Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Tepat pukul 00:00 Dion menyelinap pergi karena harus segera berangkat ke London untuk urusan bisnis.
Dia hanya meninggalkan pesan untuk jiwa agar dia tetap hidup dengan baik selama dirinya tidak disamping Jiwa, dia juga menyertakan black card miliknya diatas kertas surat itu.
"Babe maafkan aku untuk beberapa bulan kedepan mungkin aku tidak akan kembali karena ada urusan yang tidak bisa ditunda. tapi kamu jangan khawatir akan ada orang yang akan membantu mu jika kamu mengalami kesulitan, jika kamu rindu aku kamu bisa tulis surat untukku dan gunakan kartu ini untuk memenuhi kebutuhan hidup mu selama aku tidak ada di sisimu... Dion"
Pesan singkat itu pun dibaca oleh Jiwa setelah hampir seharian penuh Jiwa menunggu kabar dari Dion yang tidak kunjung datang ke rumah untuk melihat menjelaskan semua yang terjadi di rumah nya saat ini, saat seluruh perabotan canggih dan super mewah itu memenuhi rumah Jiwa.
Tidak hanya itu beberapa orang lainnya kini tengah memasang cctv di setiap sudut rumahnya kecuali kamar pribadinya.
Sampai kunci pintu semua menggunakan smart door lock, kini Jiwa sudah seperti orang terlanjur kaya. Padahal dia tidak pernah meminta semua itu dari Dion.
Kini Jiwa telah berada di cafe saat Devan meminta dia untuk menggantikan penyanyi lain yang kini tengah cuti meskipun Jiwa sudah tidak lagi bekerja di sana seperti halnya rudi karena keadaannya masih belum stabil dan dia tidak ingat tentang masalalu nya.
Saat Jiwa hendak pergi ke toilet, langkahnya dihadang oleh seseorang yang pernah ia lihat tengah bersama istri dan juga bayinya.
"Babe kenapa lagi-lagi kamu hukum aku seperti ini, tidak bisakah kamu tetap baik-baik saja seperti dulu saat pertama kali kita bersama?"ucap nya yang kini membuat Jiwa kebingungan.
"Maaf tuan anda siapa? Apa anda mabuk kenapa anda bicara seperti itu pada saya."ucap Jiwa yang kini menatap lekat wajah tampan itu.
"Mutiara Di Jiwa aku Alvin, Alvino yang kekasih mu."ucap Alvin yang kini membingkai wajah cantik itu meskipun Jiwa sudah berusaha untuk melepaskan tangan pria itu.
"Apa yang anda maksud, saya tidak kenal anda tuan jadi tolong minggir dan jangan bicara omong kosong."ucap Jiwa yang kini berusaha untuk menghindar dari Alvin tapi Alvin tidak melepaskan Jiwa, dia meraih Jiwa dalam gendongannya dan membawa dia pergi lewat jalan belakang cafe itu.
"Tuan jangan main-main turunkan saya sekarang juga."ucap Jiwa.
"Aku tidak main-main babe, sudah cukup aku membiarkan mu selama satu tahun ini melupakan ku, sekarang tidak lagi."ucap Alvino tegas.
"Tuan anda bicara soal apa yang tidak pernah melupakan siapapun."ucap Jiwa yang langsung terdiam saat Alvino membungkam bibir nya dengan bibir Alvino yang kini membuat Jiwa terdiam sejenak.
Alvin pun menatap lekat wajah cantik Jiwa."Apa yang anda lakukan."ucap Jiwa yang kini mendorong dada bidang Alvin dengan sekuat tenaga.
"Babe aku sangat mencintaimu, aku akan tetap menunggu sampai kamu mengingat ku kembali."ucap Alvin.
"Siapa kau sebenarnya?"ucap Jiwa lagi.
"Aku tidak akan banyak bicara babe, kamu bisa melihat semua itu sendiri."ucap Alvino yang langsung menyodorkan seluruh bukti di handphone nya.
