Dunia Elea jungkir-balik di saat dirinya tahu, ia adalah anak yang diculik. Menemukan keluarga aslinya yang bukan orang sembarangan, tidak mudah untuk Elea beradaptasi. Meskipun ia adalah darah keturunan dari Baskara, Elea harus membuktikan diri jika ia pantas menjadi bagian dari Baskara. Lantas bagaimana jika Elea merasa tempat itu terlalu tinggi untuk ia raih, terlalu terjal untuk ia daki.
"Lo cuma punya darah Baskara doang tapi, gue yang layak jadi bagian dari Baskara," ujar Rania lantang.
Senyum sinis terbit di bibir Elea. "Ya, udah ambil aja. Tapi, jangan nangis jika gue bakalan rebut cowo yang lo suka."
🌼🌼🌼
"Gue jadi milik lo? Cewe bego kek lo? Lo dan Rania nggak bisa disamain," cibir Saka dengan tatapan merendahkan.
Elea tersenyum kecut. "Ah, gitu kah? Kita bisa liat apakah pandangan lo akan berubah terhadap gue dan Rania, Saka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhanvi Hrieya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18| Jangan Bermain dengan Hati
"Kado," ujar Diana memberat di kala sang putri menatapnya dengan tatapan aneh.
Elea cukup terkejut dengan keberadaan Diana, setelah beberapa minggu belakang memilih untuk menghindari Elea. Malam ini ia memutuskan untuk menghampiri Elea, Elea mengayun langkah kaki jenjangnya menuju tong sampah di pojok kamarnya.
Diana terbelalak melihat kado pemberiannya langsung memasuki tong sampah, Elea menyandarkan punggung belakangnya di dinding.
"Nggak perlu," ujar Elea santai, "Elea nggak butuh apapun dari Mami, karena putri Mami udah lama mati. Di saat Mami menginjak gas tanpa rasa bersalah untuk menabrak Elea."
Diana meneguk kasar air liurnya, menyisir rambutnya ke belakang. "It—itu sungguh, di luar kendali Mami, Elea. Mami sungguh nggak bermaksud buat ngelakuin itu. Percayalah sama Mami."
Elea sontak mendengus. "Percaya sama, Mami? Mami tau gimana rasanya kepercayaan diinjak-injak. Mami adalah orang tua paling jahat di dunia ini, demi nutupin perselingkuhan Mami. Mami tega buat ngebunuh anak kandung Mami sendiri, bahkan menghentikan pencarian Elea diam-diam. Lantas, sekarang Mami ngomong, apa? Percaya sama Mami. Lucu banget," sahut Elea dengan ekspresi wajah datar menatap sang ibu.
Ujung jari jemari Diana langsung mendingin, bibirnya berkerut.
"Kenapa? Nggak bisa ngebela diri sendiri, huh," sarkas Elea, "perhatian Mami itu cuma seonggok sampah, menjijikan."
"Kamu nggak paham dan kamu mana paham, kamu dicintai sama Papi dengan tulus. Disayangi oleh Kakek dan nenekmu, nggak ada yang memaksakan kehendak padamu. Kamu tumbuh menjadi anak yang ceria tanpa beban, mau seperti apapun bentuk tingkah lakumu. Mereka semua menyayangimu, karena kamu seorang Baskara. Jadi, mana mungkin kamu tau rasanya jadi Mami, yang berada di bawah bayang-bayang ketakutan." Diana menggebu-gebu, mengutarakan rasanya.
Diana hidup di bawah tekanan, tidak bisa memilih jadi apa. Serta harus menikahi siapa, semuanya disusun oleh sang ayah. Lalu, ketika ia menemukan pria yang dicintainya dua bulan sebelum menikah.
Perasaan Diana meluap-luap, ia menyerahkan kesuciannya atas nama cinta. Gilanya lagi hamil anak dari lelaki itu, setelah ia menikah, ia baru tahu. Jika lelaki itu telah memiliki istri, dan anak. Paling parah adalah di saat ia hamil, bahkan sebelum Guntur sempat menyentuhnya.
"Mami tau Mami salah, Elea. Tapi, Mami cuma pingin bahagia Elea." Diana mengusap air matanya yang jatuh berderai.
Senyum mencemooh terbit di bibir ranum Elea, lihatlah seberapa bodohnya sang ibu. Dibutakan oleh cinta, berlindung di balik kata tak berdaya.
"So, kalo hari itu Elea mati karena ketabrak. Mami cuma bakalan ngangep itu kecelakaan lantaran nggak sengaja. Dan rahasia Mami terkubur gitu aja?" Elea mengerutkan dahinya. "Mami salah besar kalo nganggep rahasia Mami akan tetap tertutup rapat. Nyatanya, Papi jelas lebih tau gimana Mami main api di belakangnya. Papi mempertahanin Mami pura-pura bego demi siapa? Demi Elea, Mami. Demi Elea! Bukan demi Mami, lalu gimana perasaan Papi saat tau. Perbuatan Mami sama Elea?"
Diana terkesiap, kedua manik matanya bergerak acak. Suaminya tahu? Meskipun saat itu Diana berdusta. Jika lelaki itu telah putus dengan dirinya, susah payah Diana meneguk air liur di kerongkongannya.
