Andra dan Trista terpaksa menikah karena dijodohkan. Padahal mereka sudah sama-sama memiliki kekasih. Pernikahan kontrak terjadi. Dimana Andra dan Trista sepakat kalau pernikahan mereka hanyalah status.
Suatu hari, Andra dan Trista mabuk bersama. Mereka melakukan cinta satu malam. Sejak saat itu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati mereka. Trista dan Andra terpaksa menyembunyikan kedekatan mereka dari kekasih masing-masing. Terutama Trista yang kekasihnya ternyata adalah seorang bos mafia berbahaya dan penuh obsesi.
"Punya istri kok rasanya kayak selingkuhan." - Andra.
"Pssst! Diam! Nanti ada yang dengar." - Trista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24 - Hampir Saja
Andra menggempur Trista dari belakang. Ia dan istrinya itu telentang miring dalam keadaan menyatu. Andra memegangi salah satu kaki Trista, sehingga keduanya bisa melihat proses penyatuan bersama.
Trista tak berhenti mendesah. Ia berusaha melakukannya sepelan mungkin agar tidak terdengar sampai ke luar, apalagi sampai ke telinga Tika yang berpatroli di luar kamar.
Satu tangan Trista tampak tak berhenti memijat bibir goanya sendiri. Ia dan Andra sudah begitu terbakar gairah. Tak lama Trista merasakan puncak kenikmatan. Itu terasa luar biasa sampai dirinya tak sadar mendesah nyaring. Tubuhnya bergetar hebat.
Belum sempat Trista selesai, Andra ikut menyusul merasakan klimaks. Ia pegang pinggul sang istri dengan erat, lalu memberi hentakan terakhir dengan kuat dan dalam. Cairannya keluar di dalam dan memberikan sensasi hangat yang menjalar di rahim Trista.
Sementara itu, di luar Tika berada di sofa lantai dua. Dari sana dia bisa mendengar suara teriakan Trista tadi. Tika langsung beranjak dari sofa dan berjalan cepat menuju kamar Trista.
"Mbak Trista? Kau baik-baik saja kan?" ujar Tika sembari mengetuk pintu.
Mendengar itu, Trista dan Andra melompat dari ranjang. Keduanya bergegas mengenakan pakaian.
"Aku akan sembunyi!" ujar Andra seraya menyusup ke kolong tempat tidur. Namun dia terkejut saat melihat semvaknya tergeletak di atas meja yang agak jauh dari ranjang. Andra tadi terlalu bersemangat hingga melempar semvaknya kejauhan.
Andra hendak keluar untuk mengambil semvaknya. Namun Trista terlanjur membuka pintu. Sontak Andra tak punya pilihan selain tetap sembunyi.
"Mbak baik-baik saja kan?" tanya Tika.
"Iya... Aku tadi mimpi buruk. Seram banget," kilah Trista sambil tersengal-sengal. Pelipis dan rambutnya juga basah oleh keringat. Keadaan itu meyakinkan pernyataannya tentang mimpi buruk. Padahal keringatnya itu ada bukan karena takut, tapi karena olahraga kuda-kudaan bersama suaminya sendiri.
"Benarkah? Apa mau aku buatkan teh hangat biar tenang?" tawar Tika.
"Nggak usah deh, Tik. Kau sebaiknya tidur. Ini sudah larut malam loh," ujar Trista.
"Maaf mengganggu, Mbak. Aku cemas saat mendengar suara teriakan Mbak tadi. Kebetulan juga aku tadi duduk di sofa nonton tv," jelas Tika.
"Kau sebaiknya tidur, Tik. Aku tahu kau kerja. Jangan terlalu berlebihan. Kau membuatku nggak nyaman," ungkap Trista.
"Sekali lagi maaf..." ucapan Tika terhenti. Atensinya tertuju ke arah semvak merah yang tergeletak di meja. Dahi Tika berkerut sambil memicingkan mata. Memastikan apakah yang dilihatnya memang betul semvak atau tidak.
Trista menoleh karena penasaran dengan yang dilihat Tika. Dia juga gugup kalau jejak Andra di kamarnya tercium. Betapa kagetnya Trista saat melihat semvak Andra ada di meja. Buru-buru Trista mengambil benda itu dan menyembunyikannya ke balik punggung.
"Ini punyaku! Jangan berpikiran macam-macam!" ucap Trista.
"Tapi itu kayak punya pria..."
"Beraninya kau berkomentar terkait privasiku! Aku akan bilang semua ini pada Regan ya!" potong Trista cepat. Hingga membuat Tika menciut. Apalagi Trista sampai menyebut nama Regan.
"Maaf, Mbak. Kalau begitu aku pergi. Selamat malam," pamit Tika.
Trista segera mengunci pintu. Kini dia bisa mendengus lega. Sedangkan Andra bergegas keluar dari kolong tempat tidur.
"Kau ini, Dra! Kok bisa sih semvakmu sampai kelempar ke atas meja?" omel Trista seraya melempar semvak pada pemiliknya.
"Sorry, Tris. Aku terlalu bersemangat. Jadi aku lempar aja asal," tanggap Andra yang segera mengenakan semvaknya.
"Merah lagi warnanya. Menyala banget," tambah Trista.
"Menyala seperti isinya," canda Andra.
Trista yang sempat marah, tak bisa menahan senyum. "Dasar!" balasnya.
"Sekarang, apa kau akan kembali ke kamar lewat jendela lagi?" tanya Trista.
"Entahlah. Aku agak ragu." Andra menggaruk kepalanya karena ragu.
"Bagaimana kalau aku cek keluar? Kalau aman, kau bisa keluar," usul Trista.
"Apa kau lupa? Tika memasang kamera kan di luar sana. Apalagi ada satu kamera yang khusus merekam kamarmu. Aku sebaiknya lewat jendela lagi," ujar Andra.
Trista mengangguk. Dia membiarkan Andra keluar dari jendela. Kali ini perjalanan Andra lebih lancar dari sebelumnya.
Ini adalah konsep cinta tanpa syarat yang fokus pada kebahagiaan mereka yang dicintai, bukan pada keuntungan diri sendiri.
Cinta yang tulus dan ikhlas tanpa menuntut kepemilikan atau balasan, mengutamakan kebahagiaan orang yang dicintai bahkan jika harus merelakannya pergi...👍🤧😭
aku salut
Salah satu bentuk cinta sejati adalah ketika kita bersedia merelakan dan menerima kenyataan bahwa orang yang kita cintai mungkin lebih bahagia dengan orang lain, dan kita harus turut berbahagia untuknya.
Cinta yang tulus bukan hanya soal kebersamaan fisik.
Kadang melepaskan adalah bentuk kasih sayang terbesar, bukti bahwa kamu memegang tangan seseorang, walau pada akhirnya membiarkannya pergi.
Karena cinta sejati adalah memberi kebahagiaan, bahkan dari kejauhan...🤧