Shutttt.... Ini rahasia kita, akan ku ceritakan kisah masa lalu ku pada kalian semua yaitu cerita pertemuan ku dengannya yang membuat semua air mata menghilang dan kekejaman dunia sirna...
Note : Ada 3 segi prespektif, setiap prespektif menceritakan kisahnya sendiri menurut sudut pandangnya.
Bab I : past story of Hao Ling the love
Bab II : past story of Yuan the sacrifice
Bab III : ----
Saya harap penyuka novel fantasi timur masih banyak dan kompak semua, terimakasih buat yang sudah baca novel saya mohon untuk tinggalkan like dan komentar yang membangun ya gaisss 🐼🐼🐼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Belzebub, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjodohan
Aku dan Yuan kemudian berjalan mendekat ke tempat ayah dan ibuku berada, ternyata memang benar disana ada tiga orang anak laki-laki seumuran ku tampak memakai pakaian mewah dengan di dampingi oleh masing-masing orang tua mereka.
Perhatian mereka tertuju padaku khususnya ketiga anak laki-laki itu yang tampak tidak senang melihat kedatanganku bersama Yuan, meski begitu Yuan tampak tenang dengan senyuman tipis selalu menghiasi wajahnya yang rupawan.
"Jadi ini anak perempuan mu saudara Yen ?"Ujar seorang pria paruh baya yang merupakan teman dari ayahku.
"Tampak sangat cantik sekali dengan balutan gaun indah yang membuat tampilannya menjadi semakin sempurna."Tambah istrinya.
Ayah tertawa kecil."Hahaha, anda sangat rendah hati saudara."
Saat itu ibu tersenyum tipis sambil sedikit menatap ke arahku seolah memberi suatu isyarat.
Aku yang sadar kemudian membungkuk dan berterimakasih kepada sepasang suami-istri itu.
"Terimakasih atas pujiannya."
Ayah tampak canggung setelah melihat caraku berterimakasih terhadap kerabat dekat kaisar itu.
"Maaf, anak ku ini memang tidak banyak bicara jadi mohon untuk memakluminya."
Pria paruh baya berambut merah itu tertawa kecil dan berkata."Jangan terlalu dipikirkan saudara, disini kita datang untuk bersenang-senang jadi tidak masalah untuk mengesampingkan sedikit formalitas."
"Anda selalu saja rendah hati seperti biasanya saudara."Ujar ayah tampak sangat menghormati pria itu yang membuatnya terlihat aneh, seolah hormatnya kepada pria itu terlalu berlebihan bagiku.
Perhatian pria berambut merah itupun tertuju pada tanganku yang saling menggenggam dengan tangan Yuan, meski tidak terlalu tampak namun aku sadar kalau pria itu terlihat tidak senang.
"Oh, aku baru sadar, siapa anak laki-laki ini ? Apakah pelayan anak mu ?"
Semua orang yang hadir tertawa lepas mendengar ucapan pria itu, entah apa yang sebenarnya lucu bagi mereka.
Meski bagi sebagian orang perkataan pria itu merupakan candaan, jelas bagiku ucapannya adalah hinaan.
"Dia adalah anak angkat Patriack Chen, saudara."
Yuan dengan tenang kemudian membungkuk sembari menangkup tinju."Salam kenal tuan yang terhormat, nama saya Yuan."
"Tatakrama yang bagus, kamu sepertinya sedikit mengerti situasi."Ujar pria itu dan lagi-lagi diiringi tawa teman-temannya.
Sangat ingin rasanya aku mengumpat pada pria itu namun Yuan seolah tau dan memberi isyarat padaku untuk sabar dengan menggenggam tanganku.
"Tentu saya harus tau situasi, apalagi jika yang berdiri di hadapan saya sekarang ini adalah tuan Ling Yun yang sangat terkenal dengan teknik tapak rembulan ciptaannya."
Pria berambut merah bernama Ling Yun itu awalnya terkejut ketika Yuan mengetahui banyak hal tentangnya, hingga rasa sombong yang timbul membuatnya lalai terhadap niatnya yang ingin merendahkan Yuan.
"Nak ternyata kamu cerdas dalam mengetahui informasi, walaupun tidak heran jika semua orang disini mengetahui kehebatan ku. Lalu bagian mana yang kamu suka atau pernah kamu dengar tentang pertarungan ku ?"
"Jika tuan bertanya maka pertarungan tuan saat mengalahkan ketua sekte Raven seorang diri adalah yang terbaik bagi saya."
"Mengejutkan bagiku bahwa kamu juga mengetahui kejadian itu. Hahaha.. Saat itu aku merasa bosan karena mereka tidak sekuat yang di bicarakan."
"Tentu anda akan bosan tuan, mencari lawan yang sepadan dengan anda sangat sulit mengingat kekuatan anda yang hebat."
Ling Yun tertawa cukup keras menanggapi pujian tidak langsung Yuan.
"Hahahaha... Kamu berhasil membuat laki-laki tua ini bersemangat dengan ucapan-ucapan mu nak, untuk itu aku berterimakasih."
Yuan kembali membungkuk seraya menangkup tinju."Untuk hal seperti itu tuan tidak perlu berterimakasih. Saya yang harusnya berterimakasih, karena berkat cerita tuan banyak anak muda terinspirasi dan menjadi semangat berlatih sehingga mempermudah saya dalam melatih mereka."