Elea mendesah kasar memperhatikan ekspresi sang ibu, wajahnya tampak pucat sekali.
"Ajuin perceraian, lebih baik Mami dan Papi beneran pisah. Ketimbang Papi harus hidup dengan wanita serendah Mami. Papi nggak punya satu pun kekurangan Mami, secuil aja nggak ada. Gimana bisa Papi jatuh cinta sama wanita serusak Mami," ujar Elea menghela napas berat.
Diana membeku, kedua tungkai kakinya bahkan tidak memiliki kekuatan untuk bergerak. Elea mengayunkan tungkai kakinya, tidak di mansion tidak pula di penthouse.
Kenapa mereka tidak memberikan Elea ruang untuk sekedar bernapas, dadanya kembali sesak.
...***...
Sepasang telapak tangan menutup kedua mata indah Elea, aroma bunga mawar menguar di indera penciumannya.
"Ayo, tebak gue siapa," ujarnya dengan suara aneh.
Kedua sisi bibir Elea ditarik tinggi ke atas, Isyana sudah seperti anak kecil berusia 5 tahun saja.
"Isyana," balas Elea.
Kedua tangan Isyana diturunkan, ia terkikik bahagia. Duduk di samping Elea, mengembangkan senyum lebar.
"Lo kok nyengir gaje kek gitu, huh?"
Telapak tangan kanan Isyana terarah ke Elea. "Undangan buat gue mana? Lo pasti bakalan ngerayain pesta ulang tahun 'kan?"
"Nggak tuh, siapa yang bilang gue ngerayain pesta ulang tahun."
"Eh, lo nggak ngerayain pesta ulang tahun, lo? Kenapa?" Isyana tidak dapat menyembunyikan ekspresi penasaran.
"Gue nggak minat," jawab Elea jujur, "tapi, tetap bakalan ada pesta bulan depan. Yaitu pesta pertunangan gue sama Saka."
"Hah?" Isyana terkejut, mulutnya terbuka lebar.
Elea terkekeh kecil, telapak tangan memukul tangan Isyana yang masih berada di depannya. Lalu bergerak mendorong rahang bawah Isyana ke atas, hingga mulut Isyana kembali tertutup.
"Gimana? Gue hebat, bukan?" Elea mengangkat dagunya, tersenyum arogan.
"Woah! Lo bisa juga dapatin si Saka, gila lah," ucap Isyana takjub, "tapi, hubungan lo sama dia nggak akan lebih dari pemaksaan."
"Gue nggak masalah tuh, mau kek gimana pun sebutannya. Yang jelas semuanya udah selesai. Dengan gue, keluar sebagai pemenangnya."
Elea merebahkan tubuhnya di rerumputan, Isyana tersenyum tipis. Ia ikut merebahkan tubuhnya di atas rerumputan taman sekolah, menatap awan yang berarak di atas sana.
"Lo nggak keberatan meskipun tanpa cinta?"
"Cinta bukan segala kali, Na. Manusia di dunia ini bisa hidup tanpa cinta tapi, nggak akan pernah bisa hidup tanpa duit," balas Elea membuat Isyana terkikik geli.
"Ya, sih. Lo bener banget, dan cinta bisa ngebeli segalanya," gumam Isyana setuju.
"Bahkan uang bisa memperpanjang usia manusia," celetuk Elea mengingat bagaimana anak dari wanita itu harus tewas di atas ranjang pesakitan.
Isyana menoleh ke samping, melirik Elea. "David, dia keknya ada rasa sama lo, El!"
Elea menoleh ke samping, hingga manik matanya dan Isyana bersirobok.
"Terus?" tanya Elea merendahkan intonasi nada suaranya.
"Kenapa nggak sama dia aja, gue tau tujuan lo deketin Saka cuma demi ngejatuhin Rania. Cuma di mata gue itu nggak sepedan sama apa yang harus lo korbanin. Meskipun Saka itu sempurna, sayangnya nggak ada gunanya jika hatinya buat cewe lain. Perempuan itu terkadang terjebak pada egonya, saat ini lo emang nggak ada rasa sama si Saka. Tapi, gimana dengan nanti dan nantinya lagi. Tiba-tiba lo jatoh cinta sama Saka, lo bakalan terluka," tutur Isyana terdengar begitu dewasa.
"Gue nggak bakalan kasih hati buat cowo mana pun." Elea membuang muka.
Isyana menghela napas berat. "Kata lo, sekarang mah, El. Kehancuran terbesar perempuan itu dari hati, Elea. Bukan maksudnya gue buat ikut campur urusan lo, cuma gue nggak mau lo hancur karena 'senjata makan tuan', El," nasihat Isyana, "gue ngomongin ini ke lo sebab gue peduli sama lo, El. Gue maunya lo benar-benar bahagia."
Elea bangkit dari posisi tidurnya, Isyana pun mengikuti jejak Elea. Elea bahkan tidak menempatkan harapan di dalam hatinya, karena memiliki pengharapan besar merupakan senjata paling ampuh menyakiti diri sendiri. Apalagi menaruh perasaan cinta, pada manusia lainnya.
Bersambung....
semangat 💪💪💪