NovelToon NovelToon
Diselingkuhi Tunangan, Dinikahi Mas Mantan

Diselingkuhi Tunangan, Dinikahi Mas Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Kehidupan di Kantor / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:20.2k
Nilai: 5
Nama Author: Deshika Widya

"Biar saya yang menikahi Dira, Om."
"Apa? Gak bisa! Aku gak mau!"
***
Niat hati menerima dan bertunangan dengan Adnan adalah untuk membuat hati sang mantan panas, Indira malah mengalami nasib nahas. Menjelang pernikahan yang tinggal menghitung hari, Adnan malah kedapatan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Di saat yang bersamaan Rada—mantan kekasihnya, datang menawarkan diri untuk menjadi pengganti Adnan. Indira jelas menolak keras karena masih memiliki dendam, tetapi kedua orang tuanya malah mendukung sang mantan.
Apa yang harus Indira lakukan? Lantas, apa yang akan terjadi jika ia dan Rada benar-benar menjadi pasangan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deshika Widya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia Siapa?

"Aku bilang gak mau, Dit! Jangan paksa aku!"

Nada suara Adnan terdengar tinggi dan penuh emosi. Kedua telapak tangannya mengepal di sisi tubuh. Matanya menatap nyalang pada Dita.

Wanita itu berdiri beberapa meter darinya dengan tubuh gemetar. Air mata mengalir deras di pipi, tapi matanya tak kalah tajam membalas tatapan Adnan. "Kenapa, Nan?! Kamu malu nikahin aku? Padahal kamu sendiri yang bikin aku begini!"

"Ini bukan soal malu atau enggak, Dit," tukas Adnan. Ia menarik napas sejenak agar lebih tenang.

"Aku cuma gak siap," lanjutnya. "Lagipula, dari awal kamu juga tahu kalau aku gak pernah janji nikahin kamu!"

"Astaghfirullah ...."

Suara seorang wanita yang tak lain adalah ibu Dita, terdengar pelan, tapi sarat dengan kekecewaan. Ia duduk di sofa bersama sang suami yang wajahnya kini memerah menahan marah.

"Kamu pikir anak saya apa, hah?! Mainan?! Dipakai lalu dibuang begitu aja?! Kamu pikir bisa lari dari tanggung jawab?!" Mirna menatap penuh kecewa pada Adnan.

Sontak pria itu membuang napas kasar. Pandangannya beralih pada orang tua Dita. "Pak, Bu ... saya gak pernah janji apa-apa. Saya sama Dita memang—"

"Kamu udah rusak masa depan anak saya, Adnan! Sekarang kamu harus tanggung jawab! Nikahin dia! Hari ini juga!" bentak Ramli. Tubuhnya yang semula duduk di atas sofa, kini berdiri sembari menatap Adnan nyalang.

Akan tetapi, Adnan tetaplah Adnan. Bahkan gertakan Dita yang mengatakan akan menggugurkan kandungan pun seolah tak ia hiraukan. Pria itu datang hanya untuk sekadar menegaskan bahwa keputusannya tetap sama. Tidak akan menikahi Dita.

"Maaf, Pak. Saya gak bisa. Tapi Bapak sama Ibu tenang aja, saya akan menanggung biaya hidup anak itu sampai dewasa."

"Kurang ajar!"

Teriakan Ramli begitu menggelegar, disusul suara tamparan yang sangat nyaring. Namun, bukan mendarat di pipi Adnan. Melainkan di pipi Dita sendiri.

Wanita yang tampak kusut itu bolak-balik menampar kedua pipinya sendiri secara bergantian sembari terisak pelan.

"Aku jijik!"

"Jijik sama diriku sendiri! Harusnya aku gak pernah percaya sama kamu, Nan!"

Tubuh Dita kian lemas, bahkan nyaris terjatuh jika saja sang ibu tidak sigap menopang. "Sudah, Nak ... jangan begini. Ini gak baik buat kandungan kamu."

"K-kamu tega banget, sih, Nan ... p-padahal aku udah kasih semuanya ke kamu. A-aku—"

"Aku gak pernah minta apa pun dari kamu, Dit. Semua itu kamu yang kasih!" potong Adnan. Sumpah demi apa pun, selalu Dita yang memulai duluan dengan merayunya.

Air mata makin mengalir deras di pipi Dita. Ia menggelengkan kepala dengan tatapan yang tertuju pada Adnan.

"Aku gak mau tahu. Pokoknya kita harus nikah hari ini juga, Adnan! Kalau kamu gak mau, aku bakal gugurin kandungan ini!"

"Silakan!"

Semua orang tampak tercengang mendengar teriakan Adnan. Pria itu seolah tak peduli dan menganggap ancaman Dita hanya sebuah gertakan semata.

Mirna menggelengkan kepala. "Kamu keterlaluan, Adnan! Anak kalian gak bersalah, tolong jangan buat dia menderita!"

"Kalau kamu gak mau nikahi anak saya, saya akan laporkan kamu ke pihak yang berwajib!" timpal Ramli dengan dada naik-turun menahan emosi.

