Elangga Sky Raymond Wesley, seorang Badboy Tengil yang memiliki tubuh Hot. Dia adalah pemimpin geng motor Black Demon, yang selalu membuat onar di SMA Bintang Alam, masuk bk sudah langganan baginya.
Bagaikan air dan minyak yang tidak pernah bersatu, Elang dan papanya tidak pernah akur karena sebuah masalah. Papanya sudah muak dengan kenakalannya, hingga tiba-tiba menjodohkannya dengan seseorang.
Adzkia Kanaya Smith, anak baru di SMA Bintang Alam. Penampilannya yang culun ternyata menyimpan segudang rahasia. Tujuannya pindah sekolah karena ingin balas dendam pada seseorang. Dan takdir seakan berpihak padanya, ia di nikahkan dengan pria yang di incarnya.
"Ini akan menyenangkan," gumamnya sambil tersenyum smirk.
~HAPPY READING~
UP SEHARI 2X
PUKUL: 00.00 & 01.00
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
Di sebuah lapangan yang begitu luas. Seorang gadis sedang berlari sambil meringis pelan merasakan sakit pada perutnya. Hari ini jadwal olahraga, lari maraton keliling lapangan. Wajahnya sudah memerah, bibirnya pucat, tak kuasa merasakan rasa sakitnya.
Bruk!
"Kia!" pekik Juan terkejut.
Laki-laki itu berniat menghampirinya. Namun, kali ini kalah cepat dengan Elang. Langsung berlari menggendongnya dan membawanya ke uks. Membuat semua yang melihatnya mengerutkan keningnya bingung, begitupun dengan temannya yang saling tatap satu sama lain.
"Itu beneran Elang?!"
"Aaa Elang gue!"
"Apaan banget sih si culun pake di gendong segala!"
"Sengaja dia pura-pura pingsan biar di lirik Elang!"
Suasana begitu ricuh tak terima apa yang Elang lakukan pada gadis culun itu.
"Aduh kasiannyo saingannya berat!" sindir Bima sambil melirik Juan.
"Udah kata gue mah mending mundur aja deh!" sahut Nathan.
"Lo gak bakal sanggup!" timpal Aldo.
Juan melirik teman-temannya kesal. Memang mereka tahu selama ini Elang sangat susah membuka hati, bahkan selalu tidak peduli pada perempuan. Mungkin hanya sekedar menggoda fansnya, tidak untuk berdekatan. Dan kejadian sekarang? Sangat langka, bahkan terlihat raut wajahnya begitu khawatir. Apakah ia tertarik padanya?
"Udah-udah! Kalian lanjutkan, jangan rusuh!" teriak Pak Yoga, guru olahraga.
Sedangkan di uks, Elang merebahkan tubuhnya ke brangkar. Mengoleskan minyak kayu putih pada kening dan hidungnya.
"Culun, bangun!" Elang mencoba menepuk-nepuk pipinya pelan.
Kia mengerjap-ngerjapkan matanya yang perlahan mulai terbuka. Mengubah posisinya menjadi duduk, sambil meringis pelan merasakan perutnya yang masih sakit.
"Shhtt."
"Lo kenapa sih?" tanya Elang khawatir.
"Sakitt ..." ringis Kia masih memegangi perutnya.
"Iya bilang sama gue, sakit kenapa?! Mules?!" Kia hanya menggeleng pelan.
Ia terdiam, lalu bergegas menuju kamar mandi saat merasakan sesuatu yang mengalir di bawah sana. Melihat istrinya yang pergi begitu saja, membuat Elang semakin khawatir.
Laki-laki itu masih setia menunggu di depan toilet uks. Sambil sesekali mengetuk pintu tak sabaran, karena istrinya tak kunjung keluar dan bersuara.
Cklek!
Pintu terbuka, Kia keluar dengan wajah sedikit panik. Masih memegangi perutnya yang terasa amat sakit.
"Kenapa?"
"Tembus," cicitnya pelan.
Elang mengerutkan keningnya tidak mengerti, "Apanya yang tembus? Lo ngompol? Kecipirit?" tanyanya yang membuat gadis itu melototkan matanya.
"Si merah datang!"
Elang masih diam dengan tatapan bingung, "Si--"
"Bisa tolong ambilin pembalut sama baju ganti di tas aku?" pinta Kia dengan tatapan memohon.
"Hah? Pembalut? Gila lo ya!"
"Gak mau! Nanti yang lain pada curiga! Lagian masa seorang Elang bawa-bawa pembalut!" tolaknya.
"Pliss, kelas pasti sepi. Mereka masih di lapangan," mohonnya dengan tatapan memelas masih memegangi perutnya.
"Ngerepotin!"
Elang berlalu pergi begitu saja menuju kelas. Ternyata benar, kelas masih sangat sepi karena jam olahraga belum berakhir. Ia mengobrak-abrik tas Kia mencari sesuatu yang gadis itu minta. Sama sekali tak menemukan pembalut, bahkan seragam gantinya.
"Ck, cewe emang ribet!"
Karena takut kelas keburu ramai yang sebentar lagi pergantian jam pelajaran. Elang pun memilih membawa tas nya dan kembali ke uks.
"Gue gak tau lo naro pembalut dimana," Elang menyerahkan tasnya pada Kia.
"Dan seragam lo juga gak ada!"
Kia langsung memeriksa isi tasnya. Ia membuka resleting kecil di bagian belakang, dan terdapat beberapa pembalut yang selalu ia bawa untuk berjaga-jaga. Lalu membuka bagian depan berniat mengambil seragam, dan benar tidak ada seragamnya di sana.
"Aduh gimana dong, aku lupa bawa seragam. Mana tembus lagi."
