NovelToon NovelToon
Rempah Sang Waktu

Rempah Sang Waktu

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Istana/Kuno / Reinkarnasi / Cinta Beda Dunia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author:

Seorang Food Vlogger modern yang cerewet dan gila pedas, Kirana, tiba-tiba terlempar ke era kerajaan kuno setelah menyentuh lesung batu di sebuah museum. Di sana, ia harus bertahan hidup dengan menjadi juru masak istana, memperkenalkan cita rasa modern, sambil menghindari hukuman mati dari Panglima Perang yang dingin, Raden Arya.

Season 2 : 04. Tamu Tak Diundang di Kota Tua

Kawasan Kota Tua Jakarta siang itu terasa terik dan berdebu. Di balik pagar seng penutup proyek, sebuah gedung kolonial tua sedang “dibedah”.

Kirana memarkir mobilnya di area tamu. Ia mengenakan kemeja putih longgar, celana jeans, dan sneakers. Santai, tapi siap tempur. Ia meraba dadanya, memastikan kalung cincin merah delima itu tersembunyi aman di balik bajunya.

“Oke, Kirana. Tarik napas. Ini cuma kunjungan proyek biasa. Bukan perang Bubat,” gumamnya menyemangati diri sendiri.

Ia berjalan menuju pos keamanan, menunjukkan kartu nama Arya yang diberikan kemarin. Satpam langsung mengangguk hormat.

“Silahkan, Mbak. Pak Arya ada di lantai 2, di area balkon barat.”

Kirana memakai helm keselamatan (safety helmet) kuning yang disodorkan Satpam, lalu masuk ke dalam gedung. Aroma semen basah, debu bata, dan kayu tua langsung menyergap hidungnya.

Bagi orang lain, ini bau proyek. Bagi Kirana, ini bau kenangan. Struktur bangunan ini mengingatkannya pada arsitektur kokoh Majapahit, meski gayanya Eropa.

Di ujung lorong lantai dua, ia melihatnya.

Arya Baskara sedang berdiri menghadap jendela besar tanpa kaca. Ia sedang berdiskusi serius dengan dua insinyur sipil. Tangannya menunjuk-nunjuk ke arah kerangka atap, wajahnya serius, alisnya berkerut tajam.

Lengan kemeja birunya digulung, memperlihatkan otot lengan yang menegang saat ia menunjuk sesuatu. Keringat membasahi pelipisnya.

Kirana menelan ludah. Gila. Versi modern ini rupanya gak ada obat.

Arya menoleh, seakan merasakan kehadiran Kirana. Tatapan matanya yang tadinya tajam pada insinyur, melembut seketika saat mendarat di wajah Kirana.

“Istirahat dulu 15 menit,” perintah Arya pada bawahannya.

Para insinyur bubar. Arya berjalan menghampiri Kirana, melepas sarung tangan kerjanya.

“Kamu datang,” sapanya. Singkat, padat, tapi ada nada lega di sana.

“Kan diundang Pak Bos,” canda Kirana. Ia mengetuk helm kuning di kepalanya. “Gimana? Udah pantes jadi kuli bangunan belum?”

Sudut bibir Arya terangkat tipis. “Helmnya kegedean. Kamu kelihatan kayak jamur.”

“Heh! Mulutnya ya, pedes bener kayak seblak level lima!”

Arya tertawa pelan—pemandangan langka yang membuat jantung Kirana berdesir.

“Ikut saya,” ajak Arya. “Ada yang mau saya tunjukkan.”

Arya membawa Kirana ke balkon barat. Dari sana, terlihat pemandangan alun-alun Fatahillah yang ramai. Namun bukan itu poinnya. Arya menunjuk ke sebuah relief ukiran di dinding balkon yang sedang di bersihkan.

“Liat, motif ini,”kata Arya, jarinya menyusuri ukiran bunga teratai di batu itu. “Ini aneh. Gedung ini dibangun Belanda tahun 1800-an. Tapi motif bunganya…ini motif Majapahit Kuno. Surya Majapahit.”

Kirana mendekat, mengamati ukiran itu. Benar. Itu simbol yang sama dengan koin emas pemberian Prabu Wirabumi.

“Mungkin…arsiteknya dulu diam-diam rindu rumah?”gumam Kirana.

Arya menoleh, menatap profil wajah Kirana dari samping.

