NovelToon NovelToon
Putra Sang Letnan Kolonel

Putra Sang Letnan Kolonel

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Cinta Lansia
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dini ratna

Malam tragis, telah merenggut masa depan Zoya. Menyisakan trauma mendalam, yang memisahkannya dari keluarga dan cinta.
Zoya, mengasingkan diri yang kembali dengan dua anak kembarnya, anak rahasia yang belum terungkap siapa ayahnya. Namun, siapa sangka mereka di pertemukan dengan sosok pria yang di yakini ayah mereka?
Siapakah ayah mereka?
Akankah pria itu mengakuinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedatangan Laksmi

“Dr. Zoya?” 

“Ya,” seru Zoya, berbalik ke arah Arga yang baru saja memanggilnya. 

Ekspresi Zoya, berubah menjadi datar saat melihat wanita yang anggun dengan jas putih di depannya. Zoya, segera menunduk setelah Arga memperkenalkan siapa wanita itu. 

“Bu, ini Zoya, yang aku ceritakan sebelumnya.” Arga, memperkenalkan Zoya kepada Laksmi, direktur utama Astracare sekaligus ibunya. 

Laksmi, tersenyum dengan manis dia mengusap lembut pundak Zoya sebagai penyambutannya karena sudah bekerja di rumah sakitnya. Namun, tatapannya mengisyaratkan ketidaksukaan kepada Zoya, karena bagaimanapun Laksmi, sudah mendengar kerusuhan yang Ardian buat kemarin untuk melindungi dr. muda itu. 

“Aku dengar kamu pernah bekerja di Qodroh?” tanya Laksmi, Zoya langsung mengangguk.

“Iya.” 

“Bagus, tidak semua dokter bisa mengabdi sepertimu, apalagi bertaruh nyawa di medan perang. Kamu pasti sudah berpengalaman menghadapi pasien-pasien darurat di sana.” 

Zoya, hanya tersenyum.

“Arga, biarkan dia bertanggung jawab di bagian UGD, dr. Zoya pasti sudah berpengalaman, dan dia pasti tahu apa yang harus dia lakukan.” 

Zoya, tercengang. Diberikan kepercayaan oleh atasan hal yang harus dibanggakan. Akan tetapi, jika dirinya yang harus bertanggung jawab di bagian UGD itu bukan hal yang harus dibanggakan, tetapi Zoya akan sibuk dan akan disalahkan jika ia salah menindak pasien, karena pasien yang datang ke UGD adalah pasien yang setengah sekarat bahkan ada yang hampir sekarat. 

Dan tidak hanya itu, jika ia bertanggung jawab di bagian UGD maka waktunya dengan twin Z, akan banyak tersita. Siapa yang akan menjaga mereka, menjemput mereka? Tetapi Zoya tidak bisa menolak karena itu perintah dari direktur utama.

“Baik, Ibu.” Arga setuju. “Kalian dengarkan semua, yang bertanggung jawab di UGD mulai hari ini adalah dr. Zoya, jadi jika ada yang perlu bantuan panggillah dr. Zoya.” 

“Tapi ….” Zoya, tercekat. Ucapannya tidak ditanggapi oleh Arga yang berlalu meninggalkan UGD bersama Laksmi. 

“Dr. Zoya, aku percaya padamu. Kamu pasti bisa.” Arini memberikan semangat. Zoya, ingin sekali menangis tapi ia urungkan. Dia harus buktikan bahwa dia layak dan pantas menjadi dokter hebat. 

“Dokter, ada pasien darurat!” teriak kedua perawat yang baru saja masuk sambil mendorong brankar. Zoya, segera lari ke arah mereka.

“Kecelakaan?” 

“Ya, mobilnya tertimpa truk, hingga tubuhnya terhimpit. Kedua kakinya tidak bisa bergerak.” 

Zoya, langsung mendekat untuk memeriksa kondisi vital pasiennya. “Lakukan CT Scan.” Perintahnya kepada Arini.

“Baik, Dok.” 

Pasien, segera dibawa ke jajaran pasien yang lain. Setelah memeriksa kondisi vital, dan hal lain Zoya, kini menatap hasil MRI, yang terlihat khawatir dengan keadaan kaki pasien. 

