Penampilan Yanuar yang bersahaja membuat Amanda senang menatap Yanuar. Tanpa sengaja Amanda sering bertemu dengan Yanuar.
Sinta ibu kandung Amanda tidak tahu kalau putri bungsunya sedang jatuh cinta pada seorang duda. Ia mengatur kencan buta Amanda dengan Radit. Sebagai anak yang baik, Amanda menyetujui kencan buta dengan Radit. Namun, alangkah terkejutnya Amanda ternyata kencan buta itu bertempat di restoran hotel tempat Yanuar bekerja.
Akhirnya Sinta mengetahui Amanda sedang dekat dengan seorang duda. Ia tidak setuju putrinya menjalin kasih dengan Yanuar. Sinta berusaha menjauhkan Amanda dari Yanuar dengan cara memperkenalkan orang yang satu tipe dengan Yanuar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18.
“Alvina mau ambil undangan untuk Bang Yanuar,” jawab Amanda.
Claudia memandangi wajah Alvina dengan lembut. “Nggak boleh ya, Sayang! Nanti undangannya rusak. Ade minum susu saja.” Claudia memberikan botol susu kepada Alvina. Bayi itu berhenti menangis lalu minum susu.
Amanda melanjutkan sarapan. Beberapa menit kemudian sarapannya habis. “Amanda berangkat kuliah dulu.” Amanda mencium tangan Claudia lalu mencium tangan Bobby.
“Hati-hati menyetir mobilnya!” pesan Bobby.
“Iya, Pa,” jawab Amanda sambil mengambil kartu undangan yang berada di atas meja.
Alvina melihat Amanda mengambil kartu undangan, ia mengulurkan tangan kecilnya untuk mengambil kartu undangan.
“Eits, nggak boleh.” Amanda mengumpetkan kartu undangan tersebut di belakang badan. Bayi itu kembali menangis karena tidak bisa mendapatkan kartu undangan.
Amanda mendekati wajah Alvina. “Kakak berangkat dulu, ya.” Ia mengecup pipi Alvina yang gembul. Bayi itu berhenti menangis ketika dikecup Amanda.
“Dah Ade.” Amanda melambaikan tangannya ke Alvina. Bayi kecil itu kembali menangis.
“Eh, kenapa menangis? Mbak Amanda mau kuliah.” Claudia menenangkan putri bungsunya.
“Assalamualaikum,” ucap Amanda sambil berjalan ke garasi.
“Wa’alaikumsalam,” jawab Bobby dan Claudia.
Setelah Amanda pergi Alvina masih menangis. Claudia mengayun-ayun tubuh Alvina agar berhenti menangis. Bobby melihat putri kecilnya masih terus menangis. Ia tahu Alvina menginginkan kartu undangan.
“Papa ambilkan undangan untuk Alvina.” Bobby beranjak dari kursi menuju ke meja telepon yang berada di ruang keluarga. Kemudian ia kembali ke meja makan sambil membawa secarik kertas kecil.
“Ini undangan untuk Alvina.” Bobby memberikan kertas tersebut kepada Alvina. Alvina berhenti menangis setelah diberi kertas kemudian ia minum susu kembali. Claudia bernapas lega setelah Alvina berhenti menangis.
.
.
.
Amanda berjalan menuju ke ruang kerja Yanuar. Tadi pagi sebelum masuk kelas, Amanda menelepon Yanuar. Amanda mengatakan kalau ia akan ke kantor Yanuar setelah selesai kuliah. Dan sekarang Amanda sudah berada di dekat ruang kerja Yanuar. Ia mendekati meja sekretaris Yanuar.
“Pak Yanuar ada?” tanya Amanda kepada Sofie sekretaris Yanuar.
“Ada, Mbak. Masuk saja, Mbak Amanda sudah ditunggu Pak Yanuar,” jawab Sofie.
“Terima kasih.” Amanda menuju ke ruang kerja Yanuar kemudian ia mengetuk pintu.
“Masuk!” Terdengar suara dari dalam ruang kerja Yanuar. Amanda membuka pintu lalu ia memunculkan kepalanya ke dalam ruang kerja Yanuar. Ia melihat Yanuar sedang membaca dokumen.
“Assalamualaikum,” ucap Amanda.
Yanuar mengangkat kepalanya lalu melihat ke arah pintu. “Waalaikumsalam. Masuk, Mbak Amanda!” jawab Yanuar. Amanda masuk ke dalam ruang kerja Yanuar lalu menutup pintu kembali.
“Amanda bawakan nasi padang untuk makan siang kita.” Amanda mengangkat plastik yang ia bawa. Amanda menaruh plastik di atas meja sofa lalu ia mendekati meja kerja Yanuar. Ia menaruh kartu undangan pernikahan Gerry di atas meja.
Yanuar memperhatikan kartu undang tersebut. “Undangan siapa?” tanya Yanuar. Amanda belum menceritakan kepada Yanuar tujuannya datang ke kantor Yanuar. Ia hanya mengatakan kalau ia akan makan siang di kantor Yanuar.
“Undangan pernikahan Mas Gerry dan Mbak Ine. Undangan itu untuk Bang Yanuar sekeluarga,” jawab Amanda. Yanuar mengambil undangan tersebut lalu membaca isi undangan. Undangan pernikahan Gerry akan diadakan di Jakarta.
Amanda menyampaikan apa saja yang dikatakan Bobby kepada Yanuar. Yanuar mendengarkan perkataan Amanda sambil membaca undangan.