“Atau mungkin…sejarah itu berulang,” bisik Arya. “Semalam saya mimpi lagi, Kirana. Mimpi tentang tempat ini. Tapi bukan sebagai gedung Belanda. Sebagai pendopo kayu yang luas.”

Arya melangkah maju, memangkas jarak diantara mereka. Matanya mencari jawaban di mata Kirana.

“Dan di mimpi itu…ada kamu. Kamu lagi duduk di sana,” Arya menunjuk sudut balkon yang kosong. “Kamu lagi ngupas mangga muda. Dan saya…saya lagi ngasah pisau.”

Napas Kirana tercekat. Itu memori asli! Itu kejadian di Paviliun Cakra sebelum insiden racun!

“Apa yang kamu rasain di mimpi itu, Ar?” Tanya Kirana pelan.

“Takut,” jawab Arya jujur, suaranya merendah. “Saya takut pisau itu melukai kamu. Perasaan ingin melindungi itu…rasanya nyata banget. Sampai pas saya bangun masih keingetan.”

Arya mengangkat tangannya, ragu-ragu ingin menyentuh pipi Kirana, seolah ingin memastikan gadis di depannya ini nyata dan tidak akan terluka oleh pisau yang di mimpi.

“Kirana…siapa kita sebenarnya?”

Jari Arya sudah hampir menyentuh kulit pipi Kirana. Atmosfer di antara mereka begitu intens, seolah waktu berhenti berputar.

TAK. TAK. TAK

Suara langkah sepatu hak tinggi yang beradu dengan lantai semen memecah keheningan magis itu.

“Arya!”

Suara wanita yang melengking manja menggema di lorong kosong.

Arya tersentak, menarik tangannya kembali secepat kilat. Wajahnya berubah kaku. Kirana menoleh ke arah sumber suara.

Seorang wanita muncul dari balik pilar.

Ia cantik. Sangat cantik dengan cara yang mengintimidasi. Rambut hitam panjangnya bergelombang sempurna, make-up flawless meski di tengah debu proyek. Ia mengenakan dress batik modern pas badan yang harganya pasti lebih mahal dari gaji Kirana setahun, dipadu dengan blazer putih bersih yang disampirkan di bahu.

Dyandra.

Mata Kirana membelalak. Bukan karena kecantikannya, tapi karena aura-nya.

Tatapan mata kucing itu. Senyum miring yang meremehkan itu.

Dyah Ayu Sekar.

Tubuh Kirana bereaksi otomatis. Punggungnya merinding, perutnya mual. Trauma lima abad lalu menghantamnya. Ia mundur selangkah, bersembunyi di balik bahu Arya tanpa sadar.

Dyandra berjalan mendekat, matanya langsung memindai Kirana dari ujung kaki ke ujung kepala dengan tatapan jijik yang tak disembunyikan.

“Siapa ini, Ar?”tanya Dyandra, suaranya halus tapi berbisa. Ia berdiri tepat di samping Arya, lalu melingkarkan tangannya di lengan Arya dengan posesif—mengklaim wilayahnya. “Karyawan magang baru? Kok nggak pake seragam?”

Arya terlihat risih. Ia melepaskan tangan Dyandra pelan. “Bukan, Dyan. Ini Kirana. Teman saya?”

“Teman?” Dyandra tertawa kecil, tawa yang membuat bulu kuduk Kirana berdiri. “Sejak kapan kamu punya teman cewek yang diajak main ke proyek kotor gini? Biasanya kamu steril banget.”

Dyandra mengulurkan tangannya pada Kirana. Kukunya dicat merah darah—warna yang mengingatkan Kirana pada insiden air kunyit.

“Kenalin. Saya Dyandra. Klien VIP Arya, sekaligus…calon partner masa depannya,” ucap Dyandra penuh penekanan pada kata ‘partner’.

Kirana menatap tangan itu. Ia ragu. Tapi ia bukan lagi pelayan istana yang bisa diinjak-injak. Ia adalah Kirana dari masa depan.

Kirana menjabat tangan itu tegas. “Kirana. Cuma teman makan nasi goreng Arya.”

Alis Dyandra terangkat sebelah. “Nasi goreng? Oh…selera rakyat jelata ya. Arya kan biasanya makan steak atau sushi sama saya.”

Serangan pertama diluncurkan. Merendahkan status sosial. Khas Dyah Ayu.

