Nasya Andira, sejak kecelakaan yang membuat kedua orang tua nya meninggal. Nasya terpaksa harus hidup seorang diri, beruntung ia bertemu dengan Olin. Wanita paruh baya yang begitu baik hati dan memberikannya pekerjaan.
Berawal menjadi seorang pelayan di sebuah warung makan mie milik Olin. Nasya memilih untuk pergi ke Jakarta mengadu nasib agar bisa berkuliah dengan bekerja di rumah menantu Olin untuk menjaga kedua cucunya.
Adnan Bimantara, seorang laki laki dewasa. Berstatus dia dengan dua anak. Menerima Nasya bekerja dengan nya karena sudah lelah mengurus kedua anaknya yang begitu nakal dan sering membuat ulah. Adnan berharap bahwa setelah mempekerjakan Nasya, maka pekerjaan nya mengurus kedua anaknya akan berkurang. Namun, nyatanya kini malah dirinya merasa memiliki tiga orang anak.
Bagaimana kisah Nasya menghadapi dua tuyul yang selalu membuat ulah untuk para pekerja nya. Berhasilkah Nasya membuat dua anak itu takluk padanya? Atau malah sang duda yang akan takluk padanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat bekal
...~Happy Reading~...
Seperti biasa, setelah mengantarkan anak- anak nya ke sekolah. Kini Adnan langsung menuju kantor nya bersama dengan Yoga. Nasya tidak ikut, karena ada kelas nya siang. Maka dari itu, Adnan menyuruh Nasya untuk masak di rumah, dan ketika nanti akan berangkat ke kampus harus mengantarkan ke kantor nya karena memang satu arah.
Dan kini, Nasya di buat pusing sendiri karena tidak tahu selera bos nya seperti apa. Selama ini ia masak hanya untuk anak anak asuh nya, bukan untuk bapak nya. Dan untuk masakan nya sehari- hari ia tidak begitu pusing, karena suka tidak suka, apapun yang ia masak, anak anak masih mudah di tipu dan paksa agar tetap makan.
Sangat tidak mungkin bukan, bila ia memaksa Adnan untuk tetap menyukai masakan nya jika tidak enak nanti. Itulah yang membuat Nasya begitu bingung dan frustasi.
“Kamu masak apa aja pasti di makan kok Sya. Karena pak Adnan tidak pernah memilih makanan, hanya saja jangan terlalu berminyak karena dia sangat menjaga kesehatan dan tidak terlalu suka dengan minyak dan santan.” Kata mbok Yem menghampiri Nasya yang kini sedang berjongkok di depan kulkas, meneliti bahan bahan makanan satu persatu.
“Jangan minyak dan santan?” gumam Nasya membeo dan kembali berfikir, “Tapi makanan di goreng, dia masih makan kan mbok?” tanya Nasya lagi.
“Makan, hanya saja jangan terlalu berminyak. Hemm, gimana ya? Makanan berminyak tahu kan kaya, mungkin masakan padang. Itu terlalu banyak minyak dan santan, dan seperti itu pak Adnan gak bisa. Tapi kalau hanya ayam ikan atau apa yang di goreng, dia masih makan walau tidak banyak,” ujar mbok Yem membuat Nasya mengangguk paham.
“Tapi waktu itu, Nasya pernah lihat pak Adnan makan di restauran padang, loh Mbok,” kata Nasya langsung menoleh dan mendongak ke arah mbok Yem.
“Kamu ini ngawur ya Sya. Makanan padang segitu enak nya kok, siapa yang bisa menolaknya. Hanya saja pak Adnan tidak berani makan terlalu sering, hanya sesekali itupun pasti ada yang memaksa nya makan,” ucap mbok Yem yang memamg sudah sangat hafal dengan pola hidup Adnan, “Tapi, kalau ada makanan lain pasti dia akan memilih makanan yang lebih sehat.”
“Oh begitu, ya sudah. Kayaknya Nasya sudah tahu mau masak apa!”
Dengan penuh semangat empat lima, Nasya mulai mengambil beberapa bahan makanan di kulkas dan membawa nya ke meja untuk ia bersihkan. Mengupas dan memotong, Naysa terlihat begitu lihai untuk mengolah beberapa bahan yang ada di depan nya menjadi menu spesial untuk pak bos nya.
Setelah beberapa waktu berlalu, Nasya sudah menyelesaikan masakan nya, ia segera menata nya pada sebuah kotak bekal. Sembari menunggu makanan nya tidak terlalu panas. Nasya segera mandi dan bersiap untuk ke kantor dan kampus tentu nya.
“Sya, udah siap?” tanya Yoga ketika baru saja keluar dari mobil dan melihat Nasya terlihat berjalan terburu buru ketika keluar dari rumah.
“Yoga, kok disini? Gak kerja?” tanya Nasya ketika sudah berhenti di depan Yoga.
“Iya ini aku sedang bekerja Sya, bang Adnan nyuruh aku jemput kamu. Takut kamu nyasar ke kantor nya nanti,” jawab Yoga dan di balas anggukan kepala oleh Nasya.
“Kalau begitu, kenapa gak kamu aja yang bawa makanan ini ke kantor. Sementara aku bisa langsung kuliah!” ujar Nasya memberikan saran, namun dengan cepat Yoga menggelengkan kepala nya.
“Kamu harus antar kan sendiri. Karena habis aku mengantarkan mu, aku harus pergi dulu, dan aku cukup buru buru sebenarnya,” kata Yoga sambil melirik ke arah jam tangan nya.
Nasya pun tidka punya pilihan lain, ia hanya bisa menghela nafas nya kasar lalu segera mengikuti Yoga masuk mobil menuju kantor Adnan.
cerita tidak ber-liku2....