ku ini tahu sesuatu. Apa mungkin ibu mertua tahu perselingkuhan Mas Danu.
"Gak ada maksud apa-apa. Sudahlah kamu fokus saja sama anak pungut itu,gak usah sok pedulikan Danu. Sebenarnya ibu tuh kasihan lihat Danu. Semenjak ada anak pungut itu,hidup nya gak lagi terurus,kamu istrinya sudah gak bisa diharapkan lagi,jadi lebih baik kalau Danu...."
"BU !" Potong Mbak Tami sambil melotot
"Iya...iya,maaf kelepasan. Abis ibu kesel banget " Bisik ibu mertua yang masih jelas ditelinga ku. Fiks ini mereka sepertinya sudah tahu.
Aku menghela nafas,untuk meredakan gejolak di hati yang kian memanas. Ingin rasanya aku menimpali ucapan ibu mertua tapi jika itu kulakukan maka rencana yang sudah ku susun dengan ayah akan sia-sia.
"Sudahlah Mila ,sana masuk ! Ngapain masih berdiri di sini ?" Ketus Mbak Wiwi
Tanpa membalas,aku pun angkat kaki dan masuk ke dalam rumah lalu menutup pintunya. Terasa sunyi dan sepi ketika aku berada di dalam. Hanya suara celoteh tak jelas yang kudengar keluar dari mulut mungil putra kecilku. Sudut bibir ku terangkat,perlahan rasa kesal dan sesak di hati memudar setelah melihat senyuman nya. Arvan bagai pelangi di hatiku,yang selalu mewarnai hari-hari ku yang kelabu.
"Ya Allah,terima kasih telah menghadirkan malaikat kecil ini di hidupku " Lirih ku sambil menciumi kepala Arvan.
Bersambung....