Jiwa menatap lekat handphone tersebut matanya membulat melihat video kemesraan keduanya saat berada di sebuah ruangan yang merupakan kantor Alvin.
Tidak hanya itu foto-foto kebersamaan mereka, termasuk foto milik Jiwa yang diambil secara diam-diam oleh Alvin.
"Maaf aku tidak ingat."ucap Jiwa sambil menundukkan kepalanya.
"Aku tau, tidak apa-apa babe yang terpenting kamu tau siapa aku."ucap Alvin yang kini membingkai wajah cantik itu dan kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Jiwa tapi Jiwa langsung berpaling.
"Maaf ."ucap Jiwa yang langsung bangkit hendak pergi tapi Alvin menahan pergerakan nya.
"Babe please setidaknya beri aku waktu sebentar saja."ucap Alvin.
"Aku harus bekerja."ucap Jiwa tegas.
"Aku akan ganti kerugian mu, tapi please tetaplah disini."ucap Alvin.
"Maaf aku tidak bisa."ucap Jiwa yang tetap memaksa untuk pergi meskipun Alvin memeluk nya dari belakang.
"Babe aku sangat mencintaimu please jangan menghindari ku."ucap Alvin.
"Hmm... aku harus bekerja aku sudah janji pada Devan."ucap Jiwa yang kini melepaskan pelukan Alvin.
Jiwa pun pergi tanpa menoleh kearah Alvin yang kini memanggil nya.
Jiwa menerobos masuk kembali ke pintu belakang cafe dan disana Devan tengah mencari keberadaan nya.
"Darimana kamu Jiwa kenapa tidak bilang kami semua mencari mu."ucap Devan khawatir.
"Aku dari luar bos, ada sedikit masalah maaf buat khawatir."ucap Jiwa yang langsung menuju ke panggung.
Dia pun menyapa seluruh pengunjung dengan begitu hangat nya kemudian mulai bernyanyi saat musik itu dimainkan.
Sementara pria yang sedari tadi mengikuti langkah Jiwa kini tengah berada di antara deretan meja paling pojok, dia masih bisa melihat gadis yang sangat ia cintai dengan jelas.
Suaranya yang khas dan sangat merdu itu pun begitu terdengar indah di telinganya. Tidak sedikit Alvin mengabadikan momen Jiwa yang sedang bernyanyi, baik saat ini maupun dulu saat dia masih baik-baik saja, dan nyanyian nya yang selama ini selalu menjadi obat penenang dikala rasa sakit atas kehilangan itu mendera batinnya.
Alvin tidak tahu akan bagaimana hubungan mereka nantinya yang jelas dia tidak pernah ingin kehilangan cinta pertama dalam hidupnya.
Jika dulu dia akan dengan bebas bertemu dengan Jiwa saat gadis itu tengah magang di perusahaan miliknya, maka sejak Jiwa dinyatakan hilang dan tewas saat kecelakaan itu jiwa Alvin pun seakan mati bersama kepergian kekasih nya itu, dan saat Jiwa kembali semua telah berubah.
Gadis cantik yang tidak pernah ia lupakan itu pun menjelma menjadi gadis lain, meskipun nama itu tidak pernah tergantikan, tapi Jiwa sama sekali tidak mengenalinya dan Alvin pun tidak pernah menyerah untuk mencari tahu tentang nya.
Dan saat Jiwa mengingatnya saat itu kebahagiaan itu tidak pernah kembali bersama dengan kembalinya Jiwa, gadis cantik itu bahkan tidak pernah mau kembali bersamanya dan selalu memberi jarak karena alasan kesalahan yang dilakukan oleh Alvin di masalalu nya, meskipun Alvin tidak pernah merasa telah mengkhianati Jiwa. Tapi kenyataannya apa yang menjadi alasan Jiwa menjauh darinya itu memang ada bersamanya dia Kania mantan sahabat terdekatnya.
Jiwa masih bernyanyi sampai pukul 00:00, mungkin dia lelah tapi Jiwa tetap tersenyum ramah pada pengunjung yang tiba-tiba membeludak saat jiwa perform malam ini, seakan dia adalah magnet yang menarik semua orang untuk datang berkunjung.