Apalah daya, Adnan tetap bersikap tak peduli. Dengan santai ia membalikan badan dan melangkah hendak meninggalkan ruangan. Namun, langkahnya yang belum jauh itu seketika terhenti kala mendengar suara teriakan dari belakang.

"Astagfirullah, Dita! Kaki kamu berdarah!"

Deg!

***

Suara sendok yang beradu dengan piring porselen terdengar pelan di ruang makan. Rada duduk santai di kursi meja makan dengan baju kaos putih dan celana pendek abu-abu, sementara Indira duduk di seberangnya dengan rambut diikat asal dan ekspresi yang tak terbaca.

"Rasa ayamnya beda sama yang kemarin. Kamu masak sendiri?" tanya Rada. Tangannya menyendok nasi dan lauk ke mulut sambil tersenyum.

Indira hanya mengangguk pelan. Tangan wanita itu sibuk memainkan nasi di piring. Entah apa yang tengah dipikirkannya saat ini.

"Kamu kenapa? Gak enak badan?" tanya Rada penasaran. Sejak tadi sang istri memang banyak diam. Namun, ia kira hanya kelelehan setelah melakukan kegiatan itu dengannya.

Indira menatap penuh pada Rada. Bibirnya sedikit terbuka, hendak memberi jawaban. Namun, perhatian wanita itu harus teralih kala ponsel yang tergeletak di meja makan bergetar.

"Lihat aja. Siapa tahu penting," usul Rada, sebab sang istri terlihat ragu untuk memeriksa benda pipih itu.

Indira hanya mengangguk. Tangannya meraih ponsel yang menampilkan nama sang papa di layar.

"Pesan dari Papa," katanya, bermaksud memberitahu Rada.

Tanpa menunggu lama, segera ia buka pesan tersebut. Namun, seketika itu juga tubuhnya membeku.

"Sayang ... kenapa?" tanya Rada.

Akan tetapi, Indira malah diam.

"Sayang?"

"K-kita harus ke rumah sakit sekarang, Rad. Please ...."

Tunggu! Rada jadi bingung. Sebenarnya apa yang terjadi dengan wanita itu?

"Sayang—"

"M-Mama masuk rumah sakit, Rad. Kita harus ke sana sekarang!"

"Apa?!"

Mata Rada sontak membola. Segera ia bangkit dan berlari menuju kamar menyusul Indira.

Ada apa ini? Kenapa sang mertua sakit tiba-tiba?

***

Perjalanan menuju rumah sakit berlangsung dalam ketegangan dan kesunyian. Indira hanya menatap lurus ke depan dengan tangan yang mengepal di atas pangkuan. Beberapa kali ia menarik napas dalam dan menggigit bibir bawahnya karena cemas.

Rada melirik sekilas ke arah wanita di sebelahnya. Ia tahu betul apa yang tengah sang istri rasakan.

"Tenang, Sayang. Mama pasti baik-baik aja."

Wanita itu hanya mengangguk.

Ya, semoga saja memang tak ada hal serius yang terjadi pada Weni, mengingat selama ini wanita itu jarang sekali jatuh sakit.

'Tolong jaga Mama, Tuhan ...,' batin Indira, berusaha untuk tenang.

Begitu tiba di rumah sakit, Rada dan Indira langsung berlari kecil menuju ruang rawat, tempat Bagus sudah menunggu.

"Gimana keadaan Mama, Pa?" tanya Indira panik.

Anehnya, Bagus malah tersenyum santai. Padahal Indira dan Rada sudah cemas bukan kepalang.

"Tenang dulu, Sayang. Mamamu gak apa-apa. Hanya perlu istirahat," jawab pria itu pelan. Dagunya bergerak ke arah bangsal yang langsung diikuti oleh putri dan menantunya.

Tampak Weni tengah terbaring dengan kedua mata terpejam. Namun, pemandangan itu masih belum bisa membuat Indira tenang.

"Kita duduk dulu," ajak Bagus. Ia lebih dulu menjatuhkan bokong di atas sofa yang terletak di pojok ruangan, diikuti Rada dan Indira.

"Terus kenapa Mama bisa sampai dirawat, Pa?" Kali ini Rada yang bertanya.

"Dia stres. Katanya, tetangga dan beberapa keluarga mulai membicarakan soal pernikahan kalian. Hah, namanya juga manusia. Sudah biasa seperti itu, kan?"

Sang papa memang menjelaskan dengan raut dan nada santai. Namun, tetap saja mampu membuat Indira seketika tertunduk dalam.

Sang mama sakit karenanya. Gara-gara ia.

"Maaf, Pa. Aku—"

"Ini bukan salah kamu, Sayang." Rada memotong cepat ucapan sang istri sambil menyentuh lembut punggung wanita itu. "Kita gak bisa menyalahkan diri sendiri atas kesalahan yang gak pernah kita lakukan. Yang salah bukan kita, tapi pikiran mereka."

"Rada betul, Dira. Kamu gak salah. Memang mereka saja yang mau cari masalah. Kebetulan mungkin mamamu terbawa perasaan," ungkap Bagus. Ia berikan senyum penyemangat untuk putri satu-satunya itu. "Sudah, gak perlu dipikirkan. Yang penting sekarang doakan biar mamamu segera sehat, ya."

