Satu malam yang seharusnya hanya menjadi pelarian, justru mengikat mereka dalam takdir yang penuh gairah sekaligus luka.
Sejak malam itu, ia tak bisa lagi melepaskannya tubuh, hati, dan napasnya hanyalah miliknya......
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blumoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelah
Kamar VIP – Hyunwoo dan Soojin
Begitu pintu kamar tertutup, keheningan malam langsung menyelimuti ruangan luas itu. Aroma wangi lembut lilin aroma terapi bercampur dengan udara dingin dari pendingin ruangan. Lampu kristal di langit-langit memantulkan cahaya hangat ke dinding berwarna gading, menciptakan suasana tenang dan mewah.
Hyunwoo langsung melonggarkan dasinya, lalu membuka semua kancing kemejanya.
Nb : gambar hanya pemanis sebagai pendukung imajinasi
Langkahnya berat, tapi setiap gerakan memancarkan aura tenang khas dirinya. Ia menjatuhkan tubuh ke sofa panjang di sudut ruangan dan memejamkan mata sejenak.
“Lelah…” gumamnya pelan, napasnya terdengar berat tapi puas.
Senyum tipis muncul di sudut bibirnya. “Tapi sepadan dengan hasilnya,” lanjutnya lirih, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. Senyum itu… sulit ditebak, antara lega, bahagia, atau mungkin menyimpan sesuatu yang lebih dalam.
Sementara itu, Soojin menjatuhkan diri di atas kasur berukuran besar di tengah ruangan. Lembutnya sprei hotel seolah memanggil tubuhnya yang kehabisan tenaga.
“Huh…” helanya panjang, mencoba menenangkan diri setelah hari yang begitu panjang dan melelahkan.
Belum sempat ia menutup mata, suara berat Hyunwoo memecah keheningan.
“Sayang…” panggilnya santai namun penuh arti. “Mau mandi sendiri… atau bareng aku?”
Nada menggoda di akhir kalimat itu membuat Soojin langsung menoleh cepat.
“Enggak! Aku mandi sendiri aja!” balasnya gugup, lalu segera bangkit dan berlari kecil ke kamar mandi.
Beberapa menit berlalu, tapi ketika Soojin keluar… Hyunwoo malah menatap heran.
“Katanya mau mandi?” tanyanya bingung, melihat istrinya masih mengenakan gaun pesta yang sama.
Soojin berlari kecil ke arahnya, lalu membalikkan badan, memperlihatkan punggungnya.
“Tolong… resletingnya nyangkut,” katanya lirih sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan, pipinya memerah.
Hyunwoo menatapnya sejenak, lalu tersenyum samar. “Lain kali, kalau butuh bantuan, bilang aja. Kita ini sudah suami istri, tidak perlu sungkan begitu,” ujarnya lembut.
Tangannya perlahan menurunkan resleting gaun itu. Saat punggung mulus Soojin tersingkap, napasnya nyaris tertahan. Ada sesuatu yang bergetar dalam dirinya bukan sekadar keinginan, tapi juga kekaguman. Ia menunduk sedikit, memberi ciuman ringan di kulit lembut itu.
“Ah… Hyunwoo…” protes Soojin pelan, wajahnya semakin merah. Ia cepat-cepat berbalik, mengerucutkan bibirnya, lalu berlari lagi ke kamar mandi.
Hyunwoo terkekeh pelan. “Lucu sekali,” gumamnya sambil menggeleng kecil. Senyum hangat kembali menghiasi wajahnya senyum yang hanya dimiliki seseorang yang sedang benar-benar jatuh cinta.
Beberapa menit kemudian, Soojin keluar dengan pakaian tidur lingerie hitam lembut dengan renda tipis di bagian bahu. Ia jelas tidak nyaman, tubuhnya kaku dan langkahnya ragu. Dalam hati, ia menyalahkan Yura dan Eunhee yang rupanya menyiapkan semua pakaian bergaya… terlalu berani untuk seleranya.
“Sudah selesai?” tanya Hyunwoo sambil menatapnya, kali ini dengan nada yang lebih dalam. Pandangan matanya menelusuri setiap detail Soojin tanpa kata, tapi cukup untuk membuat udara di antara mereka berubah hangat.
Soojin langsung menunduk, pipinya memerah hebat. Ia berlari kecil ke arah tempat tidur dan menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya.
Hyunwoo tertawa kecil melihat tingkah polos itu. “Istirahat dulu, aku mau mandi,” katanya sambil mengambil handuk yang tergantung di gantungan.
Namun langkahnya terhenti ketika suara kecil terdengar dari balik selimut.
“Itu… handuk yang aku pakai tadi,” bisik Soojin hampir tak terdengar.
“Tidak apa-apa,” jawab Hyunwoo dari depan pintu kamar mandi tanpa menoleh, suaranya rendah dan menggoda. “Bekas kamu lebih istimewa.”
Soojin memejamkan mata dan menarik selimut lebih tinggi, wajahnya kini benar-benar panas.
Beberapa menit kemudian, Hyunwoo keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah dan kemeja hitam membalut tubuhnya.
Soojin, yang sempat waswas kalau pria itu akan keluar hanya dengan handuk, menghela napas lega.
> “Syukurlah…” batinnya.
Namun kelegaan itu tidak bertahan lama, karena saat pandangan mereka bertemu, Hyunwoo menatapnya begitu dalam. Tatapan yang perlahan mencairkan udara di ruangan itu hangat, intens, dan seolah mengunci napas Soojin.
Langkahnya tenang namun pasti. Ia berjalan mendekat ke arah kasur, menatap wanita yang kini menatapnya dengan jantung berdebar.
Dan untuk sesaat… waktu terasa berhenti.
---
Bersambung.......
belum juga sedih karena penghianatan udah jadi istri orang aja🤣