Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Prolog

Saat sebuah kehidupan baru terlahir ke dunia, biasanya ada hal lain yang hilang. Begitulah yang dirasakan oleh Indra, tangisnya yang tak kunjung bisa ia kendalikan saat di hadapkan pada istrinya yang tengah merenggang nyawa setelah melahirkan putri mereka.

"Sayang, jangan seperti ini. Aku tau kamu kuat, jangan tinggalkan aku yah, anak kita masih butuh kamu."

Sang istri tampak sangat tersiksa disela nafasnya yang tersenggal, air matanya turut membasahi pipinya sehingga keringat dan air matanya bercampur menjadi satu.

"Aku mohon sayang, kamu harus kuat.“

Indra terus menggenggam tangan istrinya dengan kuat berharap masih ada harapan istrinya bisa pulih. Namun beberapa menit kemudian, mata istrinya mulai menutup perlahan tanpa bisa mengucapkan kata terakhirnya, hanya matanya saja yang menatap kosong sekaligus sendu pada Indra sampai akhirnya kesadarannya hilang sepenuhnya.

Ruangan menjadi hening seketika, hanya suara dari monitor pendeteksi detak jantung yang terdengar nyaring melengking menandakan bahwa jantung yang di monitor oleh benda tersebut sudah tidak berdetak lagi.

Isak tangis menyambut setelahnya, rasanya dunia lelaki itu perlahan runtuh setelah melihat badan istrinya yang kaku didepannya setelah berjuang melahirkan buah hati mereka.

***

Tiga bulan kemudian

Seorang perempuan yang berusia kisaran dua puluh lima tahun tengah duduk di bangku taman, matanya memperhatikan orang-orang yang ada didalam taman tersebut.

Orang-orang di taman tersebut nampak menikmati waktu mereka. Ada yang bersama keluarganya, tampak bersama pasangannya dan juga anak-anak yang tinggal di sekitar taman tersebut tengah bermain di taman ini.

"Masih galau?." Pertanyaan dari seseroang membuat lamunannya terhenti.

"Nih buat kamu, jangan galau lagi. buat apa galauin manusia pulu pulu seperti mantan kamu itu, sudah jelek tukang selingkuh lagi." Cibirnya sembari memberikan sebotol minuman botol rasa cokelat untuk perempuan tersebut lalu beralih duduk disampingnya.

"Capek Aku."

Dua kata yang keluar dari mulutnya sudah menggambarkan seluruh perasaannya saat ini.

"Sudahlah, kamu tidak lelah kasih dia kesempatan terus?, kamu cantik Dinda, kamu baik, royal dan mandiri. Lepasin aja dia." Desak perempuan tadi. Ia tidak tega melihat sahabatnya harus terus murung karena ulah pacarnya.

"Iya iya Rindu, aku juga sudah muak sekali." Jawabnya dengan anggukan kepala menatap lurus mata sahabatnya yang terlihat tulus peduli padanya.

"Janji yah tidak ada kesempatan lagi buat dia, aku juga tidak suka lihat kamu sedih gini." pinta Rindu dengan wajah prihatin sekaligus emosi mengingat kelakuan mantan kekasih sahabatnya itu.

Dinda merasa terharu dan tersentuh dengan perhatian dari Rindu, ia kembali menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis untuk memastikan pada Rindu bahwa yang ia janjikan adalah benar.

"Makasih yah Rindu, kamu memang orang yang paling peduli sama aku." Ucap Dinda meraih tangan Rindu dan menggenggamnya.

Rindu terlihat begitu lega, setidaknya ia bisa menyadarkan Dinda untuk tidak lagi memaafkan mantan kekasihnya yang sudah berkali-kali menyakitinya.

***

Hari semakin siang, matahari pun tampaknya sudah naik dan menyinari hampir seluruh bagian taman yang tadinya masih sejuk.

"Pulang yuk, udah mulai siang nih." Ajak Rindu seraya berdiri duluan.

Dinda pun menyusulnya dan meninggalkan tempat duduk mereka tadi. Langkah kaki Dinda terhenti saat matanya tertuju pada seorang pria kisaran usia tiga puluh tahun awal tengah menatap bayinya yang terbaring di stroller.

Tatapan mata pria itu tampak sendu, seperti menyimpan banyak rasa sakit saat menatap bayinya.

