NovelToon NovelToon
Menguasai Petir Dari Hogwarts

Menguasai Petir Dari Hogwarts

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Fantasi / Slice of Life / Action
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Zikisri

Nama Ethan Cross dikenal di seluruh dunia sihir sebagai legenda hidup.

Profesor pelatihan taktis di Hogwarts, mantan juara Duel Sihir Internasional, dan penerima Medali Ksatria Merlin Kelas Satu — penyihir yang mampu mengendalikan petir hanya dengan satu gerakan tongkatnya.

Bagi para murid, ia bukan sekadar guru. Ethan adalah sosok yang menakutkan dan menginspirasi sekaligus, pria yang setiap tahun memimpin latihan perang di lapangan Hogwarts, mengajarkan arti kekuatan dan pengendalian diri.

Namun jauh sebelum menjadi legenda, Ethan hanyalah penyihir muda dari Godric’s Hollow yang ingin hidup damai di tengah dunia yang diliputi ketakutan. Hingga suatu malam, petir menjawab panggilannya — dan takdir pun mulai berputar.

“Aku tidak mencari pertempuran,” katanya menatap langit yang bergemuruh.

“Tapi jika harus bertarung… aku tidak akan kalah dari siapa pun.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zikisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 31 — Pangeran Berdarah Campuran

Menurut Ethan, cadangan sihir berkaitan erat dengan pertumbuhan tubuh seorang penyihir—sesuatu yang bisa meningkat seiring usia. Latihan fisik dan konsumsi bahan magis dari makhluk sihir tertentu juga mampu memperkuatnya. Ia sendiri merasakan peningkatan besar setelah memakan hati naga yang diberikan Hagrid; pengalaman itu membuatnya sadar bahwa Hagrid bisa menjadi sumber “bahan sihir” yang berharga. Sejak saat itu, ia berniat lebih sering berkunjung ke pondok penjaga hutan itu, berharap bisa mendapatkan lebih banyak daging naga.

Namun kekuatan sihir tidak hanya berasal dari tubuh. Intensitas sihir, menurutnya, lebih dipengaruhi oleh tekad dan emosi. Catatan di buku-buku lama menyebut bahwa penyihir yang marah mampu melontarkan mantra serangan dengan kekuatan berkali lipat. Banyak juga penyihir yang condong ke kegelapan karena perasaan mereka memperkuat sihir-sihir terlarang.

Tekad, meski sulit didefinisikan, punya peran besar—dan Ethan tahu, dirinya termasuk yang bertekad kuat.

Sementara itu, kepekaan sihir adalah hal yang ia pelajari langsung dari Profesor Flitwick. Melalui latihan meditasi, pengendalian napas, dan latihan berat yang ia kombinasikan dengan Mantra Levitas (Levitation Charm), Ethan mulai merasakan koneksi yang semakin halus antara tubuh dan sihirnya. Otot-otot yang dilatih membuat energi magis lebih mudah mengalir, meditasi menajamkan persepsi, dan latihan tertunda menjaga sihir tetap aktif serta responsif. Semua itu, ia sadari, adalah inti peningkatan kepekaan magis.

Ethan memutuskan untuk melanjutkan latihan-latihan itu. Ruang bawah tanah Slytherin cukup luas dan tenang untuk berlatih tanpa menarik perhatian. Untuk area latihan mantra, ia menargetkan bisa menguasai seluruh mantra dasar lebih dulu sebelum memilih fokus pada beberapa di antaranya.

Begitu rencananya tersusun rapi, Ethan menenggelamkan diri ke dalam lautan buku-buku tua.

Sementara itu, seminggu berlalu di Hogwarts. Permukaan tampak tenang, tapi benih perseteruan lama antara Gryffindor dan Slytherin mulai terasa di udara. Bisik-bisik kecil, tatapan penuh ejekan di koridor, bahkan beberapa insiden kecil di ruang makan—semuanya menandakan badai yang mendekat.

Suatu siang setelah kelas Mantra, Ethan menghampiri Profesor Flitwick.

“Profesor, saya ingin mencari jurnal Century Charms. Katanya perpustakaan menyimpannya?” tanyanya sopan.

Flitwick mengangguk sambil menurunkan tumpukan buku di tangannya. “Ya, Hogwarts punya koleksi lengkapnya. Tapi edisi yang ada biasanya tertinggal enam bulan dari penerbitan aslinya. Penerbit melakukannya untuk menjaga penjualan. Kalau kamu hanya butuh referensi, bisa pinjam beberapa edisi lama. Oh, kebetulan saya juga membantu meninjau artikel untuk jurnal itu.”

“Oh begitu… kalau saya ingin berlangganan langsung ke penerbit, bagaimana caranya?” Ethan mencondongkan tubuh sedikit, jelas tak ingin menunggu enam bulan hanya untuk membaca jurnal mantra terbaru.

