NovelToon NovelToon
SERIAL SILAT PENDEKAR

SERIAL SILAT PENDEKAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Ilmu Kanuragan
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ikko Suwais

PENDEKAR Mabuk memiliki nama asli Suto Wijaya Kusuma dan dia adalah seorang pendekar pembela kebenaran dan menumpas kejahatan. Perjalanan nya dalam petualangannya itu banyak menghadapi tantangan dan rintangan yang sering kali membuat nyawa nya terancam. Namun pendekar gagah dan tampan itu selalu punya solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PART 18

TAPI Karena baru kenal, bahkan belum tahu nama si gadis, Maka Suto tak berani lakukan hal itu. Takut dinilai kurang ajar menggunakan kesempatan dalam kedukaan.

"Nona kalau boleh kutahu, siapa namamu dan dari mana asalmu?"

"Satu-satu dulu, ya?" ujarnya dengan nada manja, wajah sedikit terdongak mata memandang Suto yang berdiri di depannya. Suto Sinting mengangguk dengan senyum geli tertahan.

"Mau menjawab pertanyaan saja pakai minta satu-satu jawabannya. Tak usah minta begitu juga memang harus dijawab satu persatu!" gumam Suto dalam hati setengah menggerutu.

"Kau mau tahu namaku lebih dulu atau asalku?"

"Terserah, kau lebih suka menyebutkan nama atau asalmu lebih dulu. Yang jelas, tadi aku sudah memperkenalkan diri sebagai manusia yang bukan kera dan punya nama Suto Sinting."

"lya, aku masih ingat," ucap si gadis bernada manja-manja duka. "Aku berasal dari Kadipaten Buranang, namaku... ah, namaku jelek sekali. Lebih baik tak usah disebutkan saja, ya?"

"Harus kau sebutkan, karena aku tadi sudah menyebutkan namaku. Itu tandanya kita bersahabat, bukan bermusuhan. Apakah kau tak mau bersahabat denganku?"

"Mau, mau...! Mau sekali!" sergah si gadis, tapi akhirnya buru-buru diam dan surutkan wajah, karena segera sadar bahwa kegirangannya bertemu Suto tak boleh di tonjolkan senorak itu.

"Baiklah, akan kusebutkan namaku, tapi kau harus berjanji tak akan menertawakan menghinanya."

"Aku berjanji!" tegas Suto Sinting. Gadis itu segera tundukkan kepala sambil sebutkan namanya.

"Namaku.. Dianti Anggraini."

"Hahh...?!" Suto terperangah. "Nama sebagus itu kok dikatakan jelek?! Edan apa kau ini?!"

"Benarkah namaku bagus?!" si gadis bertanya dengan hati berbunga-bunga, karena ia mencoba melupakan tentang dukanya tadi.

"Oh, nama itu adalah nama yang paling bagus dari sekian nama yang pernah kudengar. Berani sumpah ketiban pohon duit! Itu nama yang paling bagus bagiku!" ujar Suto Sinting, walau dalam hati nya berkata,

"Tapi biar bagaimanapun aku tetap menyukai dan memuji nama Dyah Sariningrum, karena nama itu adalah nama agung dan suci bagiku. Siapalagi orang yang akan mengagungkan dan menyucikan nama calon istrinya kalau bukan si calon suami teladan sepertiku ini?!" Gadis itu berkata dengan senyum masih kaku karena masih ada sisa duka di ujung bibirnya.

"Kau bisa memanggilku: Dian saja."

"Dian..?! Hmmm.. Dian itu pelita, lampu, penerang, dan... dan itu berarti kau akan menjadi gadis yang mampu menerangi hati kekasihnya. Misalnya, menerangi hatiku dan pemuda lain yang kau sukai. "

"Tap... tapi..." Dian mulai merengek sedih lagi.

"Mana mungkin aku bisa menerangi hati Lesmana, karena dia sudah tidak punya hati lagi. Dia sudah hancur menjadi debu dan arang, oooh.... Dianti Anggraini menangis lagi. la segera tundukkan kepala dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Suto Sinting terpaksa membujuknya kembali, namun separo hatinya mulai mengupas tentang kata-kata 'hancur menjadi debu dan arang itu. Pandangan mata Suto pun terlempar ke arah tiga gundukan abu hitam seperti arang sisa api unggun

yang ada di dekat batu itu.

"Benarkah Lesmana menjadi abu?" tanya Suto masih sangsi dengan pengakuan Dian.

"Lihatlah sendiri di bawah batu besar itu. Lesmana, Siswatama dan Sukesni... mereka menjadi abu dan arang setelah bertarung beradu debat dengan orang itu."

