Clara Adelin, seorang gadis bar bar yang tidak bisa tunduk begitu saja terhadap siapapun kecuali kedua orangtuanya, harus menerima pinangan dari rekan kerja papanya.
Bastian putra Wijaya nama anak dari rekan sang papa, yang tak lain adalah musuh bebuyutannya sewaktu sama sama masih kuliah dulu.
akankah Clara dan Bastian bisa bersatu dalam satu atap? yuk simak alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Martha ayunda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ketakutan Bastian.
"cari siapa ya?." Edy menatap Bima yang berdiri di depan pintu pagar.
"loh kamu kan tukang ojeknya anak saya ya?." imbuh pria itu sembari memperhatikan motor Bima.
"eh iya pak, eh om. Saya tukang ojeknya dek Clara." jawab Bima sambil garuk garuk tengkuknya.
(gila bener, penampilan sekeren ini, motor gede, masih dibilang kang ojek, apa emang tampang gue kayak kang ojek ya? Jadi barang branded pun berasa beli di pedagang kaki lima!.) batin Bima.
"jadi kamu mau apa kesini? Sepertinya anak saya gak ada rencana mau keluar?." tanya Edy lagi.
"ehmm... Saya mau cod pak eh om."
"cod?." cod apa?." Edy mengernyitkan keningnya.
"cod hati saya untuk dek Clara om. Heheheh." jawab Bima cengengesan.
"jangan macam macam kamu ya! anak saya itu sudah punya tunangan, mau tak gunting jambulmu itu!." mata Edy melotot sembari mengacungkan gunting di tangannya.
" e e e.... Ampun om, saya memang cinta sama anak om."
"apa?." Edy makin geram lalu hendak menyerang Bima.
"eh hentikan om, dia teman saya!." teriak ria.
"papa, dia teman kita." Clara segera berlari menyusul ria yang lebih dulu keluar dari dalam rumah.
"teman apa orang dia bilang suka sama kamu! kalian jangan main api ya kalau gak mau masak! Eh."
"ck! Papa ini apa apaan sih, dia Bimbim teman Clara dan Ria, kami mau membahasnya sesuatu makanya dia Clara undang untuk datang kemari." ucap Clara sembari mengedipkan matanya agar Bima mengiyakan ucapannya.
"betul om, kita ada bisnis." sahut Bima.
"awas ya kalau ada sekam dalam api!." ancam Edy.
"kebalik om, api dalam sekam." balas Bima.
"eh kok ngatur ya?." Edy kembali melotot.
"iya deh om iya, sekam dalam api." Bima cengar cengir sambil membuntuti Clara berjalan ke teras rumah.
"Clara, jangan ajak dia masuk, ingat! Jika ada dua orang dewasa di satu ruangan, itu artinya ada yang ketiga, yaitu setan!." ujar Edy seraya kembali berjalan menuju deretan tanamannya.
"eh saya dong setannya?." ria menunjuk ke dadanya sendiri sambil menatap mereka satu persatu.
"hahahaha... Lu emang pantas jadi setan!." kelakar Bima.
"kejam!." ria memasang wajah sedih sambil menepuk nepuk dadanya.
"udah udah ayo duduk, entar papa berubah pikiran malah kalian diusir loh!." sergah Clara.
"tunggu sebentar, elu ngapain ada di rumah ini ria?" Bima yang baru sadar langsung menatap ria dengan tatapan heran.
"lah kak Bima sendiri mau apa datang kesini pagi pagi?." ria balik bertanya.
"ck! Bisa gak sih berhentikan debat!." Clara kembali menengahi.
"Sorry sorry." Bima mengangkat kedua tangannya lalu duduk sambil tersenyum manis agar Clara tidak sewot.
"kalian berdua ini sudah lama saling kenal?." tanya Clara.
"lama banget, mulai dari dia masih ingusan." jawab Bima sekenanya.
"ck! kenal di jalan doang! Kak Bima ini orangnya tuh sombong banget kak." adu ria.
"eh, emang gue harus hello say gitu tiap ketemu Ama loe?." Bima melotot tak terima dikatakan sombong.
"udah kelihatan sih, kalau menurut aku dia ini bukan sombong, tapi lebih ke songong!." ledek Clara lalu tertawa bersama ria.
"songong pas belum kenal ajah kan?." Bima menyugar rambutnya sok cool.
"ya udah terserah kamu, btw kamu ada perlu apa kesini pagi pagi?." tanya Clara menyudahi candaannya.
"nggak mau ngapa ngapain sih sebenarnya, cuma khawatir saja kenapa kamu gak mau balas chat aku dari semalam."
"cieee... Yang gak dibalas chatnya langsung on the way." ledek ria.
"gue botakin tau rasa loe!." mata Bima melotot sambil mengangkat satu tangannya kearah ria.
"apa sih?." cibir ria.