...*****...
Satu bulan telah berlalu, tapi Dion tidak kunjung kembali, dia juga tidak pernah menghubungi Jiwa yang kini sudah kembali bisa berjalan secara normal.
Jiwa juga kembali bekerja di cafe milik Devan dia tidak pernah menggunakan uang dari Dion meskipun Dion pernah meminta ia menggunakan kartu tanpa batas itu.
Dia memiliki penghasilan yang cukup untuk biaya hidup nya sehari-hari karena tidak jarang dia juga mendapatkan saweran dari pengunjung yang meminta dia membawakan lagu yang orang itu inginkan.
Hingga tiga bulan berlalu. Jiwa yang selama ini merindukan Dion pun pergi ke suatu tempat dimana dia dan Dion pernah menghabiskan waktu bersama, tapi sayang dia juga tidak bisa merasakan kehadiran Dion disana.
Jiwa kini berjalan menuju pusat perbelanjaan yang pernah ia kunjungi bersama dengan Dion, saat dia masuk kedalam dia melihat Alvin yang tengah merangkul pinggang wanita yang seumuran dengan Jiwa dan terlihat begitu mesra, Jiwa pun mematung di tempatnya sambil menatap lekat kearah keduanya yang kini menghentikan langkahnya terutama Alvin yang terlihat sangat merasa bersalah terhadap jiwa.
"Honey kenapa berhenti anak kita sedang menunggu di mobil."ucap wanita itu yang kini membuat Jiwa melangkah pergi dan tidak peduli pada mereka berdua, yang kini tengah menatap kearahnya.
Sampai saat Jiwa bertabrakan dengan seseorang hingga Jiwa hampir terjatuh, tapi tangan kekar itu reflek menahan tubuh Jiwa yang kini menatap lekat wajah pria yang sangat ia rindukan, tapi tidak lama seorang wanita cantik menyadarkan lamunan Jiwa.
"Honey apa-apaan ini lepas."ucapnya yang melepaskan genggaman tangan Dion dari pergelangan tangan Jiwa.
Hancur, itulah yang dirasakan oleh Jiwa saat ini,dua laki-laki yang selama ini selalu berkata bahwa ia sangat mencintai nya ternyata mereka memiliki wanita lain dalam hidup nya.
Jiwa langsung bergegas pergi meninggalkan keduanya dengan air mata yang kini meluncur deras di pipinya, Jiwa pun berlari sekuat tenaga dia ingin menghilangkan rasa sakit yang kini terasa menusuk-nusuk hatinya.
Dia menangis sesenggukan di pinggir jalan terduduk di atas trotoar jalanan yang sepi itu.
Jiwa mungkin tidak akan pernah menangis jika mereka berdua tidak pernah menyatakan cinta dan benar-benar memperlakukan dirinya seperti layaknya pasangan kekasih, tapi semua itu sudah terjadi Jiwa juga tidak pernah percaya dengan apa yang mereka katakan tapi perlakuan mereka terlihat begitu tulus dia tidak bisa menolak nya.
Tapi apa yang dia lihat saat ini menyadarkan Jiwa bahwa tidak ada laki-laki yang benar-benar tulus mencintai nya di dunia ini, termasuk Alvin.
Sampai saat seseorang datang menghampiri nya dan duduk di samping nya."Kenapa harus disini, kenapa tidak datang padaku untuk mengadukan atas segala rasa sakit mu."ucap nya sambil menepuk-nepuk punggung jiwa dengan pelan.
Jiwa pun menoleh kemudian dia berkata."Apa aku juga harus percaya padamu, dan apa kamu tidak akan berkhianat padaku. Siapa yang harus aku percaya di dunia ini jika ternyata mereka semua bermuka dua."ucap Jiwa yang kini mencoba untuk bangkit dari duduknya dan melangkah pergi dengan langkah gontai.
"Aku adalah teman sejati mu, aku tidak pernah berkhianat sekali pun padamu."ucap Rudy.
