NovelToon NovelToon
Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hasriani

Dinda memilih untuk menikah dengan seorang duda beranak satu setelah dirinya disakiti oleh kekasihnya berkali-kali. Siapa sangka, awalnya Dinda menerima pinangan dari keluarga suaminya agar ia berhenti di ganggu oleh mantan pacarnya, namun justru ia berusaha untuk mendapatkan cinta suami dari hasil perjodohannya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 17

Keesokan paginya Dinda terbangun dari tidurnya dengan perasaan cukup lelah, badannya pun masih pegal-pegal. Dengan malas, ia beranjak turun dari tempat tidurnya dan langsung menuju ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, ia mencari baju dilemari untuk ia gunakan ke kampusnya, hari ini Dinda harus ke kampus untuk mendaftarkan sidang akhirnya.

"Badanku kok pegal semua yah, padahal kemarin cuma makan malam terus gendong Ciara beberapa jam saja." Keluhnya karena tangannya yang terasa lelah jika di angkat ke atas.

"Bagaimana dengan kak Indra yah yang setiap hari mengurus Ciara, kasihan sekali. Papa juga sama capeknya pasti dengan kak Indra waktu aku kecil dulu." Gumamnya memikirkan bagaimana lelahnya mengurus anak sendirian.

***

Selesai berganti pakaian, Dinda langsung turun dan menemui Ayahnya di meja makan. Ia ikut duduk di meja yang berhadapan dengan Ayahnya, meletakkan tas laptopnya dan map berisi berkas-berkasnya.

"Pa, Dinda ikut Papa yah ke kampus." Ucapnya disela kegiatannya mengambil roti dan mengoleskan selai cokelat diatasnya.

"Mobil kamu kenapa?." Tanya Papanya yang sedang mengunyah sarapannya.

"Tidak kenapa-kenapa, cuma tangan Dinda sakit Pa, pegal-pegal gendong Ciara semalam." Jawab Dinda memberitahukan alasannya, rasa penasaran pun kembali muncul saat mendengar nama Indra.

"Oh iya, Papa mau tanya. Kenapa kamu yang gendong anaknya Indra?, Istrinya mana?." Tanya Ayahnya lagi melanjutkan pembicaraan mereka semalam.

"Istrinya kak Indra sudah meninggal Pa, katanya meninggal waktu melahirkan Ciara." Jelas Dinda, raut wajah Ayahnya seketika berubah prihatin.

"Astaga, kasihan sekali Indra." Ucap Ayahnya merasa iba pada Indra.

Pasti berat bagi Indra, ia pun turut merasakan bagaimana beratnya hidup Indra saat ini, seketika mengingatkan bagaiman dulu ia waktu Ibunya Dinda pergi lebih dulu dan meninggalkannya sendiri dengan putrinya yang masih butuh sosok kasih sayang Ibu.

"Ternyata capek juga yah Pa kalau gendong anak Bayi." Kata Dinda membuyarkan lamunan Ayahnya, "Dulu waktu Dinda kecil, Papa pasti capek urus Dinda sendirian." Lanjutnya menebak bagaimana lelahnya Ayahnya waktu ia kecil dulu.

"Tidak sama sekali sayang, mana ada orang tua yang capek urus anaknya sendiri. Malah, anak itu jadi alasan orangtuanya semangat hidup." Jawab Ayahnya, Dinda pun menatapnya tidak percaya.

"Memang iya Pa?." Tanya Dinda memastikan.

"Nanti kalau kamu sudah jadi orangtua pasti paham rasanya. Sudah, makan dulu terus kita ke kampus." Tidak ingin membahasnya lebih lanjut, Ayahnya pun menyuruhnya menghabiskan sarapannya.

"Iya Pa." Jawab Dinda mengerti dan mempercepat makannya.

"Terus kamu pulangnya bagaimana nanti?, Tunggu Papa selesai mengajar?." Dinda menggelengkan kepalanya tidak ingin menjadi beban pikiran untuk Ayahnya nanti.

"Naik Taxi saja Pa, grab juga ada." Ucapnya sudah memikirkan sejak tadi cara ia pulang nanti.

"Ya sudah, tapi hati-hati yah." Kata Ayahnya berpesan.

"Siap Papa." Jawab Dinda ceria.

Dinda pun melanjutkan sarapannya dengan cepat agar tidak membuat Ayahnya menunggunya terlalu lama.

***

Mobil Ayah Dinda yang sudah sampai di kampus berhenti di parkiran depan gedung dosen, mereka berdua lalu kompak keluar bersamaan dari dalam mobil.

"Terima kasih tumpangannya Papa, Dinda ke kantor fakultas dulu yah." Ucapnya pada Ayahnya dengan terburu-buru.