“Saya jadi merepotkan Pak Gerry. Saya diundang ke pernikahan Pak Gerry, tetapi Pak Gerry malah menyediakan penginapan untuk abang sekeluarga,” ujar Yanuar. Ia merasa tidak enak atas fasiltas yang diberikan oleh Gerry. Padahal ia baru bertemu sekali dengan Gerry. Itupun di pernikahan Bobby dan Claudia.
“Tidak apa-apa, Bang. Mungkin Mas Gerry menganggap Abang sudah menjadi bagian dari keluarga kami,” jawab Amanda.
“Sampaikan ucapan terima kasih saya kepada Pak Gerry. Saya akan usahakan untuk hadir di pernikahan Pak Gerry. Mudah-mudahan tidak ada halangan,” ujar Yanuar.
“Aamiin. Baiklah, akan Amanda sampaikan kepada Mas Gerry,” jawab Amanda.
“Ayo, Bang. Kita makan dulu. Nanti makanannya keburu dingin,” kata Amanda.
Yanuar meletakkan dokumen yang sedang ia baca di atas meja lalu ia beranjak dari tempat duduk. “Sebentar. Saya ambilkan piring dulu.” Yanuar berjalan menuju pintu lalu ia keluar dari ruang kerjanya. Amanda duduk di sofa menunggu Yanuar datang.
Tidak lama kemudian Yanuar kembali ke ruang kerja, ia membawa nampan. Di atas nampan ada dua piring beserta dua gelas berisi air minum. Yanuar menaruh gelas dan piring di atas meja sofa. Amanda mengeluarkan bungkusan nasi Padang dari dalam plastik lalu ditaruh di atas piring.
“Ini nasi punya Abang.” Amanda menaruh piring di depan meja Yanuar.
“Terima kasih,” ucap Yanuar.
Yanuar membuka bungkus nasi, isinya ada nasi lengkap dengan rendang daging, ayam bakar, perkedel serta sayuran dan sambal. Ternyata Amanda tahu makanan kesukaannya.
“Banyak sekali lauknya, Mbak,” ujar Yanuar.
Amanda yang sedang membuka bungkus nasi langsung menoleh ke Yanuar. “Biar Abang kenyang,” jawab Amanda. Yanuar pun menyantap makanan yang disediakan Amanda. Amanda tersenyum senang melihat pria pujaan hatinya memakan makanan yang ia bawa.
***
Hari terus berlalu. Tidak terasa hari pernikahan Gerry dan Ine sudah dekat. Amanda dan keluarganya pergi ke Jakarta sehari sebelum pernikahan Gerry. Mereka akan menghadiri acara pengajian yang akan diadakan di rumah Ibu Sinta. Sultan dan Rendy sekeluarga juga ikut ke Jakarta. Mereka sudah menjadi bagian dari keluarga Bobby.
Akad nikah Gerry dan Ine di adakan sabtu pagi di ballroom hotel mewah yang berada di kawasan Mega Kuningan. Ketika dalam perjalanan menuju hotel, Radit menelepon Amanda. “Maafkan saya, saya tidak bisa datang pernikahan kakak kamu. Tadinya saya mau datang bersama kedua orang tua saya, tapi mendadak ada seminar di Surabaya,” ujar Radit.
“Tidak apa-apa, Mas. Amanda mengerti,” jawab Amanda. Ia tersenyum gembira karena Radit tidak bisa datang.
“Sampaikan salam saya untuk kakak kamu,” ujar Radit.
“Baik, Mas. Akan Amanda sampaikan,” jawab Amanda.
“Sudah dulu, ya. Saya harus segera ke ruang seminar. Assalamulaikum,” ucap Radit.
“Waalaikumsalam,” jawab Amanda. Amanda mematikan telepon seluler.
“Alhamdulillah,” ucap Amanda lega. Ia senang karena tidak akan ada yang mengganggu.
Claudia menoleh ke belakang. Amanda duduk di kursi paling belakang. “Siapa yang barusan menelepon?” tanya Claudia.
“Siapa lagi kalau bukan orang tidak penting,” jawab Amanda dengan tersenyum gembira.
“Radit?” tanya Claudia.
“Iya,” jawab Amanda.
Amanda menepuk bahu Bobby. Bobby duduk di depan Amanda. “Pa, bilang ke Mama jangan suka menjodoh-jodohkan Amanda dengan anak-anak teman Mama. Amanda bisa cari jodoh sendiri,” kata Amanda kepada Bobby.
“Kamu bicara sendiri sama mama kamu,” jawab Bobby. Amanda langsung mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban Bobby. Ia kesal papanya tidak mau membantunya.
“Mas, jangan begitu! Kasihan Amanda,” ujar Claudia dengan suara pelan.
“Iya, nanti Mas bicara ke Sinta,” jawab Bobby.
Amanda mendengarkan pembicaraan Bobby dengan Claudia. Ia pun senang karena papanya mau membantunya. Amanda memeluk Bobby dari belakang. Ia pun mencium pipi Bobby.
“Terima kasih, Pa,” ucap Amanda dengan gembira.
“Sudah, jangan cium-cium! Nanti lipstick kamu nempel di pipi Papa. Kalau lipstick Mama Claudia yang nempel di pipi Papa tidak apa-apa,” ujar Bobby.
lha wong sampeyan aja "samen leven" laki² yg bukan mahrom gitu lho /Sweat/