Sebagai seorang putra mahkota Kekaisaran Tang, sudah selayaknya Tang Xie Fu meneruskan estafet kepemimpinan dari ibunya, Ratu Tang Xie Juan.
Namun takdir tidak berpihak kepadanya. Pada hari ulang tahun dan penobatannya sebagai seorang kaisar, terjadi kudeta yang dipimpin oleh seorang jenderal istana. Keluarga besarnya tewas, ibunya dieksekusi mati, dan kultivasinya dihancurkan.
Dengan cara apa Tang Xie Fu membalaskan dendamnya?
Ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dominasi Qin Yuheng
Ruang rahasia Gerbang Naga Utara bergetar hebat seakan mau runtuh menahan kekuatan yang dikerahkan Qin Yuheng. Ditambah pula dengan lonjakan energi dari aura para kultivator semakin menekan dan bergemuruh di tengah ketegangan yang ikut melonjak.
Xiao Zhao yang panik tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi saudara seperguruannya yang keras kepala, apalagi perbuatannya itu didukung oleh saudara seperguruan lainnya. Ia hanya bisa berdiam diri sambil bersiap menghadapi pertarungan yang sebentar lagi akan meledak, meskipun hatinya masih berharap semua ini bukan awal dari perang besar.
“Semuanya …!” seru seorang murid Sekte Xuanming menatap tajam ke arah para murid lainnya, “buktikan kepada mereka bahwa sekte kita tidak akan pernah tunduk kepada siapa pun!”
Semua murid mengangguk dan mengeratkan pegangan pada senjata. Tidak ada seorang pun dari mereka yang terlihat ragu. Mereka justru tampak tidak sabar untuk memulai pertarungan menghadapi para kultivator alam dewa.
Ketegangan sudah mencapai puncaknya pada saat pedang terangkat tinggi dari murid-murid Sekte Xuanming, dan pada saat itulah seorang murid sekte berteriak lantang, “Serang …!”
Belasan murid Sekte Xuanming melesat cepat ke arah Qin Yuheng yang berdiri dengan seringai tajam. Jemari tangannya terus bergerak memadatkan energi spiritual dan ….
Boom!
Ledakan energi mengguncang seisi ruangan begitu energi petir dilontarkan Qin Yuheng ke arah para murid sekte yang menyerangnya. Ledakan itu membuat para murid sekte yang sebagian besar berada di ranah Mahir Perak tidak tahan menerimanya, mereka pun tewas dengan tubuh hancur. Sungguh mengerikan, serpihan tubuh para murid Sekte Xuanming berhamburan ke udara dan mengotori tubuh-tubuh kultivator lainnya.
Seketika itu juga suasana menjadi hening. Tampak keraguan mulai menyelimuti seluruh kultivator alam fana. Satu per satu dari mereka mundur beberapa tombak dengan tubuh yang gemetar.
“Sudah kukatakan kepada kalian semua, aku bisa menghabisi kalian dalam satu jentikan jari,” ucap Qin Yuheng yang masih berdiri dengan energi petir yang menyelimuti tubuhnya.
Para tetua sekte yang sebagian besar berada di ranah Ahli Emas pun diliputi kecemasan yang tidak dapat disembunyikan.
Dari posisi terjauh, murid-murid Sekte Api Suci menolehkan pandangan ke arah Wancheng. Pandangan mereka meminta sang tetua sekte untuk menimbang kembali risiko yang harus mereka hadapi jika mengikuti pertarungan menghadapi para kultivator alam dewa. Tentu saja sang tetua sekte sangat memahami kegundahan hati murid-muridnya.
“Kekuatan kita memang terlalu timpang dengan mereka yang berkultivasi di alam dewa, tetapi mundur dari pertarungan akan menjadi aib bagi kita … tentunya kita akan terus ditindas oleh mereka. Apa yang akan kalian pilih?” kata Wancheng diakhiri tanya kepada semua muridnya.
Hening. Para murid sekte dirayapi kebingungan untuk menentukan pilihan. Rata-rata usia mereka masih sangat muda, dan kultivasi mereka pun jauh dari kata cukup untuk menghadapi lawan yang tingkatannya bak langit dan bumi.
Sementara itu, Xie Fu yang berdiri paling belakang tidak tertarik menjawab pertanyaan yang dilemparkan Wancheng, apalagi melihat pertarungan antar-kultivator. Satu-satunya yang menjadi perhatian Xie Fu hanyalah dinding di ruang rahasia. Diam-diam ia mengamati batuan yang menjadi poros terbentuknya ruang rahasia.
“Sedimen klastik kuno,” gumamnya pelan menilai asal dari terciptanya batu itu. Ia kemudian teringat dengan kaki palsu yang dibuatnya menggunakan elemen kayu, lalu sebuah ide muncul di benaknya: membuat tangan dengan menggunakan elemen tanah dan logam.
Secara diam-diam pula ia mulai mengukir simbol kuno di pikirannya dan memanfaatkan berbagai logam dari senjata usang serta batuan di sekitarnya.
Kondisi ruang rahasia yang bergetar oleh sebab adanya tekanan dari energi spiritual memudahkannya untuk membentuk dua tangan tanpa khawatir terlihat oleh para kultivator di dekatnya.
