NovelToon NovelToon
KEMBALINYA JENDERAL PERANG

KEMBALINYA JENDERAL PERANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Dikelilingi wanita cantik / Percintaan Konglomerat / Bad Boy / Kriminal dan Bidadari / Rebirth For Love
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Update setiap hari!

Leon Vargas, jenderal perang berusia 25 tahun, berdiri di medan tempur dengan tangan berlumur darah dan tatapan tanpa ampun. Lima belas tahun ia bertarung demi negara, hingga ingatan kelam tentang keluarganya yang dihancurkan kembali terkuak. Kini, ia pulang bukan untuk bernostalgia—melainkan untuk menuntut, merebut, dan menghancurkan siapa pun yang pernah merampas kejayaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17 Kedatangan seorang komandan

June hanya menyeringai, matanya berkilat licik. “Tenanglah. Sekarang bukan waktunya untuk bertarung.”

Ia menjentikkan jarinya. “TAP.”

Sekejap kemudian, suara derap langkah berat terdengar menggema dari segala arah.

DUM! DUM! DUM!

Pintu-pintu samping terbuka. Dari koridor dan balkon atas, puluhan polisi bersenjata lengkap menyerbu masuk dengan formasi rapi, laras senapan terarah ke Leon, N’Kosi, dan Garka. Lampu sorot menyala, membuat suasana semakin mencekam.

N’Kosi segera berdiri meski tubuhnya nyaris runtuh, merangkul kedua anaknya dalam dekapan protektif. Pandangannya kembali tegas, bukan lagi sekadar ayah yang baru menemukan keluarganya, tapi juga prajurit Zambald yang siap mati demi melindungi mereka.

Garka mengumpat pelan, wajahnya pucat. “Sialan… dia benar-benar memanggil polisi…!”

Dari kerumunan polisi itu, seseorang maju ke depan.

Seorang pria dengan seragam lengkap, pangkat kapten tersemat jelas di pundaknya. Posturnya gagah, langkahnya angkuh, dan di wajahnya ada senyum sinis yang menusuk.

Dia adalah Kapten Victor, orang yang disebut-sebut sebagai pemberantas kejahatan paling ditakuti di seluruh Lunebridge.

“Wah, wah, wah…” suaranya lantang, namun setiap kata sarat kesombongan. “Lihatlah siapa yang kita punya di sini. Para kriminal yang dengan seenaknya datang dan mengacaukan bisnis orang lain. Apa kalian sudah bosan hidup?”

Tatapan Victor lalu tertuju pada N’Kosi dan keluarganya. Senyum itu berubah menjadi raut jijik. Ia mendengus kasar. “Dan ini… warga negara asing menjijikkan yang mencoba menghancurkan kedaulatan tanah airku.” Matanya menyipit penuh kebencian. “Kalian akan dieksekusi untuk ini.”

“BAJINGAN!” Garka menyela keras. Suaranya parau namun penuh amarah. “Kau salah! Mereka bukan kriminal. Mereka diculik… dipisahkan dari keluarganya dan dijual dalam perdagangan manusia!”

Namun Victor hanya tertawa rendah, penuh ejekan. “Kau pikir aku peduli?”

Tatapannya beralih tajam pada Garka, senyumnya semakin licik. “Oh, aku ingat kau... Garka, pemimpin geng busuk yang selama bertahun-tahun menghindari pajak. Tapi sekarang waktumu telah habis, kau akan didenda sangat berat untuk itu.”

Garka terdiam, matanya melotot. Wajahnya memerah karena amarah bercampur panik. “Kau… bajingan pemerintah!”

Victor berdiri tegak di tengah ruangan, dadanya membusung, seolah seluruh dunia tunduk pada kepangkatannya. Senyumnya merendahkan setiap orang di hadapannya.

Ia mengalihkan tatapannya pada Leon, matanya menyipit. “Dan kau… siapa kau? Aku belum pernah melihatmu di kota ini.”

