NovelToon NovelToon
Lelaki Dari Satu Malam

Lelaki Dari Satu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Keluarga
Popularitas:903
Nilai: 5
Nama Author: Keke Utami

Rinjani hanya ingin hidup tenang.
Tapi semua hancur saat ia terbangun di kamar hotel bersama pria asing. Dan beberapa jam kemudian mendapati kedua orang tuanya meninggal mendadak.

Dipaksa menikah demi melunasi utang, ia pingsan di hari pernikahan dan dinyatakan hamil. Suaminya murka, tantenya berkhianat, dan satu-satunya yang diam-diam terhubung dengannya ... adalah pria dari malam kelam itu.

Langit, pria yang tidak pernah bisa mengingat wajah perempuan di malam itu, justru makin terseret masuk ke dalam hidup Rinjani. Mereka bertemu lagi dalam keadaan tidak terduga, namun cinta perlahan tumbuh di antara luka dan rahasia.

Ketika kebenaran akhirnya terungkap, bahwa bayi dalam kandungan Rinjani adalah darah daging Langit, semuanya berubah. Tapi apakah cinta cukup untuk menyatukan dua hati yang telah hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keke Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Akun

Langit mulai gusar, pekerjaan sudah ingin disentuh. Namun pertemuan dengan Evan tadi pagi masih membuat otaknya tidak ingin melirik pekerjaan. 

Tadi pagi, saat bertemu Evan. Ia mendapatkan informasi tentang Rinjani. 

“Anda butuh sesuatu, Bos?” tanya Taufan saat masuk ke ruangannya.

“Kamu urus akun instagram milik Rinjani.” 

Taufan mendekat ke arah Langit, “Semalam sebenarnya saya sudah membobol akun itu bersama kenalan saya.”

Langit mengernyit, “Kenapa kamu lakukan tanpa perintah Saya dulu?”

Taufan menyengir, “Saya sebenarnya malas untuk mengikuti akun instagram yang terkunci,” Taufan terlihat kikuk, “Gengsi.” 

Langit berdecak, “Pantas sampai sekarang kamu masih belum menikah!” ledeknya.

“Ya sudah, mana. Saya mau lihat!” 

Taufan menyerahkan ponselnya yang sudah terdapat akun instagram Rinjani. Langit mulai melakukan apa yang ingin ia ketahui, pertama-tama ia menelusuri setiap postingan foto dan reels di instagram ART-nya itu. Terkuak beberapa fakta, asisten rumah tangga yang semula ia pikir orang biasa, namun di akun itu menunjukkan siapa Rinjani sebenarnya. 

Ada dua foto liburan tahun lalu di luar negara bersama keluarganya. Tuan dan nyonya Harsa sedang tersenyum dan Rinjani berada ditengah-tengah mereka.

“Kenapa dia menjadi pembantu sekarang?” gumam Langit.

“Anda tidak ingin memeriksa DM, Bos?” tawar Taufan.

Langit menatapnya dengan ragu, “Privasi, Fan!”

“Kepalang tanggung, Bos!” jawab Taufan dengan cengiran.

Langit mendelik, separuh hatinya berbisik untuk menyetujui usulan Taufan.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, ia membuang semua keraguan, Langit membuka pesan yang belum dibuka. Entah Rinjani sengaja atau bagaimana, pesan itu benar-benar banyak, dan nyaris dari perempuan. Langit membaca semua pesan itu tanpa terkecuali. Namun ada satu pesan yang membuat Langit terpaku lama.

Sebuah akun, mengirimkan foto di sebuah pub, foto itu memperlihatkan Rinjani duduk bersama beberapa orang temannya. Tidak hanya itu, ada video, yang memperlihatkan Rinjani yang tersenyum, lalu– 

“Tunggu, Bos!” 

Taufan meminta agar video itu di pause.

“Jepitan yang Rinjani pakai, kok sama seperti ….”

Langit menoleh ke arah Taufan dengan tatapan tak percaya. Bos dan asisten itu terdiam beberapa saat dengan isi pikiran yang sama.

“Bos … coba Anda cek ini di mana? Alamat pubnya di mana?”

Langit menggeleng, “Tidak ada lagi, Fan. Videonya berdurasi pendek, dan hanya itu.”

Punggung Langit tersandar di kursi, pikirannya kacau untuk beberapa kemungkinan. Dan ditengah kekacauan itu, ia justru teringat dengan klepon buatan Rinjani.

“Saya kok pengen makan klepon ya, Fan?” 

Taufan mengangguk malas, “Saya pesan sekarang,”

“No! Saya mau klepon bikinan Rinjani. Lalu, es jeruk peras,” ujar Langit.

“Bos, harus sekarang?” tanya Taufan tak percaya.

“Ya iyalah. Saya pulang dulu,” Langit bangkit.

“Dan kamu, cari tahu pub yang Rinjani datangi!” perintah Langit.

Taufan mengangguk seiring dengan perginya Langit dari ruangan itu.

*********** 

“Ngelamunin apaan?” 

Suara bass Langit yang tiba-tiba muncul di dapur, membuat Rinjani yang sedang duduk terkejut. Ia bangkit.

“Mas Langit butuh sesuatu?”

“Saya mau klepon, kamu bikinin, ya?” 

Rinjani mengangguk,  segera memeriksa bahan untuk di olah, “Saya belanja dulu ya, Mas,” ujarnya, banyak bahan yang harus dibeli.

“Oh gitu. Ya sudah, biar saya antar.”

