Perjalanan hidup Gaman julang yang tidak pernah tuntas menyelesaikan pendidikan di sekolah maupun di pesantren.
Ia tidak bisa mengimbangi waktu dengan hobinya bermain musik,sehingga sekolahnya terbengkalai.
meski demikian, dia seorang yang cerdas.
Hingga suatu ketika dia harus bergelut dengan problematika hidup dan beban moral menghadapi gunjingan keluarga dan tetangga.
Semua sepupunya terbilang telah hidup sukses dan sudah punya keluarga sendiri,tinggal ia seorang yang masa depannya tak tentu arah.
Ditengah kehidupannya yang relatif carut marut secara ekonomi ,dia jatuh cinta dengan putri seorang Kyai besar pengasuh pondok pesantren.
Tantangan terberatnya harus bersaing dengan dua orang lain yang juga ingin melamar putri sang Kyai.
Mereka berdua mapan secara ekonomi dan punya gelar akademik S2 lulusan Universitas Al-azhar Kairo,Mesir.
Upaya apa yang akan dilakukan Jul untuk menghadapi tantangan tersebut demi menaklukkan hati sang Kyai agar menerima ia sebagai menantu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bungdadan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DIKELUARKAN DARI SEKOLAH
"Gimana Jul, kalau sudah begini apa rencanamu? sayang banget udah kelas tiga SMA malah dikeluarin dari sekolah ,disuruh pindah sekolah nggak mau..."; tanya Mas Ahmad ,Kakak pertamaku dengan nada pelan sambil duduk dan menyalakan sebatang rokok.
Kami duduk bersebelahan di ruang tamu ,aku tak bisa menjawab pertanyaannya.
Ku ikut mengambil sebatang rokok milik mas Ahmad yang diletakkan bungkusnya di hadapanku.
Saat mau ku nyalakan ,"pret....", batre korek apinya lepas ," yaah...rusak deh koreknya".
"Minta apinya Mas !" ; ku ulurkan tangan untuk mengambil rokok yang tengah dihisap mas Ahmad.
Aku menghela nafas menghembuskan asap ,lalu mengangkat tangan memegang dagu. Hatiku bergejolak gundah gulana.
Rasanya sudah malas untuk sekolah formal, jadwal manggung main musik yang padat membuatku tak ingin sekolah lagi.
Harus bangun pagi setiap hari, pulang sore ,sungguh sangat membosankan ,semua itu ku anggap mengganggu waktu latihan band sebagai hobiku.
Aku terdiam sambil berpikir untuk menjawab pertanyaan Mas Ahmad.
Suasana hening sejenak, diantara kami tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun ,hanya saling menghembuskan asap rokok.
Hingga kurang lebih lima menit waktu berlalu ,perutku terasa mules, ingin ke belakang.
Sebenarnya nggak mules-mules amat ,tapi aku mau memanfaatkan momentum di kamar kecil untuk merenung dan berpikir.
Ditengah buang hajat "ting..." ada gambar lampu bohlam di otakku ,terlintas dalam pikiranku sebuah solusi yang menurutku ciamik dan sangat cemerlang.
Aku bergegas siram - siram cebok keluar kamar kecil menemui mas Ahmad di ruang tamu.
"Aku mau ikut kejar Paket C saja Mas ! Lagian tanggung juga, tinggal satu semester ,lanjutin pindah di paket C aja !" ; ku jawab disertai sedikit senyuman kaku.
Kebetulan di kampungku sudah ada program kejar paket C yang belum lama berdiri , sekolahnya dekat rumah kurang lebih cuma 200 meter.
Dalam hati dan otakku terbayang untuk kedepannya ,jika aku pindah mengikuti kejar Paket C ,maka semua akan lancar ,hobi main musik jadi tidak terlalu terganggu karena sekolah Paket C cuma seminggu sekali.
"Aku sudah tak lagi harus bangun pagi setiap hari dan hidupku akan enjoy meniti karier namun tetap punya ijazah setara SMA. Jika suatu saat ingin kuliah juga bisa"; itulah yang terbesit di pikiranku.
"Ya udah....,terserah kamu ,kalau kamu yakin dengan keputusanmu "; mas Ahmad berlalu pergi setelah mendapat jawaban dariku.
Mas Ahmad orangnya kalem ,tidak pernah marah ,usianya 35 tahun.Jangankan marah, bicara keras saja tidak pernah.