Leon menatapnya tanpa gentar, sorot matanya sedingin es. Suaranya datar, tanpa emosi.

“Aku… adalah orang yang tidak seharusnya diusik oleh perwira rendahan sepertimu.”

Wajah Victor seketika mengeras. Darahnya naik ke kepala, wajahnya memerah. Ia mendengus kasar lalu tertawa mengejek. "Sombong sekali…” ucapnya dengan nada serak, penuh amarah tertahan.

Ia melangkah maju perlahan, tiap langkahnya menggema begitu mendekati Leon. Tepat saat berhadapan di depannya, Victor mengangkat tangannya—

BUGH!

Tinju Victor mendarat di pipi Leon. Kepala Leon sedikit terputar, namun ia tidak bergeming. Tidak ada amarah, tidak ada keluhan.

Victor semakin terprovokasi. “Kau kira dirimu siapa, hah!? Aku adalah Kepala Kepolisian Lunebridge! Beraninya orang rendahan sepertimu bicara lancang di hadapanku!”

Ia membusungkan dada lagi, kedua tangannya menunjuk ke lambang pangkat yang tersemat di seragamnya. “Pangkatku lebih tinggi dari siapapun di ruangan ini! Aku adalah Kapten yang disegani seluruh pasukan! Tidak ada seorang pun yang berani menantangku!”

Dengan amarah yang semakin membuncah, Victor mengayunkan tinjunya sekali lagi. Namun kali ini—

GRAB!!

Tangan Leon terangkat dan menangkap pergelangan tangan Victor. Seketika suara sendi retak terdengar.

“KRKKK!”

Wajah Victor memucat. “A-AARRGHHH!!” teriaknya keras.

Pasukan polisi yang mengelilingi mereka sontak panik. Mereka langsung mengokang senjata, pelatuk tertekan setengah, laras-laras senapan otomatis menyorot tepat ke kepala dan dada Leon.

“LEPASKAN KOMANDAN KAMI!!!” teriak salah satu perwira.

“SEKARANG!!!” sahut yang lain.

Namun Leon tetap tenang. Tatapannya datar, menusuk Victor tanpa kata. Tangannya semakin menekan, suara retakan tulang makin jelas terdengar.

Victor berteriak semakin keras, wajahnya memerah bercampur keringat dingin. “LEPASKAN AKU!!! BAJINGAN!!!”

Garka dan N’Kosi spontan menegakkan tubuh mereka, bersiap jika situasi berubah menjadi hujan peluru. Suasana menegang, udara seakan berhenti bergerak.

Hingga—

“LANCANG SEKALI!!!”

Suara berat terdengar. Seketika, semua orang membeku.

Tatapan seratus pasang mata serempak beralih ke arah pintu besar di sisi ruangan. Dari kegelapan koridor itu, muncul sosok gagah berbalut seragam militer hitam dengan mantel panjang.

Wajahnya keras, penuh wibawa, dengan sorot mata dingin bagaikan baja yang ditempa. Setiap langkahnya mengandung aura tekanan yang membuat dada setiap orang bergetar.

Kedatangannya diiringi oleh puluhan pasukan khusus bersenjata lengkap, jelas tak sepadan dengan para polisi disana.

Dia adalah Komandan Gerald Volbrecht—panglima yang namanya membuat prajurit sekaligus kriminal di seluruh negara bergetar ketakutan.

Pasukan polisi yang tadi berteriak histeris kini terdiam. Senapan-senapan perlahan menurun, sebagian dari mereka bahkan tak berani menatap langsung ke arahnya.

Leon melepaskan pergelangan Victor, membuat pria itu terhuyung sambil memegangi tangannya yang nyaris remuk.

Victor menahan lengannya yang hampir patah, wajahnya pucat namun ia memaksa berdiri tegak. Pandangannya terangkat begitu melihat siapa yang muncul.

“Ko… Komandan Gerald!” suaranya tercekat, bercampur heran. 'Kenapa beliau ada di sini? Orang sekelas dia tak mungkin turun tangan hanya untuk urusan kriminal kota…' batinnya.

