Sebuah masa lalu terkadang tidak ingin berhenti mengejar, membuat kehidupan seseorang berhenti sejenak dan tenggelam dalam sebuah luka.
Lituhayu terjebak dalam masa lalu itu. Masa lalu yang dibawa oleh Dewangga Aryasatya, hingga membuat gadis itu tenggelam dalam sebuah luka yang cukup dalam.
Waktu terus bergulir, tapi masa lalu itu tidak pernah hilang, bayangnya terus saja mengiringi setiap langkah hidupnya.
Tapi, hanya waktu juga bisa menyadarkan seseorang jika semua sudah berakhir dan harus ada bagian baru yang harus di tulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali pada masa dulu
Alana mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga. Jalan yang menanjak serta keranjang depan dan belakang yang terisi penuh dengan bunga, membuat Alana harus berhati-hati membawa bunga-bunga itu agar tidak rusak.
Sore ini juga Bu Diana pemilik sanggar rias pengantin meminta bunga pesanannya untuk diantar sore ini juga. Alana memang sering mendapat pesanan bunga Krisan dari sanggar rias Bu Diana.
" Tin tin.... Tin tin...." suara klakson yang terus berdengung di telinganya membuat Alana tersentak kaget. Segerombolan pemotor kini melewatinya dengan klakson yang sangat nyaring.
" Ampun deh!" gumam Alana sedikit kesal karena jantungnya berdebar tak beraturan akibat rasa terkejutnya.
Alana membelokkan sepedanya di sebuah rumah joglo berhalaman luas. Di halaman itu ada beberapa mobil yang terparkir rapi.
" Assalamualaikum..." ucap Alana saat memasuki bangunan yang terbuat dari kayu ukir itu.
" Eh walaikumsalam salam, Mbak." ucap Bu Diana masih dengan mengenakan daster. Meskipun hanya berdaster tapi wajahnya tetap terlihat anggun dan cantik dengan riasan di wajahnya
" Saya bawa bunganya, Bu!" sambut Alana.
" Oh, langsung taruh di mobil saja, mbak. Nanti malam biar langsung dibawa ke tempat acaranya." jawab Bu Diana langsung mengajak Alana untuk membawa bunga-bunga itu masuk ke dalam mobil.
Dan betapa terkejutnya Alana saat melihat foto dengan frame besar itu. Gadis itu kemudian memperhatikan betul sosok yang ada di foto itu. Barangkali, dia salah orang, tapi nama yang terdapat di foto itu juga sama.
" Apa ini acara pernikahan Anindita?" tanya Alana saat Bu Diana berdiri di sebelahnya.
"Pertunangan, Mbak Alana. Bahasa anak sekarang itu engagement ceremonial." jelas Bu Diana. Tapi Alana kembali terdiam, ada yang menyengat hatinya jika mendapati sesuatu yang berhubungan dengan Dewa.
" Mbak Alana kenal?" tanya Bu Diana.
" Dari nama yang tertulis di foto, Bu." jawab Alana sambil menata bunga-bunganya dengan hati-hati.
Anindita adalah adik Dewa. Ah, bagaimana kabar pria itu sekarang? Itu yang kini ada di otak Alana. Seketika perasaannya mendadak melankolis.
"Mungkin tahun depan Mbak Dita baru menikah. Menunggu masnya pulang dari Jepang." lanjut Bu Diana.
Alana langsung skeptis saat itu juga. Itu artinya Mas Dewa berada ke jepang? Tapi apakah Mas Dewa belum menikah? Atau setelah menikah, dia dan keluarganya memutuskan untuk tinggal di jepang.
"Oh Masnya kerja di Jepang, Bu?" tanya Alana masih berpura-pura Tidak mengenal mereka.
"Katanya Mas Dewa sedang menyelesaikan gelar doktornya di sana." Saat nama itu disebut, hati Alana mulai bergetar. Perasannya seperti ditarik kembali pada masa dua tahun silam.
"Ayo, saya ambilkan uangnya!" ucap Bu Diana mengakhiri pembicaraan mereka. Setelah terlihat semua bunga tertata rapi.
Wanita itu pun melangkah menuju ke dalam rumah diikuti Alana yang masih di ikuti rasa tidak percaya dan keingintahuannya yang tertahan pada sosok pria yang masih mengisi hatinya.
"Ini uangnya tiga ratus ribu." ucap Bu Diana dengan memberi tiga lembar uang ratusan ribut.
"Terima kasih Bu Diana, kalau begitu saya pamit dulu! "
" Asalamualaikum." lanjut Alana kemudian menghampiri sepedanya dan kembali mengayuhnya meninggalkan halaman rumah sanggar sekaligus rumah Bu Diana.
Mentari sore ini, terlihat sangat indah. Cerah, dengan warna kemerahan yang membias langit di sekitarnya. Apalagi hembusan angin yang terasa sejuk membuat perjalanan Alana dengan mengayuh sepeda menjadi nyaman.
Saat melewati sebuah waduk dan sebuah villa mewah yang ada di dekatnya, Alana langsung membelokkan sepedanya.