Jika aku melakukan kesalahan ,dia selalu menasihatiku dengan santai dan tenang .Dia sudah punya rumah sendiri, tinggal bersama istri dan kedua anaknya.
Sepertinya kesalahanku kali ini sudah sangat fatal, dikeluarkan dari sekolah dan bikin malu keluarga. Penyebabnya gara-gara sering bolos.
Ya begitulah pemain band ,sebagian besar waktuku terpakai untuk latihan dan manggung .Walaupun hasilnya tak seberapa , namun aku senang menjalaninya.
Aku tak pandai membagi waktu, sampai harus mengorbankan sekolahku.
Aku punya dua kakak ,yang satu perempuan ,saat ini dia sedang merantau di Jakarta bekerja di perusahaan konveksi.
Namanya Salma, usianya 27 tahun masih single belum menikah ,di rumah cuma ada Aku dan Ibu.
Salma yang membiayai sekolahku membantu Ibuku yang seorang janda umur 55 tahun.
Bapak sudah meninggal sejak aku masih kelas tiga SD.
Meskipun bapak sudah meninggal,namun beliau masih membiayai hidup kami sampai sekarang dari gaji pensiunannya.
Beliau seorang PNS jaman orde baru ,jadi gajinya tidak seberapa.
Betapa terpukul dan sedihnya Salma mendengar kabar bahwa Aku dikeluarkan dari sekolah.
Dia tau lewat telfon dari tetanggaku yang suka julid.
Padahal mbak Salma sudah banting tulang , mencari nafkah dan menaruh harapan kepadaku sebagai putra bungsu dalam keluarga, agar menempuh pendidikan sampai sarjana.
Tentunya bukan hanya mbak Salma ,semua keluargaku juga pasti kecewa.
Gunjingan tetangga merambat dari satu ke yang lain , hingga ada yang melarang anaknya bergaul denganku.
"Mau jadi apa anak itu ? kerjaannya tiap hari bawa gitar kesana kemari ,sekolah nggak becus ,pasti dia nakal tuh ,buktinya sampai dikeluarin dari sekolah"; kurang lebih begitu kalimat yang sering dibicarakan tetangga tentang diriku.
Aku bukan anak bodoh ,bukan anak nakal ,aku juga selalu sopan kepada Bapak Ibu guru, nilai mata pelajaranku sebenarnya bagus.
Hanya saja , aku tak pandai membagi waktu ,tak bisa memilih mana yang harusnya menjadi prioritas.
Kebiasaan suka begadang membuatku susah bangun pagi , walaupun sedang tak ada acara, aku tetap sering terjaga dimalam hari, bermain gitar sampai larut.
Karena kesiangan ,makannya jadi sering bolos.
Sedangkan Ibu, beliau terus membujuk agar aku jangan ambil kejar paket C .Pindah sekolah formal saja, namun keputusanku kali ini sudah bulat .Aku tetap mau pindah ke paket C saja.
Sifatku yang keras kepala ,membuat Ibu hanya bisa pasrah dan mendoakan , semoga aku tak menyesali keputusan yang kupilih dikemudian hari.
Inilah aku, Gaman julang ,remaja 18 tahun yang telah mengecewakan Ibu dan kedua kakak ku.
Hatiku lumayan keras, sehingga jarang menyadari sifat buruk yang ku miliki ,tidak memikirkan perasaan keluarga.
Berbeda dengan keluargaku ,Aku sendiri tidak merasa sedih ,aku beranggapan paling-paling juga lambat laun kekecewaan mereka akan berangsur - angsur hilang ditelan waktu.
Semua sudah terlanjur terjadi ,ya mau gimana lagi ,waktu tak bisa diputar kembali.
Aku berkata pada diriku sendiri ; "tak perlu risau ,tenang saja ! sejarah belum selesai ditulis bro....!".
Aku akan mengikuti kejar Paket C ,toh ijazahnya juga sama saja ,yang terpenting pengetahuan dan otak selalu encer ,soal belajar bisa dimana saja.
Aku tidak pernah menyesali semua yang telah terjadi dalam hidupku ,hidupku adalah milikku ,aku merasa sebagai orang merdeka yang bebas menentukan keputusan untuk diriku sendiri.
Lihat saja nanti ,kelak akan tiba waktunya ku kembalikan senyum keluargaku ,pasti suatu saat ku buktikan bahwa hidupku akan baik - baik saja.