Aris putra abraham adalah anak indigo yang menolak menjadi indigo. dia merasa Tuhan salah teknis ketika menciptakannya dengan kelebihan yang bisa melihat makhluk tak kasat mata. setiap kali bertemu makhluk halus aris selalu menghindar. selain takut, dia juga tak sudi terjun ke dunia perhantuan. sampai seorang gadis Misterius penuh dengan teka-teki, Miya Aluna Dhawa.saat berdekatan dengan gadis dada Aris terasa sangat sakit dan Aris juga melihat kalau Miya di penuhi puluhan makluk halus yang menggerogoti jiwanya, hingga Aris mengasah kemampuan nya untuk memecahkan teka-teki pada gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
bukannya duduk, kelima remaja itu malah sibuk melihat-lihat sekitaran ruang tamu.
" lantainya glowing banget. mukanya Juwita aja sampai kalah glowing" celetuk Akmal sambil geleng-geleng kepala.
Juwita mendadak kesel.
" enak aja muka gue disamain sama lantai"
Reina tertawa.
di saat yang lain merasa nyaman dan sejuk di rumah Miya, Aris justru kepanasan, Iya mual dan pusing. energinya perlahan-lahan terkuras karena keberadaan portal baik yang dijaga wanita berbaju merah kini begitu dekat dengannya.
" nggak usah kampungan. duduk!" ujar Aris, dia duduk lebih dulu, agak jauh dari portal di dinding. teman-temannya pun mengikuti.
" enak banget ya jadi Miya, udah cantik, kaya lagi" bisik Juwita.
tak lama orang yang dibicarakan datang bersama suster yang merawatnya. Miya mengenakan celana training hitam, baju kaos hitam kebesaran, serta sendal bulu berbentuk kelinci. rambutnya di jempol berantakan, dan ada selimut kecil yang tersampir di pundaknya.
tak hanya Aris, kedua laki-lakinya juga terpesona dengan aura kecantikan Miya yang sempurna.
" Miya " Juwita langsung beranjak, lalu menuntun Miya untuk duduk di sebelahnya.
" sini sini. Ya ampun Sayangnya aku, kasihan banget. sakit apa sih, kok tiba-tiba aja sakitnya? Perasaan kemarin masih baik-baik aja deh"
" cuma Demam biasa" Miya melirik Aris yang diam saja. semalam dia benar-benar melihat Aris datang menolongnya.
Apakah itu benar?
" Miya nggak bisa kecapean, kalau kecapean pasti langsung demam. dari kecil daya tahan tubuhnya memang lemah" tutur suster yang merawat Miya sedari ia kecil.
" gitu ya" Juwita menatap Miya prihatin.
" sekarang udah baikan aja kan?" tanya Raina.
Miya mengangguk, matanya kembali mencuri-curi pandang ke arah Aris.
Aris tetap bergeming, menahan rasa yang tidak nyaman di tubuhnya, sepertinya Ia juga merasakan apa yang dirasakan Miya.
" Silakan dinikmati hidangannya" Mbak Dita membawa makanan dan seorang pelayan lagi membawa minuman.
"Makasih, Mbak" hujan Adnan, tanpa disuruh lagi langsung meraih kelas minumannya.
"kalau begitu saya tinggal dulu, ya. kalian Boleh ngobrol sepuasnya. kalau butuh apa-apa panggil aja Mbak Dita" ujar suster, meninggalkan para remaja itu, diikuti Mbak Dita dan pelayan lainnya.
" Anjay, lo keren banget, Miya. ternyata Lo beneran Sultan. habis ini boleh dong kalau kita keliling lihat-lihat rumah lo. Ya maklum aja, kami ini kan rakjel. jadi agak norak kalau lihat yang Bagusan dikit. ya nggak guys" ujar Akmal.
" elo aja kali yang tak rakjel. gue mah masih mampu" sinis Juwita.
" boleh kok" Miya mengangguk lalu beralih pada Aris yang masih diam. Kenapa Aris tidak bicara sama sekali? lelaki itu juga tidak mau melihatnya.
" Silakan diminum..." Aris.
Begitudi tawari Miya, barulah Aris mau meminum jusnya. dahinya mengkerut karena jusnya hambar. lidahnya tiba-tiba saja tidak mampu merasakan rasa makanan. lelaki itu kembali diam dengan tatapan lurus kemeja.
hingga Aris merasa seperti ada yang mencekik lehernya. sekelebatan bayangan muncul di kepala. sosok berbaju merah mencekik Miya, Kemudian datang dirinya yang menyelamatkan gadis itu.