Ling Yun tertawa lagi sambil menepuk-nepuk pundak Yuan."Sudah, sudah. Kata-kata mu sungguh membuat pria tua ini merasa senang."
Yuan tersenyum ramah, sambil masih membungkukkan badannya."Kalau begitu silahkan nikmati pestanya, tuan. Saya ingin mencari makanan bersama nona Ling karena anak kecil seperti kami butuh banyak makan agar bisa kuat seperti tuan."
"Kebetulan sekali, bisakah kamu mengajak anak ku dan kedua temannya untuk ikut bersama ? Mereka agak kesulitan beradaptasi karena tidak ada anak seumuran mereka selain kamu dan nona Ling disini."
"Tentu saja tuan, aku akan dengan senang hati mengajaknya."
"Bagus."Ling Yun kemudian menatap ke arah anaknya."Zhu'er ajak teman mu dan pergilah bersama Yuan, ada yang ingin ayah bicarakan dengan para kepala keluarga disini."
Pemuda bernama Ling Zhu itu mengangguk pelan menanggapi perkataan ayahnya, tidak banyak reaksi yang di tunjukkan pemuda tersebut sejak awal selain hanya diam memperhatikan, beda sekali dengan kedua temannya yang tampak seperti sedang menahan emosi melihat seberapa dekat Yuan dan aku.
Aku tidak terlalu memikirkan mereka bertiga yang mengikuti kami di belakang, aku hanya fokus menghabiskan waktu menikmati pesta bersama dengan Yuan yang bersikap seperti biasa, tenang dan misterius. Ngomong-ngomong soal Yuan entah apa yang membuatnya tiba-tiba muncul malam ini dan bukanya malam atau hari lain, seolah sudah di rencanakan olehnya. Bukannya aku tidak merasa senang dia datang malam ini, justru sebaliknya, namun bekas luka sayatan di lehernya merupakan tanda tanya besar didalam benak ku karena aku yakin sebelumnya tidak ada luka di lehernya.
Yuan yang sadar dengan lamunan ku dengan jahilnya menyodorkan sepotong paha ayam besar ke mulut ku seolah tidak ingin membiarkan pikiran ku terbang semakin jauh.
"Apa yang sedari tadi sedang kamu pikirkan hingga melamun seperti itu ?
Sejujurnya aku ingin menyangkalnya saat itu namun sulit untuk berbohong jika itu adalah Yuan.
"Luka di leher mu, apakah sebelumnya sudah ada disitu ?"
"Iya, luka ini memang sudah ada sebelumnya. Bukankah setiap bertemu denganku kamu selalu diam-diam memperhatikan ku ?"
"...."Aku hanya diam, entah yang di katakan Yuan memang benar atau tidak yang jelas aku senang di sudah kembali padaku sekarang.
Melihat kedekatan ku dengan Yuan salah seorang teman dari Ling Zhu berjalan mendekat dan menangkup tinju sebagai penghormatan di hadapan ku.
"Salam kenal nona Ling, nama ku Tian Feng dari klan Tian apakah anda pernah mendengar tentang klan ku sebelumnya ?"
Aku yang bingung dengan sikap dan pertanyaan pemuda itu yang terkesan tiba-tiba, hanya menggeleng karena jujur aku belum pernah mendengar nama klan Tian sebelumnya.
Pemuda itu tersentak karena merasa malu sebab terlalu percaya diri dengan perkataannya, sehingga dia berusaha untuk tetap bersikap tenang sembari tertawa kecil untuk menutupi rasa malunya.
"Hahaha.. Saya tidak bisa menyalahkan nona jika tidak mengetahui tentang klan saya, karena klan Tian memang baru-baru ini di akui oleh kaisar setelah klan saya berhasil menahan serangan orang bar-bar di perbatasan barat yang di kenal sebagai orang-orang yang sangat kuat dan tidak berperasaan, akan tetapi klan saya mampu memukul mundur pasukan lawan yang katanya tidak terbendung itu dengan mudahnya hingga menarik perhatian kaisar untuk merekrut klan saya sebagai klan utama di kekaisaran sekarang ini, membuktikan bahwa masa depan cerah dan kehormatan tinggi tidak lama lagi akan klan saya dapatkan."
Dari yang dikatakan pemuda itu aku sudah tau ke arah mana niatnya dalam perbincangan, akan tetapi aku berusaha untuk tidak menyinggung perasaannya dengan tidak menunjukkan sikap penolakan secara terang-terangan dan membalas perkataannya dengan cara lembut untuk menjaga perasaannya.
"Klan anda terdengar hebat, aku juga ikut berterimakasih atas kontribusi klan anda dalam menangani masalah."
Mendengar jawaban ku pemuda bernama Tian Feng itu merasa kebingungan karena merasa jawabanku samasekali tidak sesuai dengan harapannya dan tidak mengerti apakah yang aku ucapkan adalah penerimaan atau justru penolakan.
"Tidak perlu berterimakasih nona, sudah tugas kami untuk melindungi benua ini dari ancaman orang-orang jahat."Ujar Tian Feng seolah lupa dengan tujuannya untuk terlihat hebat dan menarik perhatian Hao Ling.
Aku hanya tersenyum tipis menanggapi jawaban pemuda yang masih labil itu, hingga teman satunya yang bersikap paling terang-terangan melangkah maju dan memberi hormat padaku seraya memperkenalkan diri.