"Kenapa?." Tanya Rindu yang penasaran dan ikut melihat ke arah yang sama dengan Dinda.

"Tidak, ayo." Jawab Dinda dengan cepat lalu menyusul Rindu yang jaraknya sedikit jauh darinya.

***

Sesampainya Dinda di halaman rumahnya, ia di buat terkejut dengan kehadiran mantannya disana, nampaknya mantannya itu sudah menunggunya lama disana.

"Dinda." Sapanya dan langsung menghampiri Dinda.

Rindu yang melihat mantan kekasih sahabatnya itu ada disana, merasa muak dan langsung menarik Dinda untuk menjauh.

"Langsung masuk saja Din, tidak usah di ladeni." ucap Rindu seraya menarik tangan Dinda agar segera masuk ke dalam rumahnya.

Dinda hanya mengikuti Rindu yang masih menariknya, namun langkah kaki mereka terhenti saat pria itu berdiri menghalangi mereka.

"Rin, tolong kasih aku kesempatan bicara berdua sama Dinda, please." pinta mantan kekasih Dinda pada Rindu, Dinda sendiri memilih diam melihat mantannya memohon pada sahabatnya.

"Tidak, pergi kamu!." tolak Rindu dan kembali menarik tangan Dinda, namun sekali langkah mereka dihalangi oleh pria tersebut.

"Dinda aku mohon, sebentar saja. Aku mau jelasin semuanya." Pintanya dengan wajah memelas penuh harap pada Dinda.

Rindu yang khawatir jika Dinda akan luluh saat mendengar kata-kata dari pria didepannya langsung maju selangkah di depan Dinda.

"Tidak ada yah, kamu mending pergi saja, ini sudah yang ke berapa kalinya Yuda kamu selingkuh dari Dinda!." Seru Rindu tidak terima laki-laki itu menyakiti sahabatnya untuk kesekian kalinya.

"Aku khilaf Rin, makanya aku mau minta maaf sama Dinda. Jadi tolong, kasih aku waktu buat bicara berdua sama Dinda." Jawab Yuda berusaha membela dirinya dan meminta kesempatan untuk berbicara dengan Dinda.

"Khilaf kamu bilang? Sekali dua kali tuh aja sudah tidak bisa di maafkan Yud, apapun itu kalau masalahnya tentang selingkuh, sama aja kamu memang tidak bisa di percaya, dan sekarang kamu datang bilang khilaf? sudah tidak terhitung jari Yuda kamu selingkuh dari sahabat aku." Rindu mengeluarkan kekesalannya pada Yuda dengan menggebu-gebu.

Yuda terdiam sejenak mendengar Rindu yang mengeluarkan semua rasa marahnya, tapi melihat Dinda hanya diam, ia pikir masih ada harapan Dinda bisa memaafkannya seperti dulu.

"Aku janji Din, ini yang terakhir." Ucap Yuda dengan wajah bersungguh-sungguh, matanya penuh harap Dinda mau memaafkannya lagi kali ini.

"Jangan mau termakan janji dia Din." kata Rindu mengompori Dinda

"Rindu!." Tanpa sadar Yuda membentak Rindu karena tersulut emosi.

"Apa?." Rindu tidak mau kalah, ia pun meninggikan suaranya dan tetap menjaga Dinda berada di belakangnya.

"Please, aku cuma mau bicara berdua sama Dinda." Kata Yuda yang hampir kehilangan kesabarannya.

Melihat perdebatan sahabat dan mantan kekasihnya, membuat Dinda semakin lelah, ia pun menarik tangan Rindu dan membawanya ke belakangnya.

"Yuda." Ucap Dinda menatap dalam mata Yuda, Rindu mulai khawatir jika sahabatnya itu akan luluh dan memaafkan Yuda, "sudah yah aku capek, kita selesai sekarang, benar-benar selesai." namun sedetik kemudian Rindu tertawa puas saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Dinda.

"Rasakan itu cowok brengsek." ucap Rindu begitu puas mendengar kata-kata Dinda.

"Tapi Din..."

Dinda tidak ingin lagi menghiraukan Yuda, ia menarik tangan Rindu dan berlalu dari sana, membuka pintu rumahnya dan masuk kedalam, meninggalkan Yuda yang masih mematung ditempatnya setelah mendengar keputusan Dinda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!