Aris langsung menoleh ke arah Miya yang asik ngobrol bersama Juwita dan Reina. Apa itu nyata? Mungkinkah Lingga yang menyelamatkan Miya dari wanita berbaju merah itu?
setelah makan siang, Miya benar-benar mengajak mereka keliling rumahnya. dia menunjukkan setiap sudut rumah atas permintaan Juwita dan Akmal.
dan selama itu pun Aris tidak bicara. Miya memang sibuk menjelaskan pada yang lain tentang fungsi dari ruangan yang mereka lewati, namun Gadis itu berharap Aris bertanya sesuatu.
Miya ingin sekali memulai percakapan lebih dulu, tapi dia terlalu malu.
kini mereka sampai di Taman Mini belakang rumah. ada Gazebo mewah yang dilengkapi sofa dan lampu-lampu aesthetic. Mereka sibuk berfoto sana-sini. sedangkan Miya Hanya duduk di Gazebo memperhatikan teman-temannya. tak disangka Aris menghampiri dan duduk di sampingnya.
" Hah, Akhirnya bisa berduaan juga sama kamu"
Miya menunduk Seraya menahan senyum, se dari tadi inilah yang dia tunggu-tunggu.
" masih sakit?
Miya menggeleng.
Aris menatap lekat Miya intens.
" aku panik banget waktu kamu tiba-tiba ngilang dari sambungan telepon. Apa sih yang terjadi semalam sampai kamu tiba-tiba ngilang gitu?"
sebelumnya aku dengar dentuman keras dari atas, terus mama manggil jadi aku langsung samperin. berhalusinasi lihat perempuan berbaju merah yang mirip mama, tampilannya serem kayak hantu di film-film horor. aku merasa dia mencekik aku, terus..."Miya beradu pandang dengan Aris.
" kamu datang nyelamatin aku"
" aku? "
" Iya, aku berhalusinasi lihat kamu sebelum pingsan. begitu sadar aku sudah ada di atas tempat tidur. nggak tahu siapa yang bawa aku ke sana"
" cie segitunya kangennya ya sama aku, sampai kamu bayangin aku datang nolongin kamu"
" gak! Bukan gitu! Miya langsung panik, pipinya merah Padam.
" itu.. itu terjadi gitu aja tanpa aku minta"
Aris tertawa, lalu diam sesaat.
" kamu pikir semuanya cuman halusinasi?"
" memang cuman halusinasi kan?"
Selama ini Miya berpikir kalau perempuan itu hanya wujud dari halusinasinya saja, Sebelumnya dia juga didiagnosa mengidap skizofrenia, di mana penderitanya merasa melihat seseorang, atau mendengar suara-suara yang padahal tidak nyata.
" kamu nggak percaya yang namanya hantu?"
" hantu itu nggak ada"
Gosh! Aris ingin sekali menjelaskan kalau yang dilihat Miya itu bukan sosok khayalan, tapi memang nyata adanya. wanita itu menjaga portal di rumah ini, niatnya sudah pasti ingin mengambil Miya sebagai Tumbal Pesugihan dari orang tuanya.
namun penjelasannya pasti akan berakhir sia-sia. Aris juga tidak mau di chat tukang halo, tukang ngarang, maniak horor atau semacamnya. dia akan pikirkan cara supaya Miya bisa bebas.
" Ya udah nggak usah dibahas lagi, Yang penting kamu baik-baik aja. ngomong-ngomong mama sama papa kamu ke mana?"
" Papa udah pasti di kantor. kalau mama... Mama meninggal sejak aku usia 7 tahun"
" maaf" Aris terkejut sekaligus merasa tak enak.
" nggak apa-apa"
" jadi yang manggil kamu siapa?"
" seperti yang aku bilang barusan, itu cuma halusinasiku aja. mungkin karena aku kangen Mama" Miya enggan memberitahu Aris soal dirinya yang menderita skizofrenia. takut jika teman-temannya langsung ilfil lalu menjauhinya.
Miya tidak mau itu terjadi. dia sudah sangat bahagia berteman dengan mereka, terutama dengan Aris. Aris itu aneh sekaligus unik. Miya jadi kembali mengingat saat Aris datang ke rumahnya untuk mengembalikan pena yang Bahkan bukan miliknya. hanya karena ingin modus.
"Miya, di rumah kamu seru banget sumpah. boleh nggak kalau aku sama Raina sering-sering main" tanya Juwita.
Miya mengangguk mantap. malah dia sangat senang kalau Juwita dan Raina sering main ke rumahnya, apalagi kalau Aris juga ikut.
" gue juga dong" Akmal dan Adnan tak mau ketinggalan.
.
.
.