"Nanti pulangnya hati-hati Yah." Sekali lagi Ayahnya berpesan padanya.

"Iya Pa, semangat mengajarnya." Jawab Dinda dan segera berjalan cepat berlalu dari sana.

"Anak kita sudah sebesar itu ternyata Rina." Gumam Ayahnya menyebutkan nama mendiang Istrinya.

Senyumnya merekah melihat putrinya yang berlarian kecil memasuki ruang fakultas yang tidak jauh dari ruang dosen.

***

Setelah mondar mandir bolak balik sana sini, akhirnya urusan Dinda pun selesai, ia juga sudah mendaftar untuk sidang akhir, tinggal menunggu jadwalnya saja.

Rasa lega pun turut ia rasakan, senang sebentar lagi ia akan menyelesaikan kuliahnya dan menambah gelar barunya yang menjadi langkah awalnya mencapai cita-citanya.

Begitu semuanya selesai, Dinda pun mengambil handphonenya berniat untuk memesan taksi online.

Saat membuka aplikasi, nama Indra langsung tampil di layar pemanggil, semalam mereka bertukar nomor telpon dirumah Mamanya Indra.

Dengan cepat Dinda mengangkat teleponnya menerima panggilan dari Indra.

"Halo, kenapa kak?." Tanya Dinda begitu panggilannya tersambung.

"Dinda, boleh minta tolong tidak?." Suara Indra diseberang sana terdengar tidak tenang.

"Boleh kak." Jawab Dinda menyanggupi, lagipula semua urusannya hari ini sudah kelar.

"Tadi Mama dapat telepon dari Surabaya, kakaknya masuk rumah sakit, tapi Mama lagi jaga Ciara. Aku tidak tenang kalau Ciara di titipkan sama ART dirumah Mama, kamu bisa tidak bantu aku jaga Ciara?, kalau kamu tidak sibuk Dinda." Jelas Indra, suaranya terdengar agak terburu-buru menjelaskan situasinya pada Dinda, rasa sungkan pun tak lepas dari pendengaran Dinda.

"Bisa kak, kebetulan urusan aku di kampus sudah selesai." Ucap Dinda dengan cepat.

"Benarkah?, kamu tidak keberatan?." Tanya Indra merasa bersalah mengganggu waktu Dinda.

"Sama sekali tidak kak, ini saja aku mau pesan taksi online buat pulang." Dinda pun berusaha menyakinkan Indra bahwa ia sama sekali tidak keberatan membantunya.

"Kalau begitu aku jemput kamu saja disana, terus antar kamu ke rumah Mama." Indra pun berinisiatif untuk menjemput Dinda, sebaliknya Dinda malah merasa akan merepotkan Indra saja nantinya.

"Tidak usah kak, aku naik taksi saja. Pasti kak Indra juga lagi sibuk." Jawab Dinda penuh perhatian.

"Aku malah jadi tambah tidak enak Dinda". Ucap Indra dari seberang sana.

"Tidak apa-apa kak, kak Indra kerja saja, Ciara biar aku yang jaga." Suara Dinda yang meyakinkan membuat Indra terdiam sejenak, mungkin saja di seberang sana ia merasa sedikit lega tentang anaknya hari ini.

"Terima kasih banyak yah Dinda, maaf jadi merepotkan kamu." Ucap Indra penuh rasa terima kasih.

"Sama sekali tidak kak, kalau begitu aku tutup yah teleponnya." Kata Dinda kemudian, tidak ingin menyita waktu kerja Indra lebih lama.

"Iya Dinda, sekali lagi terima kasih yah."

"Iya iya Kak."

Panggilan mereka pun terputus, Dinda kembali pada kegiatannya tadi untuk memesan taksi online, tujuannya saja yang berubah.

***

Tidak berselang lama, taksi yang dipesan oleh Dinda pun tiba. Ia segera masuk ke dalam taksi dan berangkat menuju ke rumah Ibunya Indra.

Dinda merasa sangat semangat, entah kenapa membayangkan harinya bersama Ciara hari ini akan sangat menyenangkan baginya.

Senyum dan wangi bayi Ciara sudah terasa di bayangannya, semakin membuatnya tidak sabar untuk bertemu dengan Bayi lucu itu.

Entah kenapa Dinda merasa sangat senang jika mengingat Ciara, rasa rindu pun tak luput menghampirinya saat mengingat nama Ciara, bayi itu seperti sudah memikat hatinya.

Dengan antusiasnya pun ia membuka ponselnya dan melihat wajah Ciara yang ia potret kemarin bersamanya.

1
kalea rizuky
lanjut donk
Evi Lusiana
emng d rmh dinda gk ada ART dn satpam ny y kak?
Hasriani: Gak ada kak, Dinda sama Papanya cuma tinggal berdua.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!