"Lo nyiapin baju gue bisa, tapi baju sendiri lupa!" sahut Elang sambil menaikkan kedua alisnya.
Karena mapel olahraga di jam pertama. Mereka langsung mengenakan baju olahraga. Dan sekarang Kia malah melupakan seragamnya.
"Pulang aja lah daripada ribet! Gak usah sok kuat, lagi sakit juga! Daritadi ngeringis gitu, muak gue liatnya!" ucap Elang pedas, yang sebenarnya dalam hatinya khawatir.
"Tapi ini gimana?" Kia menengok ke belakang memberi kode.
"Lo ganti aja dulu, gue mau ke kelas ambil Hoodie!"
Laki-laki itu berlalu pergi begitu saja kembali menuju kelas. Yang ternyata kelas sudah ramai karena jam olahraga sudah habis. Elang berjalan menuju tempatnya meraih Hoodie hitam yang menggantung di kursinya.
"Lang, kemana?"
"Bolos!"
"Nat, pinjem motor!" Nathan langsung melemparkan kunci motornya yang langsung di tangkap oleh Elang.
"Kalau gak sempet, bawain tas gue!" ujarnya sambil berjalan keluar.
"Emang mau kemana? Kia mana?" tanya Juan penasaran.
"Gak tau gak ngurusin!"
Tak memperdulikan teman-temannya yang masih bingung. Elang berlalu pergi kembali ke uks. Dan tepat Kia sudah selesai dengan aktivitasnya di toilet.
Elang berjalan mendekatinya, melilitkan Hoodie miliknya pada pinggang istrinya. Kia terdiam mematung menatap wajah tampannya yang begitu sangat dekat, hembusan nafas hangat terasa di samping wajahnya.
"Lo ke ruang piket dulu, minta surat izin. Gue tunggu di gang samping sekolah," titahnya yang di balas anggukan kecil.
"Cepetan, jangan lelet! Gue gak suka nunggu!" Elang kembali melangkahkan kakinya keluar dari uks, menuju taman belakang sekolah.
Setelah berhasil keluar dari sekolah. Kia berjalan menuju gang samping sekolah yang lumayan jauh karena halaman sekolah sangat luas. Terlihat Elang sudah nangkring di atas motor.
"Lama lo, gue sampe lumutan nunggunya! Cepetan naik!"
Kia tak menanggapi, perutnya masih sangat sakit. Sebenernya ingin sekali marah-marah karena Elang selalu saja membuatnya kesal. Namun, ia mencoba menahannya. Akan panjang urusannya jika berdebat dengan pria itu.
"Pegangan!" Elang menarik pelan tangan Kia dan melingkarkan pada perutnya.
Selama dalam perjalanan, Elang sesekali melirik spion dan menunduk menatap perutnya. Terlihat wajah istrinya yang masih meringis menahan sakit. Bahkan tangannya yang terkepal sudah basah oleh keringat.
"Kalau sakit remes baju gue aja!"
Kia yang tak kuat akhirnya hanya menurut, semakin mengeratkan pelukannya. Elang diam-diam menyunggingkan senyuman tipis. Ternyata begini rasanya di peluk, sangat hangat. Hembusan angin bersemilir menerpa wajahnya, suasana jalanan yang lumayan sepi. Elang mengendarai motornya pelan, menikmati perjalanan yang begitu menenangkan baginya. Namun, tidak bagi Kia. Gadis itu ingin cepat-cepat sampai.
Satu jam telah berlalu. Elang masih berada di apartemen, tidak kembali ke sekolah. Sedari tadi istrinya terus meringis kesakitan. Membuatnya tidak tega untuk meninggalkan.
"Emang sakit banget ya? Lebay lo, gue lihat cewe pms gak gitu banget dah!"
"Setiap orang hormonnya beda-beda! Kalau kamu cuman mau ngeledek mending pergi sana!" Kia melemparkan bantal sofa padanya.
Keadaannya sekarang sangat berantakan. Rambut di gerai dengan sedikit acak-acakan menutupi wajahnya, kacamata bulatnya ia lepas begitu saja. Kia membalikkan tubuhnya membelakangi suaminya. Ia menelungkupkan wajahnya ke bantal sofa. Suasana sangat hening, hingga tak lama terdengar suara isakan kecil.
"Lo nangis?" Kia masih diam, tak mempedulikan.
"Kia," Elang memanggil pelan sambil menarik lembut pundaknya agar menghadapnya.
"Gue harus apa biar lo gak sakit lagi?"
Kia masih diam sambil menunduk, buliran bening terus menetes dari pelupuk matanya. Elang menyingkirkan rambutnya dan di selipkan ke telinga. Tangannya beralih mengusap air matanya pelan. Dan perlahan tangannya turun, menyingkap kaos oversize istrinya dan mengelus lembut perutnya. Membuat Kia tersentak kaget.
"Ini nya sakit? Mau di elus-elus? Atau mau di pijitin?" tanyanya dengan tangan masih berada di perutnya.
Elang mengelus dan sesekali memijitnya pelan. Membuat Kia merasa sedikit nyaman. Bahkan tangisannya mulai mereda. Ia mendongak menatap suaminya.
Deg!
Matanya yang sembab, hidung memerah, dan bibir sedikit pucat. Pertama kalinya Elang melihat wajah istrinya tanpa kacamata dengan rambut di gerai sedikit berantakan. Tangannya yang masih berada di perutnya, tanpa sadar mulai naik ke atas.
Plak!
"Ah!"
"Tangannya nakal!" Kia menggeplak keras tangannya, lalu mengeluarkan dari bajunya.
'Sial, gue jadi pengen!'
...***...
...Ada yang sama kayak Kia gak, pms hari pertama sakit banget sampe nangis guling-guling....