Di hari ketika dunia runtuh oleh Virus X-Z, kota berubah menjadi neraka. Zombie berkeliaran, manusia bertahan mati-matian, dan pemerintahan hancur dalam hitungan jam.
Di tengah kekacauan itu, Raka, seorang pria yang seluruh hidupnya terasa biasa, tiba-tiba mendapatkan Zombie Hunter System—sebuah sistem misterius yang memungkinkannya melihat level setiap zombie, meningkatkan skill, dan meng-upgrade segala benda yang ia sentuh.
Saat menyelamatkan seorang wanita bernama Alya, keduanya terjebak dalam situasi hidup-mati yang memaksa mereka bekerja sama. Alya yang awalnya keras kepala perlahan melihat bahwa Raka bukan lagi “orang biasa”, tetapi harapan terakhir di dunia yang hancur.
Dengan sistemnya, Raka menemukan kendaraan butut yang bisa di-upgrade menjadi Bus Tempur Sistem:
Memperbesar ukuran hingga seperti bus lapis baja
Turret otomatis
Armor regeneratif
Mode penyimpanan seperti game
Dan fitur rahasia yang hanya aktif ketika Raka melindungi orang yang ia anggap “pasangan hidup”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Yudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ledakan System
Lorong apartemen itu kini berubah menjadi medan perang sempit yang penuh bayangan bergerak. Cahaya biru dari tubuh Raka memantul di dinding-dinding retak, menciptakan efek kilat yang membuat setiap gerakan zombie semakin terlihat jelas—dan semakin menakutkan.
Alya masih memeluk pinggang Raka dari belakang, tubuhnya bergetar hebat. Ia bisa merasakan suhu tubuh Raka naik, seperti ada energi panas yang mengalir di bawah kulitnya. Sistem Raka yang biasanya tenang kini bersinar lebih terang, tanda ia mengaktifkan mode kekuatan yang sebelumnya belum pernah ia pakai sepenuhnya.
Zombie-zombie kecil itu—yang bergerak seperti laba-laba—menghentikan langkah mereka sejenak, seolah menilai bahaya yang sedang berdiri di hadapan mereka.
Raka bergerak duluan.
Ia menjejak lantai.
DUARR!
Lantai retak memanjang. Gelombang energi biru menyebar dalam satu hentakan, membuat tubuh zombie terdekat terpental dan menabrak dinding, beberapa langsung hancur seperti boneka rapuh.
Alya menjerit kecil karena getarannya sampai ke tulang.
“Raka! Kamu serius mau lawan semuanya!?”
“Tentu saja,” jawab Raka sambil menegakkan tubuh. “Aku nggak mau kita mati cuma karena makhluk kecil begini.”
Zombie-laba-laba itu mengeluarkan suara desisan seram, lalu semuanya berlari bersamaan. Gerakannya seperti kilatan hitam yang merayap di sepanjang dinding, lantai, bahkan langit-langit.
Tapi Raka tak bergeming.
Ia mengangkat tangan kanan.
[System Skill: Shock Burst]
Ledakan listrik biru meledak dari telapak tangannya.
BOOOM!
Cahaya membutakan memenuhi lorong. Dua puluh zombie kecil terhempas sekaligus, tubuh-tubuh mereka terbakar hingga menghitam sebelum akhirnya ambruk mengeluarkan bau gosong.
Alya menutup mata sambil menahan napas. “Gila… kekuatannya makin kuat!”
“Aku upgrade kemarin,” kata Raka dengan nada seolah membicarakan barang belanjaan. “Kayaknya lumayan ya?”
Alya ingin memukulnya, tapi terlalu takut untuk bergerak dari belakang Raka.
Tapi itu belum selesai.
Suara yang sama dari Bab 11 terdengar lagi.
KRAAAAK… KREK KREK KREK…
Alya langsung membeku.
“Raka…”
“Aku tahu,” jawab Raka cepat.
Dari kamar yang tadi mereka datangi, sosok “Lina” muncul dengan bentuk yang sudah berubah lebih drastis daripada sebelumnya. Tulang punggungnya memanjang seperti ular, kepala terkulai terbalik, dan mulutnya robek sampai mencapai telinga. Tubuhnya bergerak bukan seperti manusia—melainkan seperti seekor serangga raksasa.
Alya menutupi mulut. “Itu… mutasinya cepat banget…”
Zombie-mutasi itu menatap mereka dengan mata putih mati.
Lalu ia berteriak.
Bukan teriakan biasa.
Teriakan yang memecahkan udara seperti gelombang sonik.
“KHHHAAARRAAAAAAAA—!!!”
Cahaya lampu emergency padam seketika. Seluruh lorong bergetar seperti gempa mini. Dari balik ventilasi dan kamar lain, muncul zombie laba-laba baru—lebih banyak, lebih besar.
Alya mundur. “R-Raka, dia panggil bantuan! Kita harus keluar!”
Raka tahu itu. Tapi pintu depan masih terkunci otomatis.
Dinding di kiri mereka retak. Beberapa zombie merayap keluar. Dari langit-langit, muncul tiga kepala sekaligus.
Alya menunduk ketakutan. “Rak… mereka terlalu banyak…”
Raka menangkup dagu Alya, memaksanya menatap matanya.
“Alya.”
Suara Raka tenang. Tak terguncang. “Pegang aku erat. Apa pun yang terjadi, jangan lepas.”
Alya mengangguk cepat.
Raka menarik napas dalam, lalu memfokuskan seluruh energinya.
[System Core: 30% Release]
Tubuh Raka langsung bersinar lebih terang, hampir menyilaukan. Sinar biru itu membentuk pola serupa armor tipis di lengan, dada, dan punggungnya.