"semalam aku maraton Drakor, biasalah kegiatan cewek kalau malam Minggu, jangankan chat kamu, ada badai petir pun kita nggak akan menggubrisnya." ujar Clara.
"kirain kamu lagi jalan sama si dia." ucap Bima sembari memalingkannya wajah karena grogi.
"ya di apelin dong, ngapain kesini pagi pagi, ah dasar nggak punya nyali." lagi lagi ria mencibir.
"sstt! Gue kagak berani, papanya galak." bisik Bima yang langsung mengundang gelak tawa kedua gadis itu.
"ih malah pada ketawa lagi!." Bima menoleh kearah Edy yang kebetulan juga sedang menatap kearah mereka.
"eh ria, elu apain uang yang loe dapat waktu taruhan dulu itu?." Bima mengalihkan pembicaraan.
"mau gue beliin motor kayak punya kakak, tapi masih kurang banyak, semalam kakak nggak Dateng sih, jadi aku cuman menang dikit doang."
"males banget gue, udah kalah sama si ratu jalanan, jadi gue ngerem aja dirumah." balas Bima.
"ngapain males, toh waktu itu aku cuma mau ngambil tasku doang kok, nggak ada niat buat ngrebut kedudukan kamu." ujar Clara.
"entah semenjak kenal sama kamu aku jadi males aja, mending diem di kamar sambil ngebayangin wajah cantik kamu Cla."
"cieee! Jurus jitunya udah mulai di keluarin nih?." seru Ria.
"apa sih kamu Bimbim!." Clara langsung menunduk karena pipinya terasa panas mendengar gombalan receh Bima.
"kak, kakak cocok loh sama kak Bima, kak Clara kan cantik imut imut, kak Bima nya ganteng, serasi banget deh pokoknya." ujar ria yang justru mendukung Bima.
"beneran ri? kamu nggak bohong kan?." Bima langsung sumringah menanggapi ucapan gadis itu.
"iya bener!."
"ria, kamu ini ngomong apa, lihat nih!." Clara memamerkan cincin yang melingkar di jari manisnya karena dia tidak mau memberi harapan palsu ke cowok.
"yaa... Sayang banget deh." ria tampak kecewa.
sedang asyik asyiknya mengobrol tiba tiba sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah Clara, mereka bertiga sontak menoleh bersamaan.
Tak berselang lama keluar seorang pria tampan memakai kemeja hitam kaca mata hitam di padukan dengan celana jins warna biru, Bima yang tadinya terlihat bahagia langsung berubah masam.
(Curut itu lagi.) batinnya dalam hati.
"kak, itu siapa?." tanya ria yang belum pernah melihat Bastian.
"pulang yuk ria, dia itu tunangannya Clara." ajak Bima sembari menggandeng tangan ria.
"ih! Gue ogah ya dijadikan pelarian!." tepis ria.
"entar gue traktir deh!" bujuk Bima.
"kalian pada ngapain sih, udah diem sini aja." ucap Clara sembari bangkit berdiri.
"eh nak Bastian, mari silahkan. Tuh si Clara sudah nunggu dari tadi." sapa Edy yang baru selesai merawat tanamannya.
"iya om makasih." Bastian mengangguk sopan sembari berjalan menuju teras sedangkan Edy masuk lewat pintu garasi.
"pagi Cla." sapa Bastian, mata pria itu menatap tidak suka kearah Bima dan ria.
"pagi juga, silahkan duduk." Clara langsung duduk di sebelah ria.
"Cla gue balik dulu ya." tiba tiba Bima bangkit lalu mengulurkan tangannya ke Clara.
"oh yaudah, sorry ya."
"iya nggak apa apa."
"lu mau bertahan disini?." bisik Bima ke ria yang masih duduk anteng sambil memperhatikan Bastian.
"eh iya gue balik juga deh, ayo kak katanya mau traktir." ria pun bergegas berdiri lalu mengikuti Bima yang ngeloyor pergi tanpa menyapa Bastian.
"iya entar gue traktir es cendol mang Jupri." sahut Bima sembari memakai helm.
"ck! Kirain steak gitu!." sungut ria yang sedang memutar sepeda listriknya.
"pulang dulu cla!." pamit Bima yang langsung tancap gas keluar dari halaman rumah Clara.
"bye... Hati hati." ucap Clara sembari melambaikan tangannya.
"bye bye kak." ujar ria yang ikut keluar.
"bye." Clara tersenyum sambil memandangi keduanya yang mengendarai motor dan sepeda listrik beriringan.
Setelah mereka menghilang di tikungan gang, Clara langsung kembali ke teras lalu duduk di kursi, Bastian masih diam sambil memperhatikan Clara.
(sepertinya aku harus mendesak papa dan mama supaya mempercepat pernikahan kami.) batinnya yang tidak mau Clara terus menerus dekat dengan Bima.