LDR KATANYA BERAT!!
Tapi tidak bagi Rion dan Rayna. Ini kisah mereka yang berusaha mempertahankan hubungannya apa pun masalah yang mereka hadapi.
Tapi bagaimana jika masa lalu yang menggangu hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
"Gimana kakinya sayang?" tanya Rayna.
"Cuma masih perih aja sedikit, lusa juga udah bisa masuk kerja lagi."
"Jangan dipaksa kalo belum sembuh mah"
"Enggak cantik."
"Terus yang bantu kamu di sana siapa?" tanya Rayna khawatir. Pasalnya, Rion juga harus mengurus adiknya.
"Ion cuma lecet sedikit cantik, gak butuh banget dibantu," jawab Rion menenangkan.
"Naura mana?" mengingat saat ini adalah hari Minggu, tentu saja Naura tidak bersekolah.
"Lagi main sama temennya," balas Rion.
"Hp kamu kapan benernya?"
"Masih belum tau." Rion menatap Rayna dengan gemas. Raut wajah khawatir yang ditunjukkan Rayna sangat lucu bagi Rion.
"Aku gak enak kalo kamu pake hp Faisal terus," ungkap Rayna cemberut.
"Sama."
"Santai aja kali, gua gak masalah juga kalo hp gua dipinjem terus," sahut Faisal. Kebetulan sekali hari ini jadwal mereka di shift sore. Mereka memutuskan untuk menemani Rion sebelum berangkat bekerja.
"Ya tapi kurang puas!" ujar Rayna merengek. Tak terbiasa jika tak mendapat kabar dari Rion.
"Iya maaf sayang, sabar ya!"
"Iya," balas Rayna singkat. "aku mau keluar dulu sama Lea, mau anter dia cari baju."
"Oke, hati-hati ya cantiknya Ion!"
"Bye sayang, cepet sembuh!"
"Yang ini lucu gak?" Lea menunjukkan sebuah atasan berwarna navy kepada Rayna.
"Kurang cocok kayanya," komentar Rayna. Ia berjalan sambil melihat-lihat pakaian mana yang akan cocok dipakai oleh Lea.
"Terus bagus yang mana?" Lea mengikuti langkah Rayna di belakangnya. Ia sengaja meminta Rayna untuk menemaninya belanja. Tak ada lagi yang bisa dimintai tolong, karena kedua temannya yang lain sedang ada kesibukan.
"Warna pastel," saran Rayna.
"Gua gak pede, itu kan gaya lo," tolak Lea.
Gaya feminim itu memang sudah melekat pada jiwa Rayna. Maklum saja, sejak kecil ia memang lebih menyukai hal-hal yang terlihat lucu dan menggemaskan.
"Lucu ko." Rayna memberikan sebuah atasan lengan panjang berwarna biru pastel. Ada pita di bagian lengannya. Menurut Rayna akan terlihat sangat cocok dipakai temannya.
"Celananya putih aja ya!" pinta Lea.
"Iya, cocok deh." Rayna tersenyum puas saat Lea mengikuti saran Rayna.
"Lo gak beli juga?" tanya Lea. Tak seru jika hanya Lea yang membeli barang sendiri.
"Masih belum butuh banget," jawab Rayna. Meski begitu, ia tetap melihat-lihat koleksi pakaian yang berada di dalam toko. Siapa tahu saja nanti ia bisa membelinya.
"Eh, yang ini lucu deh buat lo." Lea memberikan dress overall berwarna cokelat.
"Lucu sih, tapi nanti lagi aja deh," tolak Rayna. Ia tak mau jika terlalu boros belanja pakaian.
"Kenapa sih? Kan sekalian loh!"
"Gak mau, baju gua masih ada."
"Ya sama Ray, gua juga masih ada baju," kesal Lea mendengar alasan Rayna. Apa Rayna berpikir jika Lea tak lagi memiliki baju?.
"Kalo mau ketemu sama calon mertua kan harus baju baru," ucap Rayna membuat Lea tersenyum malu. Malam ini Lea akan bertemu dengan keluarga kekasihnya. Dengan alasan itulah Lea mengajak Rayna untuk belanja pakaian.
"Kapan lo mau nyusul gua?" Lea menyenggol bahu Rayna, membuatnya sedikit bergeser dari tempatnya berdiri.
"Nyusul ke mana?" tanya Rayna.
"Ketemu calon kakak ipar lo."
