NovelToon NovelToon
I Became An Extra In My Own Story

I Became An Extra In My Own Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Transmigrasi
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: MagnumKapalApi

Yoga Permana, 22 tahun, pekerja biasa yang hidupnya terasa hampa setelah patah hati dan gagal move on dari cinta pertama. Pelariannya? Menulis webnovel… meski lebih sering buka Facebook daripada nulis.

Suatu malam, saat mencoba menulis prolog novel barunya Pe and Kob, laptopnya rusak, lalu menariknya masuk ke dalam dunia novel yang bahkan belum ia selesaikan.

Kini terjebak di dunia isekai hasil pikirannya sendiri, Yoga harus menjalani hidup sebagai karakter dalam cerita yang belum punya alur, belum punya nama kerajaan, bahkan belum punya ending.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 - Menuju Bab 1 Bagian 2 (8)

Suara kicau burung di belantara hutan bersenandung, menandakan hari sudah pagi.

Aku terbangun, Larasati sudah tak dalam tenda kayu yang dibuat kemarin.

Aku menuju keluar, disana mereka sedang bersiap untuk pergi ke Pohon Kehidupan, bersama dengan manusia yang kehilangan tempat tinggal mereka.

Larasati terlihat sedang berdiskusi dengan seluruh kelompok, lalu elf itu menatapku.

“Ahh, neng. sudah bangun?”

Suaranya begitu lembut, manis. Cukup adiktif untuk membuat seseorang tercandu dengan nada welas asihnya.

“Pagi teteh...” lambaian tangan mengarah ke Larasati.

“Anu... neng Lala, tamer kami sudah menjinakan pet tunggangan neng Lala.”

Tangan Larasati membelai seekor serigala hutan bertanduk satu di dahinya, tepat disamping Larasati.

“Jangan bilang—”

“Betul, serigala nu ieu, sekarang pet neng.”

Larasati mengiyakan, dengan memotong ucapanku sebelum selesai kuucapkan.

Larasati memanggilku neng Lala pagi ini, sepertinya dirinya ingin menghilangkan suasana canggung. Aku juga turut memanggilnya teteh.

“Sebenarnya ingin ku panggil teteh semok sih...”

Batinku berseru nakal.

Selain itu, semua sandra bandit sudah menunjukan ekspresi senang pagi ini, mereka tersenyum tanpa ketegangan.

Jasad bandit sudah dimakamkan.

Jika kamu bertanya mengapa bandit yang menculik dan menghancurkan desa mereka, dimakamkan oleh mereka.

Ini tentang moral, menghakimi orang yang sudah tak bernyawa tidaklah baik, karena dosa hanya urusan Tuhan dengan pelakunya.

Pagi ini tak seperti pagi kemarin, aku bangun dengan buruan yang sudah diolah dan siap santap.

Mereka menyajikan daging babi yang mereka tangkap. Dan juga serigala pemberian elf ini, tak ingin jauh dariku, walau aku sedang makan.

“Bagaimana neng beri nama serigala eta, neng?” Larasati dengan senyuman.

“Betul juga, menyebutnya monster atau tunggangan itu terdengar aneh.” tanganku memegang dagu, kupikirkan nama untuk pet ini.

“Bagaimana jika 'Silvanna” ketusku, “Silvanna dari kata silver yang berarti perak, sesuai warna bulunya.”

Serigala ini memang berwarna silver, terlihat begitu indah dan gagah.

“Eta bagus...” timpal Larasati.

Kami menghabiskan hasil buruan, berbagi kehangatan satu sama lain. Saling bercengkrama dan saling bertukar pikiran, seperti pesta kecil petualang di dalam hutan belantara.

Setelah semua sajian habis tak tersisa, Larasati merasa harus bergegas, untuk laporan dan juga permintaan izin manusia yang akan tinggal di pohon kehidupan.

Sejujurnya Larasati akan diizinkan membawa mereka, karena manusia yang mereka bawa hanyalah ibu rumah tangga yang tak bisa bertarung dan menjadi ancaman.

Sebelum berpamitan, kami berbincang empat mata kembali.