“Nggak perlu, Mas. Saya bisa sendiri,” tolak Rinjani. 

“Nggak apa-apa lah. Saya juga nggak tahu mau ngapain,” ujar Langit. 

“Tapi, Mas ….”

Bahu Rinjani meluruh saat Langit mengatakan tidak adanya penolakan. Ia akhirnya mengikuti langkah kaki Langit, masuk ke dalam mobil dan segera menuju minimarket terdekat.

“Oh iya, saya dengar dari Teh Sulis, suami kamu lumpuh, ya?” 

Rinjani mengangguk.

“Nggak ada kemungkinan untuk bisa jalan lagi?” tanya Langit.

Rinjani menggigit bibir, mencari jawaban yang tepat, “Ada sih, kayaknya.”

“Kok ragu? Kamu nggak pernah periksa?

Rinjani menatap Langit dengan gugup, lalu ia mengalihkan topik saat sudah sampai di mini market.

Setelah mobil berhenti, Rinjani dan Langit memasuki mini market tersebut, Rinjani mulai mencari bahan yang ia butuhkan, berjalan di sela rak display, sementara Langit ikut mengekor di belakang.

“Awas!” Langit menarik tubuh Rinjani dengan cepat saat rak display di depan mereka bergerak, ada seseorang yang tidak sengaja menyenggol rak itu dengan keras, membuat rak itu jatuh lalu menimpa rak yang lain dan nyaris mengenai Rinjani.

“Kamu nggak apa-apa?” 

Langit menatap kedua mata hazel yang menariknya seperti magnet agar selalu ia tatap. Rinjani mengangguk lemah, ia berdiri dengan benar setelah tadi Langit sempat memeluknya– menyelamatkannya.

Suara kegaduhan rak roboh membuat atensi karyawan mendekat. Mereka meminta maaf kepada Langit dan Rinjani atas insiden tersebut.

“Mas sama Mbak nggak kenapa-napa ‘kan? Maafkan keteledoran karyawan kami,” ujar seorang karyawan.

“Lain kali hati-hati!” sebal Langit, ia menggenggam tangan Rinjani, menariknya keluar dari mini market tersebut, “Kita belanja di tempat lain saja.”

***** 

Setelah berbelanja bersama Langit, Rinjani pikir Langit akan kembali ke kamar, atau meninggalkannya di dapur. Namun dugaannya salah. Majikannya itu justru ikut membantu.

“Nggak apa-apa, Mas. Biar saya aja,” tolak Rinjani.

“Nggak masalah, saya juga pengen tahu bikin klepon itu kaya apa,” Langit mencampurkan semua tepung sesuai arahan Rinjani.

“Ini dicampur pakai air?” tanya Langit. Rinjani mengangguk, “Iya, saya panaskan air dulu,” jawabnya.

Setelah air itu panas, Rinjani mencampurkan air itu ke dalam wadah berisi tepung, namun dia lupa, jika air itu terlalu panas di kulit saat diaduk dengan tangan.

“Aissh,” jemari Langit memerah.

“Ya ampun, Mas!” Rinjani spontan memegang tangan Langit, meniupnya berulang-ulang.

“Airnya panas, Mas! Kan udah dibilangin tadi,” ujar Rinjani, ia menarik Langit dan membawanya menuju kitchen sink, kemudian Rinjani biarkan jemari Langit berada di bawah air yang mengalir.

“Masih sakit?” tanya Rinjani. 

Ia menoleh saat Langit sejak tadi hanya diam, menatapnya lama dan dalam. 

Rinjani sadar jika tindakannya di luar batas yang seharusnya, “Udah, Mas,” ia menyerahkan waslap bersih untuk mengeringkan tangan Langit.  Kemudian kembali melanjutkan adonan klepon yang tertunda.

“Saya bantu apa?” tanya Langit kembali mendekat.

“Nggak apa-apa, Mas, biar saya aja,” tolak Rinjani. 

“Kamu takut saya ngerepotin lagi ya, Rin?” tuduh Langit.

Rinjani menggeleng, “Nggak gitu. Mending Mas Langit tunggu di meja aja,”

Langit menggeleng, dasar keras kepala. Ia mengambil gula merah, “Ini buat apa?” tanyanya.

“Itu buat isian klepon.”

“Dilelehkan?” 

“Dipotong kecil-kecil, entar meleleh sendiri pas kleponnya direbus,”

Langit mengangguk seolah paham. Ia mengambil pisau, lalu memotong kecil-kecil gula merah seperti arahan Rinjani sebelumnya.

“Kegedean, Mas. Kecilin lagi!” ujar Rinjani.

“Gimana sih?” 

Rinjani hanya geleng-geleng kepala. Setelah adonan tepung itu selesai, dia mengambil alih pekerjaan Langit.

“Sini, biar aku aja.” 

Langit menyerahkan pisau, berdiri di belakang Rinjani, namun masih bisa memantau apa yang gadis itu lakukan.

“Ini bisa dibagi dua,” Tuk!! Jemarinya teriris, Rinjani mendesis, darah mengalir dengan cepat.

Langit yang melihat darah mengalir, langsung menggenggam jemari Rinjani, membawa ke mulutnya, dan …

“Kalian sedang apa?” dari pintu dapur suara Olivia terdengar skeptis.

1
Nadin Alina
Hebat sih, Rinjani. Yang semula tuan putri mau berjuang untuk hidup🙃
Nadin Alina
next bab Thor....
Nadin Alina
Ceritanya keren, semangat Thor 🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!