Alya menatapnya terkejut. “Raka… kamu pakai mode itu!?”
“Ya. Ini pertama kali.”
Raka tersenyum tipis. “Dan semoga bukan terakhir.”
Zombie-mutasi “Lina” mengeram sebelum melompat ke arah mereka. Kecepatannya luar biasa—lebih cepat dari peluru pistol biasa.
Raka mengayunkan tangan kanan.
BRUTAAAK!!
Pukulan itu membuat seluruh tubuh mutan terlempar ke dinding seberang lorong, menghancurkan beton seperti styrofoam.
Alya kaget. “Raka, kamu—kamu ngancurin dinding!? Gitu!?”
“Semoga gedungnya nggak roboh,” gumam Raka sambil melihat sekeliling.
Zombie kecil lain menerjang, tapi Raka
kini bergerak lebih cepat.
Ia berlari sambil menarik Alya, dan setiap zombie yang mendekat dihantam kilatan listrik dari tubuhnya.
DEZZ!
DEZZ!
TRAAAK!!
Alya memeluknya semakin erat. Tubuh Raka benar-benar seperti mesin perang hidup. Setiap pukulan seperti ledakan kecil.
Tapi zombie-mutasi “Lina” bangkit lagi.
Kali ini, dengan tubuh yang berubah lebih menyeramkan. Tulang rusuknya meregang, lalu membuka seperti sayap patah. Dari dalam tubuhnya muncul lidah panjang seperti tentakel.
Alya menelan ludah. “Apa itu masih manusia…?”
“Bukan.”
Raka menurunkan posisinya. “Dan dia nggak akan membiarkan kita pergi.”
Mutan itu berteriak lagi.
Lorong bergema.
Lantai bergetar.
Raka membuat keputusan cepat.
“Tidak bisa lewat pintu. Kita keluar… lewat dinding.”
Alya terbelalak. “LEWAT APA!?”
Raka mengangkat tangan.
[System Skill: Impact Fist]
Tinju Raka menghantam dinding sebelah kanan sekuat tenaga.
BOOOOOM!!
Bagian dinding rontok, membentuk lubang besar yang langsung mengarah ke hujan dan kegelapan luar.
Angin dingin menerpa mereka. Tinggi lantai: sekitar 3 meter dari tanah.
“Tutup mata, Alya!”
“A-Aku takut—”
“Peluk aku!”
Alya langsung memeluk Raka seerat mungkin.
Raka melompat.
Mereka jatuh ke tanah basah tepat ketika zombie-mutasi itu menabrak tepi lubang dari dalam.
Alya jatuh bersama Raka di genangan air. Nafasnya terengah-engah.
Raka bangkit duluan, mengangkat Alya. “Kamu nggak apa-apa?”
“Aku…” Alya memegang dadanya. “…Masih hidup.”
Raka tersenyum. “Bagus.”
Namun suara pecahan beton membuat mereka menoleh.
Zombie-mutasi “Lina” merangkak keluar dari lubang. Sekarang tubuhnya benar-benar berubah menjadi seperti makhluk bukan manusia—tulang dan dagingnya berputar, berlipat, dan memanjang tidak wajar.
Alya memekik. “Raka! Ayo pergi!”
Raka mengangguk. Mereka berlari menuju kendaraan.
Namun mutan itu bergerak empat kali lebih cepat dari zombie biasa. Ia meloncat turun ke tanah, menciptakan cekungan kecil karena berat tubuhnya yang berubah.
Raka membuka pintu kendaraan dan mendorong Alya ke dalam. “Masuk dulu!”
Alya masuk sambil gemetaran.
Raka menoleh. Mutan itu sudah setengah jalan mendekatinya.
Raka masuk ke jok pengemudi dan menekan tombol start.
SYSTEM MOBIL — ACTIVE
Lampu biru menyala. Mesin menderu seperti hewan buas.
Mutan itu melompat.
Alya menjerit. “RAKAAA!”
Raka membanting pedal gas.
DUUUAAAARRR!!
Mobil menyeruduk mutan itu tepat di tengah tubuh, menghancurkan tulang rusuknya. Tubuh mutan terpental beberapa meter, menghantam mobil rusak di sisi jalan.
Raka tidak berhenti. Ia memutar setir dan kembali menabrak mutan itu sekali lagi.
BRAAAAAAK!!
Mutan itu akhirnya hancur.
Alya menutup mata sambil menangis lega.
Raka menarik napas panjang. Energi biru di tubuhnya perlahan memudar.
“Sudah… selesai…” katanya pelan.
Namun radar mobil berbunyi cepat.
BIP—BIP—BIP—BIP!!
Alya langsung menatap layar.
“R-Raka… ada titik merah… banyak… banget…”
Raka menahan napas ketika melihat radar.
Puluhan… tidak… ratusan titik merah berada di sekitar gedung apartemen.
Dan semuanya bergerak cepat menuju lokasi mereka.
Alya tercekik ketakutan. “Mereka—mereka datang!? Bukannya mutan itu udah mati?!”
Raka menatap layar radar dengan wajah serius.
“…Mutasi itu… bukan komandan.”
Alya membeku.
Raka menggenggam setir lebih kuat.
“Ini berarti… ada sesuatu yang jauh lebih besar. Lebih kuat. Dan itu… sedang bergerak ke arah kita.”
Alya memegang tangan Raka. “Rak… apa yang harus kita lakukan?”
Raka menyalakan mode kecepatan mobil.
“Kita kabur dari sini dulu.”
Mobil melaju cepat menembus hujan malam.
Dan dari kejauhan… di atas gedung yang runtuh… sebuah bayangan raksasa berdiri memperhatikan mereka pergi.
—BERSAMBUNG KE BAB 13—
semangat thor