"Maaf tapi aku sudah tidak bisa percaya dengan siapapun dan tolong menjauh lah aku memang tidak pernah pantas untuk dekat dengan siapapun."ucap Jiwa yang kini mencegat taksi.
Jiwa langsung masuk kedalam taksi tanpa mempedulikan Rudy yang kini terus memanggil namanya.
Jiwa tidak langsung pulang ke rumah nya melainkan pergi ke pemakaman umum dimana kedua orang tuanya dan juga kakak nya ada disana. Dia diberitahu oleh Devan, dari sekian banyak yang mengenalnya selama ini Jiwa hanya percaya pada Devan yang benar-benar tulus padanya. Tapi Jiwa tidak bisa terus mengandalkan nya karena biar bagaimanapun dia juga memiliki kehidupan lain.
Jiwa pun tiba di depan makan ketiganya, saat ini dia tidak membawa bunga atau pun air do'a, dia hanya membawa rasa sakit dan air mata dibalik doa yang ia panjatkan saat ini.
Dihadapan makan ketiga nya Jiwa menangis sesenggukan dia berkata jika dia ingin ikut saja dengan mereka semua, dia lelah hidup seperti saat ini, saat dia tidak ingat apa-apa rasa sakit itu datang begitu dahsyatnya apalagi kalau dia ingat semua masalalu nya.
Tangis pilu Jiwa semakin menjadi dia bahkan tidak peduli dengan kondisi nya yang kini basah kuyup karena diguyur hujan, Jiwa terduduk sambil memeluk lututnya dan wajahnya terbenam diatas lututnya.
Hingga cuaca semakin gelap, Jiwa masih berada di sana saat seseorang datang membawa payung dan menghampiri nya.
"Nak disini kamu rupanya ayo pulang hari sudah larut sebentar lagi malam tiba, ibu panik mencari mu saat beberapa orang datang mencari mu secara bergantian."ucap ustazah yang kini datang bersama dengan anaknya yang membantu mencari keberadaan Jiwa.
"Ustadzah."lirih Jiwa yang kini langsung tak sadarkan diri.
Jiwa terbangun di dalam ruangan seba putih dengan aroma obat-obatan yang menyengat di indra penciuman nya. Ditangannya terdapat jarum infus karena saat ini dia sedang demam tinggi.
"Kenapa kamu melakukan kebodohan itu babe, kenapa harus seperti ini?"ucap seseorang yang kini terlihat sedih melihat keadaan Jiwa.
Jiwa tidak menjawab ataupun berkata apa-apa dia hanya memalingkan pandangannya ke arah lain.
"Aku tau kamu kecewa dan marah tapi apa yang kamu lakukan itu bukan jalan keluar beruntung ada orang yang menemukan mu disana jika tidak entah apa yang akan terjadi padamu."ucap nya.
"Mati itu adalah yang terbaik bagiku."balas Jiwa.
"Mutiara Di Jiwa! Kau bicara apa?"ujar Dion.
"Pergilah tuan, kita tidak memiliki hubungan apapun jadi tidak usah repot-repot mengkhawatirkan saya."ucap Jiwa tegas.
"Babe!"seru Dion tidak terima dengan perkataan Jiwa.
"Kenapa tuan apa saya salah bicara, diantara kita memang tidak pernah ada hubungan apapun, dan sudah cukup anda mengasihani saya. Anda bisa ambil rumah dan mobil saya untuk ganti rugi selebihnya saya akan mencicilnya."ucap Jiwa.
"Hentikan babe, jangan bicara omong kosong lagi."ucap Dion tegas.
"Tapi itu kenyataan nya tuan."ucap Jiwa yang kini bangkit dan mencabut jarum infus itu dengan cepat hingga darah bercucuran dari punggung tangannya.
"Babe apa yang kamu lakukan heh?!"ucap Dion yang kini meraih tangan Jiwa yang bercucuran darah tapi Jiwa langsung menghempaskan nya.
"Tolong jangan datang lagi, sudah cukup semuanya itu.
"Babe!"bentak Dion.