“Bisa saja. Langganan satu tahun harganya dua puluh empat Galleon,” jawab Flitwick sambil tersenyum. “Tidak murah, memang, tapi isinya sepadan. Kalau kamu mau, serahkan uangnya padaku, nanti saya bantu kirimkan surat berlangganannya.”

Ethan menatap profesor itu dengan ekspresi kaget kecil. Dua puluh empat Galleon untuk jurnal sebulan sekali—itu mahal. Daily Prophet saja hanya lima Knut per hari. Tapi rasa ingin tahunya lebih kuat daripada logika ekonominya.

“Baiklah, Profesor,” katanya akhirnya. “Tolong daftarkan saya untuk setahun penuh, dan kalau bisa, sekalian beli enam edisi sebelumnya.”

Flitwick tampak senang. “Luar biasa, Mr. Cross. Semangat belajar seperti inilah yang saya suka!”

Setelah menyerahkan 36 Galleon penuh, Ethan melangkah keluar dari ruang profesor itu dengan dada agak sesak.

“Dua puluh empat Galleon hilang begitu saja…” gumamnya pelan. “Aku benar-benar harus mencari cara untuk dapat uang. Rencana penjualan ramuan itu harus dimulai lebih cepat.”

Malam itu, bukannya langsung ke Aula Besar untuk makan malam, Ethan malah berbelok menuju ruang bawah kastil—menuju ruang kelas Ramuan. Ia tahu tindakannya agak berisiko. Untuk mencari buku mantra lama di kelas Mantra, ia sudah mendapat izin dari Flitwick. Tapi kalau menyusup ke kelas Ramuan tanpa izin Slughorn, itu bisa jadi bumerang besar.

Namun tekadnya sudah bulat.

Ia menunggu sampai lorong sepi, lalu melangkah pelan ke dalam ruang kelas Ramuan kelas enam. Bau bahan kimia dan asap lembap menyergap hidungnya, tapi ia sudah terbiasa. Beberapa kali sebelumnya, ia pernah masuk ke ruangan kelas dua sampai lima, bahkan menemukan resep Veritaserum—ramuan pengungkap kebenaran—terjepit di antara buku-buku tua berdebu.

Ethan mengangkat tongkatnya dan berbisik, “Alohomora.”

Kunci di lemari tua itu berderak pelan dan terbuka. Ia menemukan tumpukan buku teks lawas bertanda Advanced Potion-Making karya Libatius Borage. Semua tampak sama dari luar, tapi ia tahu—nilai sejati buku ramuan terletak pada catatannya.

Ia membuka satu per satu, mencari halaman yang penuh coretan tangan. Dan ketika ia menemukan satu dengan margin penuh tulisan kecil dan formula tambahan, matanya berbinar.

“Ini… luar biasa,” gumamnya. Catatannya rapat, rumit, tapi teratur—sama seperti buku catatan Lily yang dulu ia temukan di kelas Mantra. Ia membalik ke halaman pertama, ingin tahu siapa pemilik buku ini.

Tulisan tinta hitam pudar di sana berbunyi:

“Pangeran Berdarah Campuran.”

Ethan mengangkat alis. “Serius?” katanya pelan, antara geli dan heran. “Siapa pun yang menulis ini, pasti punya ego sebesar naga Norwegia.” Ia tersenyum tipis, teringat pada masa lalu di dunia lamanya—nama-nama daring konyol seperti Pangeran Misterius atau Tuan Bayangan.

Ia menutup buku itu hati-hati, menepuk sampul tuanya yang retak, lalu memasukkannya ke dalam tas.

“Baiklah, Pangeran Sok Penting,” bisiknya. “Kita lihat seberapa bagus resep-resepmu.”

Dan dengan langkah ringan penuh antisipasi, Ethan meninggalkan ruang kelas.

To Be continue...

1
Mike Shrye❀∂я
wiiih tulisan nya rapi..... semangat
Zikisri: makasih atas penyemangat nya kk🤭
total 1 replies
Opety Quot's
di tunggu chapter selanjutnya thor
Sertia
Mantap/Good/ lanjutkan
Iqsan Maulana
lumayan bagus ni😁
Iqsan Maulana
next Thor
Hani Andini
next..
king_s1mbaaa s1mbaa
tambahin chapter nya thor...
Reyhan Ramdhan
lanjut thor👍
Zikisri: siap💪
total 1 replies
Reyhan Ramdhan
Bagus, Sangat Rekomen/Good/
Zikisri: thanks 👍
total 1 replies
I Fine
lebih banyak chapter nya thor/Shy/
I Fine
next chapter nya thor💪
Zikisri: Oke 👍
total 1 replies
Niat Pemulihan
nice
Evan Setyawan
Lanjutannya thor👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!