"Orang siapa?!" Dian hanya gelengkan kepala karena mulutnya

tersumbat isak tangis yang menyedihkan. Pendekar Mabuk penasaran, maka segera memeriksa tiga gundukan abu dan arang itu. Ternyata dari setiap qundukan abu itu terdapat sisa-sisa kain yang ter-bakar dengan motif masih tampak

membayang, menandakan sebagai pakaian yang hangus terbakar bersama orang yang memakainya. Pada dua gundukan abu juga terdapat arang berbentuk seperti bekas pedang walau sudah menyatu dengan serbuk

"Gila! Slapa yang membakar mereka bertiga sekeji ini?!" gumam Suto Sinting, kali ini hatinya terpukul serius melihat kebenaran kata-kata Dian.

"Siapa yang melakukannya, Dian?! Katakan padaku, siapa orang yang sekeji itu?!" sambil Suto Sinting hampiri gadis itu lagi.

"Aku... aku tak tahu. Aku tak kenal dengan orang itu...!" jawab Dianti sambil mengisak karena masih dibayang-bayangi rasa takut dan duka.

"Bagaimana ciri-ciri orang itu?!"

"Galak, ganas, kejam, sadis, ooh... pokoknya menyeramkan!"

"Maksudku, ciri-ciri pakaiannya atau tubuhnya!"

"Pakaiannya... pakaiannya kalau tak salah berwarna abu-abu kumal. la mengenakan jubah lengan panjang berwarna abu-abu kumal, sepertinya jarang dicuci. Kukunya panjang-panjang berwarna hitam kusam. Ooh... aku ngeri membayangkannya, karena kulihat sendiri dari tempat persembunyianku saat

bayangan orang itu menampar Siswatama dan Su-

kesni,"

"Bayangan orang itu?! Maksudmu bayangan bagaimana?!"

"Orang itu mempunyai bayangan, dan... dan bayangannya bergerak sendiri menampar Siswatama dan Sukesni. Seketika itu pula mereka berdua menjadi abu. Sedangkan orang itu sendiri saat itu sedang menangkis serangan Lesmana. Tapi... tapi akhirnya Lesmana diterjang oleh bayangan orang itu dan ia memekik sambil berasap. Setelah itu menjadi abu seperti itu. Oooh... aku takut, Suto! Aku takuuut...!" Gadis itu akhirnya memeluk Suto Sinting dan tak beranl duduk sendiri di atas pohon tumbang. la menangis dalam pelukan Suto. Kali ini tangisnya lebih berkesan sebagai tangis ketakutan.

Pendekar Mabuk hanya bisa memeluk tanpa berucap kata sepatah pun. Jiwanya masih terpukul oleh pengakuan Dianti tentang bayangan yang dapat menampar sendiri sementara si pemilik bayangan sedang melakukan hal lain.

"Mana mungkin bayangan bisa bergerak tidak sesuai dengan si pemilik bayangan?!" pikir Suto Sinting sambil la memperhatikan bayangan dirinya di tanah yang sedang memeluk Dianti. la mencoba bergerak ke kiri, bayangan itu ikut bergerak ke kiri. la

sengaja olengkan sedikit badannya ke kanan sambil

tetap memeluk Dianti, bayangannya pun ikut bergerak ke kanan.

"Mustahil sekali pengakuan gadis ini. Jangan-jangan... dia gadis tak waras otaknya?!" pikir Suto Sinting mulai sangsi dengan kewarasan otak Dian! Pengakuan itu dinilai sebagai celoteh orang gila yang tak pernah berpikir mustahil dan tak masuk akal"

"Dian, tolong hentikan tangismu dulu. Kita bicarakan dengan..."

Kata-kata Pendekar Mabuk terhenti seketika, karena tiba-tiba matanya melihat sekelebat bayangan yang bergerak di balik semak-semak seberang. Suto Sinting mulai curiga dan berbisik kepada Dianti.

"Tetaplah di sini, aku akan kembali setelah pesan-pesan berikut, eeh... aku akan kembali setelah urusan kecil ini!"

"Apa.. Apa maksudmu? tanya Dianti dengan cemas.

"Aku mau ke sana sebentar."

"Aku ikut, Suto!" rengek Dianti dengan manja. la memegangi tangan Suto Sinting, takut ditinggal kabur.

"Aku hanya sebentar, Dianti. Kau tetap di sini dulu!"

"Aku takut.." rengek gadis itu lagi.

"Aku ikut denganmu, Suto! Aku ikut...." Pendekar Mabuk menarik napas, Membuang kekesalan hatinya dengan hembusan napas panjang. Matanya sesekali melirik ke arah semak-se-mak seberang.

...*...

...* *...

1
arumazam
lucu
arumazam
seru jg
arumazam
mantapppp
Mukmini Salasiyanti
kpn nih up nya, Thor???
☺🙏💪
Mukmini Salasiyanti
Salken, Mas Thor...
mampir yaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!