“Dyan, cukup,” potong Arya tegas. Suaranya kembali dingin, mode ‘Bos Galak’ aktif. “Kamu ngapain kesini? Kita nggak ada jadwal meeting.”

“Papa minta aku jemput kamu,” Dyandra beralih manja pada Arya, mengabaikan Kirana seolah gadis itu cuma butiran debu. “Kita harus ke bandara dua jam lagi. Penerbangan ke Singapura di majuin. Kamu belum cek email ya?”

Arya mengecek ponselnya. “Sial. Mendadak banget.”

“Namanya juga bisnis miliaran, Sayang. Harus gerak cepat,” Dyandra tersenyum menang. Ia melirik Kirana. “Nah, Mbak Kirana…maaf ya. Arya harus kerja. Urusan orang dewasa. Main-mainnya di lanjut kapan-kapan aja ya.”

“Dyandra, jaga sopan santunmu,” tegur Arya tajam. Ia menatap Kirana dengan rasa bersalah. “Kirana, maaf. Saya…”

“Nggak apa-apa, Ar,” potong Kirana cepat. Ia tidak mau terlihat lemah di depan reinkarnasi musuhnya. “Pergilah. Kerja itu penting.”

“Tuh kan, dia ngerti,” Dyandra menarik lengan Arya. “Ayo, supirku udah nunggu dibawah. Koper kamu udah diambil asistenku dari apartemen.”

Arya tidak punya pilihan. Ia profesional. Ia tidak bisa membatalkan pertemuan bisnis besar karena urusan pribadi.

“Saya hubungi kamu nanti,” kata Arya pada Kirana sebelum diseret pergi oleh Dyandra.

Kirana berdiri mematung di balkon berdebu itu. Ia melihat punggung Arya menjauh, dengan Dyandra yang menempel erat disisinya seperti lintah.

Sebelum menghilang di tikungan tangga, Dyandra menoleh ke belakang. Menatap Kirana. Dan ia tersenyum.

Senyum yang sama persis dengan senyum Dyah Ayu saat menjatuhkan sendok sayur Kirana di dapur istana. Senyum yang berkata : “Kamu tidak akan menang melawanku.”

Kirana mengepalkan tangannya. Cincin di balik bajunya terasa panas.

“Oke, Dyah Ayu. Atau Dyandra. Atau siapa pun nama lo sekarang,” desis Kirana pada angin kosong. “Lo pikir lo bisa menang cuma karena lo kaya dan punya kuasa?”

Kirana mengambil ponselnya, membuka kamera depan, dan merapikan rambutnya yang berantakan karena helm proyek.

“Gue udah pernah ngalahin lo pake kunyit dan kapur sirih. Kali ini…gue bakal ngalahin lo pake cara gue sendiri.”

Perang telah di mulai. Bukan lagi soal racun dan santet, tapi soal status, manipulasi, dan memori yang hilang.

1
Roro
yeee ketemu lagi arya sama kirana
Roro
keren sumpah
NP
Makasih banyak ya kak 🥰🔥
Roro
wahhh ternyata nanti berjodoh di masa depan 😍😍😍
NP: 🤣🤣 tadinya mau stay di masa lampau kirana nya galau 🤭
total 1 replies
Gedang Raja
tambah semangat lagi ya Thor hehehe semangat semangat semangat
Roro
akan kah kirana tinggal
Roro
ayo thor aky tungu update nya
Roro
gimana yah jadinya, apa kita akan bakal pulang atau bertahan di era masa lalu.
NP: Hayoo tebak, kira kira Kirana pilih tinggal di masa lalu atau masa depan?
total 1 replies
Roro
Arya so sweet
Roro
panglima dingin.. mancair yah
NP
Ditunggu ya kak hehehe.. makasih udah suka cerita nya😍
Roro
aku suka banget ceritanya nya Thor, aku tunggu lanjutan nya
Roro
lanjut thor
Roro
kok aku suka yah sama karakter Kirana ini
Roro
ahhhsetuju Kirana
Roro
bagus ceritanya aku suka
Roro
keren thor
Roro
keren jadi semngat aku bacanya, kayak nya tertular semangat nya Kirana deh
NP: Makasih banyak kak Roro😍🙏
total 1 replies
Roro
fix Kirana berada di abad ke 14
Roro
jangan jangan Kirana sampai ke abad 14
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!