"Pasti, Pa."

Setelah beberapa menit berada di dalam ruangan, seorang perawat masuk dan mendekat pada mereka sambil berkata, "Maaf, untuk saat ini pasien harus istirahat. Mohon keluarga menunggu di luar dulu, ya. Cukup 1 orang saja yang stay di dalam."

Tak ada pilihan. Rada dan Indira mengalah dan gegas keluar. Membiarkan Bagus tetap di dalam sembari ikut istirahat di atas sofa.

"Kamu tadi belum selesai makan, Sayang. Ke kantin, yuk! Aku juga butuh kopi," ajak Rada.

Indira menatap pintu ruang rawat sang mama sejenak sebelum akhirnya mengangguk kecil. "Boleh," katanya.

Rada tersenyum. Ia beri kecupan kilat punggung tangan Indira, lalu merangkul pinggang wanita itu untuk mulai berjalan.

Keduanya menyusuri lorong rumah sakit menuju kantin. Namun, saat melewati area UGD, langkah Rada tiba-tiba melambat saat matanya menangkap pemandangan mencurigakan.

Di depan sana, seorang pria yang tak asing sedang berdiri gelisah bersama dua orang paruh baya. Di sampingnya, pintu UGD terbuka, dan dua perawat keluar sambil mendorong bangsal yang di atasnya terlentang tubuh seseorang.

Rada memicingkan mata. "Itu ... Adnan?"

Indira mengikuti arah pandang sang suami. Benar. Itu memang Adnan. Namun, mengapa tubuh yang ada di atas bangsal itu seperti ....

"Dita?"

1
Kasih Bonda
next Thor semangat
Deshika Widya: asiiap Kakak
total 1 replies
Ir
saking positif thinking nya aku, pas pak bagas bilang bu weni baik² aja sambil senyum, tak fikir hamil 🤣🤣🤣
Dewi kunti: sepemikiran, tak kirain mamanya hamil,jd nnt ad om kecil,Adain pesta biar tmn2 nya pd tahu,kira2 dipecat nggak ya
Deshika Widya: Ya ampun kasian banget atuh si Dira. Udah nikah malah dapat adik😭🤣
total 2 replies
Ir
🥰🥰🥰🥰
Ir
tanpa Indira sadari cinta nya untuk Rada sebenarnya ga pernah hilang
Deshika Widya: uhuy, masa sih🤣
total 1 replies
Ir
kak kemana aja berapa hari ga update, akun sering ngecek takut, tiba² novel nya di hapus
Deshika Widya: Eh, kemarin update 2 bab lho😭
Habis ajukan kontrak dulu, Sayang. Alhamdulillah sekarang udh kontrak, jadi update rutin ya😘
total 1 replies
Kasih Bonda
next Thor semangat
Deshika Widya: Asiap Kakak
total 1 replies
Siti Zaid
Tidak tahu nak kata apa...sudah halal dilanjut sampai pagi pun gak ada yang marah...tapi adnan sebaliknya..menginginkan wanita yang sudah bukan miliknya lagi..
Deshika Widya: Nyesel itu si Adnan🤭
total 1 replies
Noor hidayati
lanjuuuuuuuuut
Deshika Widya: yuhuuuu
total 1 replies
Teh Euis Tea
wowwwww akhirnya sengsara membawa nikmat ya rada jd bisa nganu lg🤣
Deshika Widya: hahaaha🤣
total 1 replies
partini
aihhh so sweet 🥰🥰
mau berpaa kali pun mah gasken kan halal'
Deshika Widya: uhuhuuuwwww🤭
total 1 replies
Teh Euis Tea
adnan ngapain km marah sama rada, dia suaminya indira km bkn siapa2nya dira, urus aj noh si dita km hrs tanggung jawab karna si dita sedang hamil anakmu
Deshika Widya: Emang ngadi2 ya si Adnan🙈
total 1 replies
Kasih Bonda
next Thor semangat
Deshika Widya: asiiap Kakak
total 1 replies
NAYLA DWI
.
Wardah Saiful
siapakah itu? jeng..jeng
Deshika Widya: siapa ya🫣 jeng jeng🤣
total 1 replies
Bun cie
nah lho tercyduk siapakah rada dan dira?🤔
Deshika Widya: siapaa ya🙈
total 1 replies
Kasih Bonda
next Thor semangat
Deshika Widya: Asiiap Kakak😍
total 1 replies
Teh Euis Tea
nah loh siapa itu yg manggil rada, dira apa itu revan yg manggil?
Deshika Widya: Siapa ya🫣
total 1 replies
Siti Zaid
Siapa kah pria yang meyapa pasangan suami isteri yang sedang berpelukan itu...apakah orang dikantor perusahaan tempat mereka berkerja🤔
Deshika Widya: aduh, bahaya sih kalau itu🫣
total 1 replies
Deshika Widya
Siapa ya🤭
MunaRizka
siapa nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!