“Sebenarnya saya ingin membawa neng ke Pohon Kehidupan.”

Kali ini Larasati sedikit lancar berbahasa manusia, dia tanggap dan cepat fasih.

“Aku harus ke gunung Lunagen untuk daun itu.”

“Setelah ke Lunagen, bertamulah ke Pohon Kehidupan, diantosan kedatanganmu.”

“Kalo sempat teteh... Aku masih punya keluarga, mereka menantiku.”

“Hmm begitukah... Saya tetap menunggu...”

“empat tahun lagi aku akan menuntut ilmu di akademi, setelah itu aku akan ke Pohon Kehidupan. Maaf teteh...”

Tentu saja aku lebih memprioritaskan kepentinganku, baru orang lain, bagi Larasati aku adalah penyelamat yang membuka sudut pandang baru bagi dirinya, namun aku tetap rasional, konsisten dengan tujuan.

Antara visi dan misi, aku harus menjaga apa yang harus ku jalani.

Larasati sedikit bersedih namun ia lega, penyelamat dirinya adalah orang jujur, yang menolak walau menyakitkan.

Sampai akhirnya kami berpisah, aku menunggangi Silvanna, mana ku jadi lebih hemat.

Sedangkan Larasati dan kelompoknya bergegas menuju rumah mereka. Pohon Kehidupan.

Begitu juga manusia yang ia bawa, desa yang hancur oleh para bandit bernama desa nyangkringan.

Aku juga harus mengingat setiap insiden yang terjadi, tidak semua tertulis dalam sejarah, hanya bagian kelam yang diketahui segelintir orang.

Tadinya sedikit ragu untuk melawan sekelompok bandit, namun tak disangka otakku bekerja saat kematian mengancam, insting juga merupakan hal penting.

Kusadari juga aku masih terlalu lemah, jika tak ada Larasati mungkin aku sudah mati.

Ditambah Silvanna yang mereka jinakkan semua menjadi mudah.

Serigala ini berlari dengan presisi, cepat namun tak membahayakan penunggangnya. hewan yang terbiasa dengan alam liar. Bisa disebut juga monster.

Berlari ditengah hutan dengan akar-akar yang mengganggu, tidak terlilit ataupun tersungkur akar.

Melompati jurang yang sedikit jauh dari sisi ke sisi lain tanpa kesulitan.

Bahkan tidak terasa lelah walau sudah dua jam berlalu.

“Dasar monster...” batinku menatap kepala Silvanna diatas punggungnya.

Tak hanya itu, monster liar yang sedikit besar dan mengancam seolah menghindari kehadiran Silvanna.

“Mungkin saja Silvanna tadinya pemimpin kelompok”

Kini matahari sudah diatas kepala kami, walau terhalang pepohonan, tapi ku tahu waktu sudah berganti siang.

“Silvanna berhenti dulu, sebaiknya kita beristirahat.”

Perintahku pada Silvanna.

Serigala itu berhenti, dan mengeram. Seperti anjing yang berterima kasih.

“Mungkin dia memang lelah ya...” batinku melihat reaksi Silvanna

Wajar saja jika lelah, Silvanna sudah berlari sangat lama, jarak ini sudah jauh dari tempat awal.

Kami duduk sejenak bersandar pada pepohonan.

“Lain kali kalo lelah bilang ya...”

Silvanna mengeram, dan mengeluskan kepalanya pada tubuhku.

“Hahahahaha”

Aku tertawa lepas, perjalananku takkan sepi jika bersama Silvanna. Seperti memiliki anjing peliharaan sebesar Harimau Sumatera.

Ku peluk Silvanna, bulunya halus dan hangat, juga kurasakan tubuh Silvanna begitu kekar.

“Tubuhmu ga berbohong, kamu sudah melewati banyak hal...”

Sembari memeluk Silvanna, aku paham kehidupan liar seperti apa yang Silvanna jalani.

Silvanna merebahkan tubuhnya, lalu aku merebahkan juga diriku diatasnya.

Terasa hangat, lembut, seperti tidur diatas kasur.

Nyaman dan tentram.

Tak sadar aku tertidur...

Aku kembali bermimpi, suara itu.

