Sudah di zaman kapan ini masih ada kata "dijodohkan"....
Wah.... ternyata orangtua ku masih sejadul itu, dan juga kenapa coba harus aku???
Abang dan juga kakak ku bahkan adik ku memilih pasangan hidupnya masing-masing...
"Ya Bu nanti aku pulang untuk makan malamnya''..." gitu dong anak ibu" jawab ibu diseberang telpon...
Bagaimana kisah cinta Naira apakah jadi berjodoh dan bahagia????
Yuk baca ceritanya.....
Maaf y masih karya pertama...
Mohon kritik yang membangun dan yang baik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelis Rawati Siregar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Sah
Disebuah ruang tamu sebuah rumah yang sudah di dekor untuk sebuah acara ijab kabul. Diruang tamu itulah sebentar lagi pernikahan antara Bima dan Naira akan dilangsungkan. Naira sudah bangun dari subuh tadi. Karena kondisi tubuhnya yang masih agak lemah Naira tidak dibolehkan untuk melakukan apapun.
Ibu hanya menyuruh Naira untuk tiduran saja. Naira tidak bisa membantahnya karena takut kena amukan Ibunya. Dari atas tangga Naira melihat ruang tamu yang begitu indah dikelilingi bunga mawar menambah wangi yang khas dari ruangan tersebut. Entah mengapa air mata Naira menetes melihat itu semua karena sebentar lagi ia akan menjadi istri orang.
Entah seperti apa perjalanan rumahtangga yang akan dia jalani mengingat mereka adalah pasangan yang dijodohkan dan tak pernah berbicara apa mereka sama-sama menginginkan pernikahan atau tidak. Naira menghapus airmatanya ketika melihat dua orang berjalan menaiki tangga. Mungkin itu adalah perias pengantin yang sudah dipesan oleh Ibunya.
"Naira ya calon pengantin wanita", tanya seorang perempuan yang hijab.
" Ya Bu, mari masuk Bu", Naira pun beranjak untuk memasuki kamarnya diikuti oleh dua orang perias.
Sementara Bima beserta Ayah dan Bundanya sedang dalam perjalanan menuju rumah Naira tempat diadakannya pernikahan dan resepsi. Ini atas permintaan Naira yang pernikahannya tidak mau diadakan digedung. Semakin mendekati rumah Naira entah mengapa Bima merasa gelisah dan jantungnya berdegup kencang. Bima melihat kearah telapak tangannya ada buliran air disana.
Bima yang gugup ternyata tak luput dari perhatian Ayah. Ayah menepuk pundak Bima dari belakang dan berkata, "jangan terlalu gugup". Sesampainya Bima dan keluarganya di kediaman Naira pun disambut dengan hangat oleh Ibu dan Bapak Naira.
Setelah beramah tamah, dan pak penghulu telah hadir maka acara akad nikah pun dilaksanakan. "Saya terima nikah dan kawinnya Naira Aisyah Putri Erlangga dengan mas kawin tersebut dibayar tunai".
Sah...
Sah...
Sah...
Dengan satu tarikan nafas Bima dengan lancar mengucapkan ijab Kabul. Walau dengan tangan gemetar, jantung yang sangat berdegup kencang.
Pak penghulu mengucapkan do'a dan setelahnya meminta pengantin wanita untuk hadir untuk melengkapi berkas.
Naira pun turun diapit oleh Mbak Rasti dan Kak Nay. Bima menoleh kearah Naira. Cantik, anggun dan teduh. Ya Bima mengakui keindahan paras anggun istrinya. Apalagi dalam balutan kebaya warna putih gading semakin menambah keanggunan nya.
Naira duduk di samping Bima. Menandatangani berkas kelengkapan dokumen pernikahan. Dilanjutkan acara tukar cincin. Untuk pertama kalinya Naira bersentuhan dengan Bima setelah cincinnya terpasang sempurna, Naira pun mencium tangan Bima sebagai bentuk penghormatan kepada Bima sebagai suaminya sekarang.Bima mencium kening Naira. Ada perasaan nyaman menyelimuti relung hati Bima ketika mencium kening Naira.
Serangkaian acara pernikahan dan resepsi untuk malam sebagai pun digelar. Tamu yang hadir rata-rata kerabat dari pihak bapak dan ibu dari Naira. Begitu juga kerabat dari pihak Bundanya Bima yang masih asli sumatera.
Tampak Naira mengukir senyum indah diwajahnya untuk menyalami tamu undangan yang ingin mengucap kata selamat. Begitu juga Bima. Menampilkan senyum dan ucapan terimakasih kepada setiap tamu undangan yang hadir dalam acara resepsi tersebut. Sebagai teman lama Bima, nampak juga ada Doni diantara mereka tamu undangan tersebut. Menampilkan senyum khas seorang Doni, sekaligus memantau Bima dari kejauhan kalau-kalau membutuhkan sesuatu.
Sebagaimana satpam yang berjaga 24 jam. Begitu juga Doni, berjaga untuk memantau kebutuhan Bima sang majikan sekaligus sahabatnya itu. Tak ketinggalan pula semua rangkaian acara dan momen pernikahan ini diabadikan melalui kamera.