Simbol kuno muncul di keningnya menandakan kekuatan di dalamnya telah aktif. Ia kemudian menghadap dinding untuk membiaskan cahaya yang bersinar dari keningnya itu. Dalam upayanya tersebut, Xie Fu tampak mengalami kesulitan karena tidak bisa melihat keberadaan simbol kuno yang tidak lagi berada di alam pikirnya.
Meskipun begitu, aura dari simbol kuno bisa dirasakannya dengan baik. Jika sebelumnya ia mengukir seperti seorang pelukis yang bisa melihat langsung objek yang dilukisnya, kali ini ia mengukir simbol dengan membayangkannya saja.
Getaran di ruang rahasia semakin kentara kerasnya ketika proses pembuatan tangan berjalan. Namun, para kultivator masih menganggapnya sebagai dampak dari tekanan energi spiritual yang terjadi di tengah ketegangan.
Qin Yuheng yang berdiri dengan kilatan petirnya terlihat masih menunggu keberanian para kultivator alam fana, sebaliknya para kultivator alam fana masih diselimuti keraguan untuk melakukan tindakan. Terlebih deklarasi perang yang terlanjur digaungkan membuat mereka tidak memiliki pilihan untuk melarikan diri. Mereka hanya bisa berharap adanya keajaiban atau seseorang yang bisa menandingi kesombongan para kultivator alam dewa, meskipun hal itu rasanya sulit terwujud.
Detik demi detik berlalu di tengah ketegangan yang masih menyelimuti seisi ruang rahasia Gerbang Naga Utara.
Pembentukan kedua tangan perlahan menampakkan hasilnya. Tidak seperti ketika membuat kaki palsu, kali ini Xie Fu langsung membentuk salinan simbol sebagai poros penggerak kedua tangannya.
Dalam prosesnya, logam-logam yang berkarat dari berbagai senjata melebur menjadi serbuk yang menempel pada dinding seperti magnet, lalu dinding yang terselimuti serbuk logam itu berubah menjadi butiran sedimen kecil dengan ukuran yang tidak dapat terlihat oleh mata manusia. Sedimen-sedimen itu bergerak di permukaan dinding seperti debu yang tertiup angin.
Dan dalam beberapa hela napas kemudian, sedimen itu membentuk tangan di tubuh Xie Fu secara terstruktur, lalu membentuk kulit yang menyerupai kulit asli hingga akhirnya Xie Fu kembali memiliki kedua tangan.
“Selesai!” serunya begitu melihat kedua mahakarya yang dibuatnya.
Ia membalikkan badan dan segera menyembunyikan kedua tangannya ke belakang agar tidak membuat murid-murid Sekte Api Suci terkejut begitu melihatnya.
Dari posisi Qin Yuheng berdiri, tampak sang kultivator alam dewa itu mulai dilanda kebosanan. Tatapannya tidak lagi mendominasi, tetapi sebagai kultivator yang terkenal angkuh, tentu saja dirinya memiliki banyak ide untuk memancing keributan.
“Kubiarkan satu dupa berlalu, dan kalian hanya terus berdiam diri. Sungguh membosankan!” Setelah mengatakannya, Qin Yuheng mulai melirik satu per satu tetua sekte yang berdiri di depan para muridnya. Tentu saja tatapannya itu membuat tetua sekte yang ditatap menjadi panik dan bergidik ngeri.
“Kau …! Mati!” Satu jentikan jari bergerak, dan satu orang tetua sekte meledak di tempatnya.
“Ha-ha-ha!” Qin Yuheng tertawa lebar melihat ketidakberdayaan para kultivator alam fana di sekelilingnya. Ia kemudian melirik ke arah tetua sekte lainnya dengan seringainya yang dingin.
“Ja … jangan membunuhku, aku mohon ampuni aku!” kata seorang tetua yang langsung menjatuhkan dirinya dalam posisi berlutut.
“Baiklah aku akan mengampunimu asal ….” Qin Yuheng tersenyum menatap beberapa gadis cantik yang berdiri di belakang si tetua sekte. “Suruh murid-muridmu yang gadis untuk membuka pakaian dan menari di hadapanku!”
Terperanjat sang tetua mendengarnya. Dalam posisi berlutut, ia kerahkan semua kekuatannya, lalu melesat menerjang Qin Yuheng.
“Hiat!” teriaknya melengking seraya mengarahkan cakar mautnya ke kepala Qin Yuheng.
Namun, Qin Yuheng hanya menanggapinya dengan santai, seolah melihat nyamuk yang terbang di depan wajahnya. Sebelum si tetua bisa menyentuhnya, Qin Yuheng mengibaskan tangan dengan pelan, tetapi kibasannya itu berhasil membuat tetua sekte terdorong mundur hingga menabrak banyak murid sekte yang tak sempat menyingkir hingga beberapa dari murid-murid sekte itu berjatuhan tertimpa tubuh sang tetua sekte.
“Bajingan!” desis si tetua dengan darah menetes keluar dari sudut bibir.
jawab gitu si Fan ini tambah ngamuk/Facepalm/