Mata Victor bergerak cepat, lalu berhenti pada sosok June yang masih berdiri tenang di sisi panggung.

Seketika pikiran Victor berputar. 'Oh… jadi begitu. Tentu saja. Pasti Tuan June yang memanggilnya. Keluarga D’Arvenne memang memiliki pengaruh besar. Kalau begitu… ini kesempatan emas untuk menghabisi bajingan sombong ini!'

Menelan ludahnya sendiri, Victor buru-buru menegakkan tubuh. Ia menyembunyikan rasa sakit yang menusuk di pergelangannya dan menghapus ekspresi panik.

Dengan wajah dibuat setenang mungkin, ia melangkah maju, menunduk penuh hormat.

“Komandan Gerald Volbrecht!” serunya lantang. “Sungguh suatu kehormatan luar biasa Anda berkenan hadir di sini. Situasi sedang dalam kendali saya.”

Ia mulai menyanjung, suaranya bergetar tapi dipaksakan gagah. “Di hadapan Anda berdiri para pengacau negara, orang asing menjijikkan yang hendak menghancurkan kedaulatan kita. Juga geng kriminal busuk yang pantas dibasmi. Dan…” Victor menunjuk tajam ke arah Leon, wajahnya kembali menegang. “Bajingan ini! Orang rendahan yang berani melawan perwira negara. Dia harus diberi pelajaran di depan semua orang.”

Ruangan menjadi hening. Semua pasukan menunggu reaksi Gerald.

Komandan itu tidak langsung merespon. Wajahnya keras, tanpa ekspresi. Ia berdiri tegak, matanya perlahan menyapu seluruh ruangan, lalu berhenti pada Leon.

Tatapan Gerald dan Leon bertemu.

Sejenak, waktu terasa membeku.

Gerald meneguk ludah, kasar, seperti menelan batu. Rahangnya mengeras. Gerald menundukkan pandangannya cepat-cepat, seolah menatap mata Leon lebih lama lagi bisa membuatnya kehilangan nyawa.

Hening itu pecah ketika Gerald melangkah maju. Dengan langkah mantap, ia menghampiri Victor.

“Komandan…” Victor berbisik, senyumnya penuh percaya diri. Ia siap menerima pujian atas keberaniannya.

Namun—

BRUAKH!!

Tinju Gerald menghantam wajah Victor dengan kekuatan mengerikan. Suara tulang retak bercampur dengan dentuman tubuh yang terhempas ke lantai.

Darah muncrat dari hidung Victor, tubuhnya terguling keras.

“Ughhh! A-Arrghhh!!!” jerit Victor, wajahnya berlumuran darah.

1
Hendra Saja
sampai saat ini menarik....MC nya Badas...
Hendra Saja
semangat up Thor.......makin seru
Rudik Irawan
sangat menarik
Kustri
☕semangat UP😍
Cha Sumuk
mantap mc cowok nya ga kaleng2 bnr..
Caveine: makasih kak🥰🥰
total 1 replies
Kustri
kutemani thor☕☕☕untukmu💪
Caveine: makasih bang 🥰🥰
total 1 replies
Kustri
wajib dibaca!!!
Kustri
waduuuh jgn biarkan wanitamu dipermalukan , leon
ayooo muncullah!!!
Kustri
weee... leon curi start
gmn malu'a klu tau angeline anak si komandan🤭😄
Kustri
angeline anak komandan?
Kustri
tambah semangat 💪
Kustri
woii tanggung jwb kau, leon🤭
Kustri
apa edward kakak leon
Kustri
latihlah anak" buah garka spy lbh tangguh
Kustri
uuh.... kalimat"mu, keren
sangtaipan
mantap
Kustri
gaaaas pooll
Kustri
wkwkkkk... victor polisi penjilat, rasakno!!!
ternyata sang komandan telah mengenal leon
Kustri
siap thor!
ah, leon akhir'a dpt sekutu
Kustri
seruuu...!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!