“Dokter Zoya, bantu kami!” 

Belum selesai menangani pasien itu, Zoya harus berlari ke arah lain. Hari ini UGD sangat sibuk, sehingga Zoya kembali melakukan kesalahannya yang tidak bisa menjemput Zayden dan Zayda. Sementara kedua bocah itu sudah menunggunya sangat lama.

“Hei, anak timur. Apa kau butuh tumpangan?” Ajakan dengan nada mengejek dari Alea.

Dari dalam mobil Alea tertawa puas melihat ekspresi Zayden dan Zayda, yang terlihat kesal menatap dirinya. Gadis itu begitu sombong yang dijemput setiap hari oleh supir pribadinya. 

“Aduh, anak-anak … lain kali minta sopir menjemput kalian jika ibu kalian sibuk. Apa mau aku antar?” 

“Sorry, tidak sudi aku diantar olehmu yang ada nanti aku dibawa ke kantor menteri, ih … takut!” ejek Zayda. 

Alea, marah. Dia tidak terima kakeknya diejek. 

“Hei, jangan mengejek ya. Kakekku memang seorang menteri, jika dia tahu kalian mengejekku pasti kakekku akan marah.” 

“O, ya? Justru aku ingin bertemu dengan kakekmu, dan aku akan bilang kepadanya untuk mengajarkan mu tentang kebaikan. Apa gunanya sombong, jika yang kau miliki ini adalah milik rakyat,” skak Zayden, membuat Alea melotot. 

“Siapa bilang ini milik rakyat, ini semua milik keluargaku. Kau tidak tahu seberapa kayanya mami dan papiku?” 

Zayden dan Zayda, hanya diam sambil melirik ke arah lain pura-pura tidak mendengarnya. Alea, yang diabaikanpun kesal sehingga ia meminta si sopir untuk segera pergi, melajukan mobilnya dengan sangat kencang membuat kedua bocah itu kecipratan genangan air hujan di depannya.

“Hei! Dasar, tidak berakhlak!” teriak Zayda, dengan kesal. 

“Kau tidak apa-apa?” tanya Zayden, Zayda langsung meliriknya tajam.

“Tidak apa-apa bagaimana ini bajuku kotor.” Kata Zayda dengan marah. 

“Biarlah, nanti kita bersihkan setelah tiba di rumah.” Zayden, menenangkan.

“Kapan kita pulang? Mama, belum juga menjemput. Aku akan adukan cucu menteri itu kepada Mama.” Zayda, sungguh dendam. 

“Hei, jangan. Kau tidak kasihan pada mama, dia pasti capek jadi jangan ditambah dengan mengatakan hal yang tidak penting. Besok, kita akan membalasnya sendiri.” 

“Dengan cara apa?” tanya Zayda, menatap Zayden penuh curiga.

“Lihat saja besok.” Zayden menjawab dengan enteng. “Sekarang bagaimana kita pulang?” tanyanya dengan berpikir.

“Bukankah, Om Letnan akan menjemput? Tapi kenapa dia tidak datang.” 

Ardian, memang berniat menjemput mereka lagi walau niatnya ditentang Zoya. Akan tetapi situasi saat ini berbeda, Ardian tiba-tiba saja mendapat panggilan darurat yang memaksanya untuk pergi bertugas, ke negara Neferal. Perang saudara sedang terjadi di sana, membuat Ardian dan timnya harus bergegas membantu. 

Sementara, Ardian meminta tolong kepada Candra untuk menjemput Zayden dan Zayda. Tetapi … pria itu tidak sendiri, ada seorang pria tua yang ikut bersamanya. 

Zayden dan Zayda, menatap datar Teddy yang turun dari mobilnya. Kedua bocah itu hanya diam ketika Teddy menghampiri mereka.

“Hai, anak-anak apa kalian belum dijemput?” 

Candra tidak bisa menahan tawanya, ketika melihat Teddy, yang menyapa kedua bocah itu. Bagi Candra, Teddy, tidak begitu ahli mengajak bicara anak kecil membuat Zayden dan Zayda menatapnya aneh.