Suara itu didalam kegelapan.

Suara mantanku, Mulya.

“Hah... Kamu memang ga pernah berubah.”

“Sedari dulu kamu memang seperti anak kecil.”

“Walaupun kamu kini anak kecil, tapi kamu tetap kamu yang aku kenal”

“Kamu tetap manis ya...”

Nada suara itu kini sedikit berbeda. Terdengar sedih.

“Aku ingin kamu menjadi pria yang kukenal seperti dulu, dalam tubuh gadis itu.”

“Kamu selalu merasa dirimu terkesampingkan.”

“Aku meninggalkanmu bukan karena aku tak cinta.”

“Karena kamu selalu berpikiran negatif, itu yang aku tidak suka.”

“Aku mengirimmu ke dunia naskah yang kamu tulis bukan tanpa alasan.”

“Aku ingin kamu menggantikan tokoh utama, dan dunia ini adalah panggungmu.”

“Bukan sekedar extra.”

“Bukan sekedar villain utama.”

Aku kembali merasakan dalam tidurku, pipiku basah, entah menangis atau karena hujan.

Terdengar suara mengeram masuk kedalam mimpiku.

Aku terbangun.

“Ehh Silvanna yaa... Kamu membangunkanku?”

Sepertinya Silvanna menganggapku sedang bermimpi buruk.

“Aku baik-baik saja Silvanna.”

“Terimakasih ya, sudah khawatir padaku.”

Kini aku semakin menyukai Silvanna.

Pet ini mengerti apa yang aku rasakan, bahkan saat aku tertidur.

“Ku pernah membaca buku tentang monster waktu dulu.” batinku, “monster lebih peka terhadap perasaan negatif, karena itu memang insting bertahan hidup mereka.” lanjutku dalam batin.

Grokkk!!

Perutku mengeluarkan suara, sepertinya aku harus berburu bersama Silvanna.

1
Nisa
elep sunda wkwkwk
Orang Aring
konsepnya menarik
Pramono
world buildingnya bagus, cuman bingung aja di pemetaan
Tiga Titik Hitam: kurang ahli soal pemetaan
total 1 replies
Sarah
lumayan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Maaf… bukannya aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan kalian…" napasku terasa berat di dada. "Tapi aku juga bukan anak kalian." Pandanganku mengabur sejenak. "Aku hanyalah anomali. Penulis naskah yang entah bagaimana terjebak di tubuh Lala anak kalian…" batinku, sambil melangkah perlahan menuju jendela, seolah setiap langkah menambah beban di pundakku.

Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.
Tiga Titik Hitam: shappp paman/Applaud/
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Itu aja sih masukkan dari saya kak
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Lanjut baca ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dititip dulu likenya. Nanti lanjut baca lagi
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Good kak ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Nah kan... Ini yang selalu saya pikirkan 🤣
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
666
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dikirain namanya bakal punya marga. Ternyata enggak. Soalnya dilihat dari sampulnya sih ada bangunan fantasi abad pertengahan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Sebenarnya sih lebih enak "Gak" daripada "Ga" waktu lihatnya kak
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Itu hanya menurut aku ya kak
total 1 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Buwung nya ilang 🗿
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Pe and Kob. Keseringan kebaca jadi PeKob :v
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Saran kak. Supaya lebih enak dibaca harusnya begini "Layar laptopku mulai retak seperti pecahan kaca, padahal sebelumnya belum pernah terjatuh." itu aja sih kak.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Gpp kak. Saling berbagi ilmu. Saya juga ilmunya masih dikit ilmunya kak ✌️
Tiga Titik Hitam: ku lupa balas komenmu jir, saranmu oke udah kuliat dinovelmu bg—lumayan serap sedikit ilmu/Smile/
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Jd keinget salah satu anime yang dimana villain utamanya terlalu op dan kalah sama MC karena karet gelang yg dilempar MC.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Gak usah pake prolog klo malas nulis prolog :v
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Mulyono /Hammer/
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Ngomong² soal "Citayam" jadi ke inget "Citampi Story"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dibagian "filem" bukannya lebih enakkan story atau alur ya kak? Nanya aja sih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!