Mora mendapatkan tawaran menarik untuk menggoda pria beristri. Jika berhasil bayaran sejumlah 100 juta akan ia dapatkan.
Tapi ternyata tawaran itu sangat tidak mudah untuk Mora laksanakan. Pria yang harus ia goda memiliki sikap yang dingin dan juga sangat setia dengan sang istri.
Lalu apakah Mora akan berhasil merebut pria dari istrinya? atau bahkan justru hubungan mereka semakin dekat karna pria tertarik pada Mora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKS 18
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Mora. Jika pada akhirnya ia akan mendapatkan tumpangan dari Adam Nicholas.
Sebelumnya sudah memohon tapi kali ini pria nan tampan itu yang menawarkan tumpangan padanya. Ah lebih tepatnya rela mobilnya yang mahal ditumpangi oleh Mora.
Sesekali Mora melirik kearah samping. Adam masih fokus menyetir, bahkan sama sekali tidak ada mengajak Mora secara tadi.
Tidak ada obrolan singkat atau bahkan suara musik. Suasana didalam mobil terasa sepi sekali, hanya ada suara mesin sebagai pelengkapnya.
Kedua mata Mora memandang keseluruhan dalam mobil. Benar-benar mewah dan sama sekali belum pernah melihatnya.
“Dimana alamat Apartemenmu?” tanya Adam setelah lama saling diam tidak ada percakapan.
Seketika kini Mora mengalihkan fokus padanya sepenuhnya. “Lurus saja. Tepat didepan sana,” jawabnya.
Seakan memang mengerti tidak bertanya lagi Adam menginjak pedal gas agar mobil semakin melaju sedikit cepat.
Sehingga tidak lama akhirnya sampai juga di gedung Apartemen Mora.
“Sudah,” ucapnya.
Padahal Mora berharap agar sampainya lebih lama lagi. Ia tidak mau satu hari ini habis sia-sia, sama sekali belum bisa mendapatkan perhatian Adam.
“Tuan tidak mau mampir?” tanya Mora dengan penuh keberanian.
Bilang saja jika Mora bodoh. Jelas saja Adam tidak akan mau mampir, sudah malam begini tidak akan ada orang menerima tamu.
Tapi berbeda dengan Mora. Dengan lantangnya menawarkan Adam untuk singgah sebentar, apa salahnya akan menyenangkan jika pria itu mau nantinya.
“Turunlah,” Malah Adam merespon untuk hal yang lain.
Tawaran yang tidak akan pernah Mora lontarkan pada siapapun khususnya hanya pada seorang Adam saja sudah ditolak habis-habisan.
“Yakin ni nggak mau mampir sekalian?” Mora memastikan lagi.
Sampai Adam menatapnya malas dan juga sembari menghela napas berat sekali.
“Apa Apartemenmu itu tempat umum?”
“Maksudnya?”
“Kalau iya maka aku akan mampir. Jika tidak… berhentilah menawarkan sesuatu hal yang sebenarnya kalau aku iyakan kau akan takut.”
Adam menekan tombol kunci hingga perlahan pintu mobil terbuka. “Turunlah. Aku terlalu lelah untuk menyambut semua keanehanmu,” ucap Adam dengan nada ketusnya.
Lalu kembali mengalihkan fokus pada kearah depan. Mora hanya bisa memejamkan mata saja secara paksa, untuk menghilangkan rasa kesalnya.
“Baiklah kalau malam ini Tuan menolak. Aku akan menawarkannya lagi besok.”
Seketika Adam menoleh kearahnya lagi. “Serius, Tuan. Apa salahnya kalau hanya sekedar mampir? Kau juga tidak akan melakukan hal aneh padamu bukan?”
“Bukan aku yang akan melakukan hal aneh itu. Tapi…. kau,” jawabnya sembari menunjuk dahi Mora dengan penuh penekanan. “Cepatlah, turun!” Tidak membentak hanya sekedar lebih tegas saja.
Maka sudah pasti tidak akan ada pilihan lain bagi Mora selain mematuhinya. Dengan bibir cemberutnya, Mora bergegas turun tidak lupa menenteng totebagnya.
Saat mau menutup pintu Mora melupakan sesuatu hal.
“Ahh iya, besok Tuan mau aku buatkan bekal apa?”
Ayolah. Adam sudah mengantuk, ingin segera rebahan diatas ranjang empuknya tapi pertanyaan random dari Mora masih juga menyerangnya.
“Bagaimana, Tuan? Kau mau aku buatkan bekal apa untukmu?” tanya Mora lagi.
Sebelum menjawabnya maka Adam menarik napas dalam-dalam dulu. Lalu dengan eskpresi super duper datar menoleh kearah Mora yang masih menunggu jawabannya.
“Ayam kalkun panggang,” jawabnya.
“Apa? Ayam Kalkun? Nggak salah ni?”
“Tidak. Aku mau itu.”
Adam menarik pintu mobilnya. Lalu bergegas menginjak pedal gas dan melaju dengan kecepatan tinggi sampai Mora saja bingung karena ulah tersebut.
Kedua mata Mora terus saja mengerjap. Bingung dan juga tidak menyangka, jika Adam akan meminta makanan aneh itu padanya.
“Ayam kalkun? Dimana aku mendapatkannya?”
Kalau Mora coba untuk ingat-ingat lagi sepertinya kulkas yang di Apartemen sama sekali tidak ada jenis ayam kalkun.
Bergegas sembari menuju lift Apartemen Mora sibuk dengan ponselnya. Menekan aplikasi belanja online, siapa tahu ayam kalkun yang sangat diinginkan Adam ada disana.
Terlalu fokus dengan ponselnya sampai Mora tidak memperhatikan jalannya.
“Aaaaaawwwww!” Mora menabrak seseorang hingga terjatuh.
Tentunya ia kesal. Mendongak melihat siapa yang telah ia tabrak malah terkejut, ia tidak menyangka akan bertemu sosok itu disini.
“Asher?”
“Mora, kau baik-baik saja?”
Asher membantunya untuk bangkit. Memastikan jika tidak ada hal buruk yang terjadi pada Mora, ia benar-benar khawatir.
“Maaf… aku tidak memperhatikan jalan tadi,” ucap Asher dikala Mora sudah berhasil berdiri lagi atas bantuannya.
“Tidak apa. Aku juga salah, tidak memperhatikan jalan.”
Mora menjadi canggung sendiri. Ia tidak akan pernah menyangka bisa bertemu dengan Asher di sini, tentu ia penasaran hal apa yang membuat Asher ada disekitar Apartemen.
“Kau tinggal di Apartemen ini?” tanya Asher memastikan saja.
Mora mengangguk saja. “Kalau begitu kita tetangga. Apa jangan-jangan kaulah penghuni baru sebelah Apartemenku?” Wajah Asher kelihatan bahagia sekali.