Terasa sekali keindahan yang berbeda. Alana mendekati sebuah pohon besar pada sebuah hamparan padang rumput. Dari situ dia bisa melihat keindahan danau yang dihiasi langit senja.
Alana memilih duduk di antara rerumputan yang ada. Tatapannya menerawang, ada sebuah rasa yang kembali mengusiknya. Rasa yang tidak mungkin bisa tersampaikan untuk pemiliknya.
" Aku merindukanmu, Mas." cicitnya dengan wajah tertengadah menahan perasaan yang masih menyiksa.
Andainya dia bisa menghentikan perasaan itu untuk Dewa. Andai saja dia bisa melupakan semuanya, mungkin dia tidak akan merasa sesakit ini. Tapi, cinta itu masih lekat dengan dibumbui rindu yang menggulungnya dalam kesendirian hingga di sendiri menjadi tidak berdaya menahan rasa itu.
Beberapa menit dia menikmati rasa yang masih tertinggal ini, rasa yang belum bisa di kemas dengan baik. Tempat yang indah dan hening, berharap bisa meleburkan semua rasa itu.
###
Di sebuah ruangan kantor cukup mewah, Kalandra tertegun sejenak. Laporan dari Pak Aris membuat dia mencari cara agar pemilik 'kedai Lituhayu' itu mau menerima tawarannya.
"Tok...tok...tok." suara ketukan itu membuat Kalandra menoleh kearah pintu ruangannya yang kini dibuka oleh sekretarisnya.
Anis tersenyum manis. Gadis itu terlihat polos dengan gaya kekinian.
Kalandra menghela nafas. Memundurkan sedikit kursinya agar bisa melihat keindahan makhluk Tuhan yang ada di depannya.
" Pak, ini laporan yang sudah di siapkan oleh beberapa divisi. Di dalamnya lengkap dengan flashdisk." ucap Nissa dengan begitu menawan.
Nisa meletakkan beberapa laporan di meja Kalandra. Menjadi sekretaris Kalandra selama tiga tahun, Gadis dengan kemeja slim fit itu tersenyum saat mendapati tatapan Kalandra. Dia sangat mengerti jika bosnya itu tidak sangat mengaguminya.
" Apa ada yang salah dengan tampilanku?" tanya Nisa dengan berpose seseksi mungkin. Dia mengerti jika tugasnya tidak hanya mengurus pekerjaan bis tampannya itu, tapi menyenangkan hati bosnya itu kala pria itu merasa jenuh dengan segala pekerjaannya.
" Kamu sangat indah." ucap Kalandra masih dengan tatapan menelisik.
" Apakah ini yang bapak maksud!" sambut Nisa dengan menunjukkan kedua dadanya yang membusung indah.
Kalandra tersenyum tipis. Dia senang, sekretarisnya itu selalu tahu yang dia inginkan.
Nisa berjalan mendekat pria yang masih bersandar di kursinya itu dengan perasaan berdebar. Awalnya, dia sering memuaskan bosnya hanya dengan saling membutuhkan tapi lama kelamaan gadis itu menggunakan perasaannya. Dia senang setiap kali bisa saling bersentuhan, mencium, menyesal dan bertukar keringat.
Dang yang Kalandra sukai dari Nisa, meskipun mereka saling menikmati kebersamaan itu, tidak ada rumor apapun di kantor itu.
" Kamu memang seksi!" puji Kalandra dengan memegang pinggang sekretarisnya. Kali ini, Nisa sudah berdiri di depan Kalandra. Dada seksinya telat berada di depan wajah pria itu.
"Lusa atur semua jadwalku, aku ingin pergi ke villa mengurus proyek besar itu." ucap Kalandra dengan meremas bokong sekal gadis itu hingga Nisa mendesah.
" Apa saya juga ikut?" tanya Nisa dengan mengalungkan kedua tangannya di leher Kalandra. Setiap kali pria itu melakukan perjalanan dinas dia ingin sekali menemani, tapi pria itu kadang mengajaknya kadang tidak agar tidak menaruh curiga publik tentang skandal keduanya.
" Tidak usah, aku hanya tiga hari di sana!" ucap Kalandra.
Nisa pun membuka kancing kemejanya hingga kedua benda di dadanya menyembul indah didepan pria itu. Nisa tidak akan membiarkan Kalandra pergi tanpa bekal yang cukup. Ada rasa cemburu saat dia membayangkan Kalandra mencari pelampiasan hasratnya pada wanita lain.
Dengan penuh gairah dia mulai melabuhkan lumayan pada bibir tipis pria yang sudah bernafsu itu.
Kalandra sangat menikmati permainan sekretarisnya pas miliknya gadis itu berjongkok di awal pria yang kini mengerang nikmat.
Tapi entah kenapa saat memejamkan mata menikmati permainan mulut Nisa pada miliknya. Kalandra melihat bayangan gadis imut itu hingga dia kembali membuka matanya.
" Lituhayu." batin Kalandra. Pria itu tak mengerti kenapa justru bayangan gadis yang sudah beberapa tahun lalu dia lihat malah jelas di depan matanya.
lnjt kak..