"Gak tau, Rion masih belum mau ajak gua ke sana." Rayna tak peduli. Yang terpenting adalah bagaimana cara Rion menjaga hubungannya dengan baik.
"Awas lo, nanti malah direbut sama cewek lain," peringat Lea menakut-nakuti.
"Gak mungkin Lea," sangkal Rayna. Ia sedang sibuk melihat-lihat rok pendek.
"Iya deh, si paling percaya sama pacarnya!"
"Belanjanya udah?"
"Mau liat aksesoris dulu gak?" tawar Lea. Kebetulan sekali banyak aksesoris yang dijual di toko yang sama.
"Boleh."
Mereka berjalan menyusuri toko, melihat-lihat berbagai macam aksesoris dari mulai jepit rambut, bando, kalung, dan masih banyak lagi.
"Ini lucu gak?" tanya Rayna yang sedang mencoba kacamata berwarna biru.
"Gak lucu, terlalu besar." Lea melepas kacamata yang sedang dicoba oleh Rayna dan menyimpannya kembali di tempat semula.
"Kalo ini?" tanya Rayna lagi. Kali ini kacamata berbingkai hitam bulat yang ia tunjukkan.
"Pake warna silver aja, jangan yang hitam," komentar Lea.
"Oke." Rayna menurut dan memakainya kembali. Kali ini ia pilih warna silver, sesuai dengan saran dari Lea.
"Nah kan lebih lucu," ujar Lea tersenyum puas. "lo mau beli?" tanya Lea.
"Bagus gak menurut lo?" tanya Rayna meminta saran. Inginnya ia bertanya pada Rion. Tapi bagaimana lagi? Ia tak bisa mengabari Rion saat ini.
"Bagus ko."
"Ayah!" seru Rayna saat baru saja memasuki rumahnya.
Ia sedikit terkejut saat melihat sang ayah sedang duduk dengan santai dengan rokok yang diselipkan di jemari tangannya. Sebuah gelas kecil berisikan minuman tersaji di atas meja beserta botol kacanya.
Tak biasanya ayahnya itu kembali ke rumah, terlebih lagi tak ada mobil pribadi yang terparkir di halaman rumahnya.
"Habis main?" tanya sang ayah dengan santai.
"Iya yah," jawab Rayna. Ingin Rayna masuk ke dalam kamarnya, tapi ia juga merasa perlu menghormati sang ayah. Rayna memaksakan diri duduk di sofa yang sama dengan sang ayah. Berkali-kali menahan napas karena tak kuat dengan asap rokok dan bau alkohol yang menyengat.
"Temennya mana? Gak disuruh masuk dulu?" ia tahu pasti jika Rayna diantar oleh temannya. Meski ia tak tahu siapa saja teman Rayna.
"Dia buru-buru soalnya ada urusan," jawab Rayna dengan sebenarnya. Pria yang disebut ayah itu mengangguk, menghisap rokoknya dengan tenang tanpa memikirkan Rayna yang duduk bersamanya. Terlihat egois memang, tapi Rayna sendiri tak begitu peduli.
"Ayah ko tumben sih pulangnya gak bilang dulu?" tanya Rayna.
"Ayah ada urusan penting di sini, jadi sekalian mampir."
"Berarti gak lama ya?" lagi, Rayna bertanya.
Jujur saja Rayna tak terlalu bisa berbasa-basi dengan ayahnya. Selalu saja merasa canggung jika harus berbicara berdua saja. Berbeda dengan Raya yang lebih santai jika berbicara dengan sang ayah.
"Nanti malam juga udah pergi lagi."
"Gak nginep dulu yah?"
"Enggak Rayna."
"Oke." Rayna memutuskan untuk menutup mulutnya kali ini. Tak tahu harus berbicara apa lagi.
"Pacarmu masih suka main?" Rayna membeku sesaat sebelum akhirnya menjawab. "Iya yah."
"Lain kali kenalin ayah sama dia!"
"Ayah aja gak di rumah," sindir Rayna.
"Ya memang, kerjaan ayah banyak." Rayna mengangguk saja, tak tahu harus merespon seperti apa.
"Kamu sama Raya aman aja kan selama gak ada ayah?"
"Aman yah," jawab Rayna.
Rayna tak berbicara apa pun setelahnya dan memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Untuk Rayna yang sejak kecil jarang bersama ayah, ada atau tidaknya sang ayah tak berpengaruh lagi. Berbeda dengan Raya yang masih terbilang dekat dengan sang ayah.
terus ortua mereka jg blm d jelasin ya kk ?