“Tuan, biar saya yang bicara,” ujar Candra yang langsung berjongkok di hadapan Zayden dan Zayda.

“Hai, anak-anak kalian masih ingat Paman, kan?” Panggilan paman cukup pantas untuk Candra, yang mengingat usianya tidak muda lagi. 

“Paman, yang bersama Om Letnan itu, kan?” tanya Zayden. 

“Ya,” jawab Candra dengan anggukan.

“Tapi di mana Om Letnan, dan siapa pria tua ini.” Kening Teddy mengerut, matanya menyipit membuat garis-garis halus pada wajahnya terlihat jelas. 

“Ini Papanya, Om Letnan dan Paman disuruh menjemput kalian, karena Om Letnan, ada urusan.” 

“Pantas saja.” Ucap Zayden sambil melipat tangannya di bawah dada. “Jadi ini, Papanya Om Letnan, boleh kita memanggilnya Kakek.” 

Candra, melirik Teddy sesaat, tetapi Teddy tidak memberi jawaban yang langsung masuk ke dalam mobil. Melihat itu Candra, bingung tapi, dia salut kepada Zayden dan Zayda, yang sangat sopan. Mereka tahu harus bersikap seperti apa jika bertemu orang yang lebih tua.

“Masuklah, Paman akan mengantarkan kalian pulang.” 

“Baik, Paman.” 

“Tunggu dulu Zayda,” tahan Zayden, memegang pindak Zayda yang hendak masuk ke dalam mobil. “Bagaimana, jika dia bohong. Ingat, kata mama untuk tidak percaya orang asing.” 

Zayda, berpikir sejenak lalu melihat ke arah Teddy, yang sudah menunggunya di dalam. Seketika, wajah Zayda berbinar yang langsung berkata, “Aku yakin Kakek orang baik. Om Letnan, kan baik tidak mungkin jika Kakek berniat jahat kepada kami.” 

Seketika Teddy, tercengang. Hatinya terenyuh mendengar ucapan Zayda. Namun, kebenciannya kepada skandal itu membuatnya tidak tergerak, walau hanya memberikan senyum. Melihat Zayda naik Zayden pun ikut masuk ke dalam mobil. 

Candra, mengambil alih kemudi. Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan antara si kembar dan kakek tua itu, membuat Candra, geleng-geleng kepala. 

“Kakek, kenapa hanya diam? Tidak baik, jika sudah tua terlalu fokus dan serius. Om Letnan, selalu mengajak kami bercanda,” tutur Zayda.

“Aku tidak suka bercanda,” tegas Teddy. 

“Kakek, apa Kakek tidak bisa tersenyum? Kemarilah, Kek aku akan membuat Kakek tersenyum.” 

“Eh, eh, eh,  hentikan!” 

Zayda dan Zayden dengan lincah menggelitik Teddy, membuat wajah Teddy yang semula cemberut kini berbinar. Tawanya menggelegar dan terlihat senang bercanda bersama kedua bocah kecil itu. Namun, tanpa mereka tahu ada niat terselubung dalam hati Teddy. 

1
zh4insu
Kasian, Zoya di buat sibuk di RS, Ardian di tugaskan ke luar negeri, dan mereka punya niat terselubung untuk si kembar,,,,
Ya Allah, semoga kembar gak akan kenapa-napa...
Endang 💖
ini laki2 tegas...GX banyak omong langsung bertindak
zh4insu
Semoga yang masuk Adrian dan kembar
Endang 💖
kok radit jht bgt SM Zoya
up LG nnti thor
Reenyy Yuny Setianie
jahat banget radit 😠
zh4insu
Ya Allah, Radit kamu sungguh tega...
Pak Letnan, yang pintar kenapa sih gak liat itu anak-anak ada kemiripan gak sama dia, dan tas DNA. Apalagi punya rumah sakit sendiri... Gereget aku...
Endang 💖
ya ampun Radit tega bgt sama zoya
zh4insu
Si pak kolonel kah?
Endang 💖
hebat anak2 Zoya
Rozh
semngat kak, ceritanya seru😻🌹
Endang 💖
masih penasaran sama kelanjutNnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!