Grace Li selalu mencintai Ethan dalam diam. Tak pernah berani berharap, sampai takdir mempertemukan mereka dalam sebuah pernikahan yang terpaksa harus mereka jalani.
Sayangnya, meski Grace Li adalah istri sah, hatinya bukanlah tjuan cinta sang suami. Semua kasih sayang lelaki itu justru tertuju pada adiknya.
Namun, bukankah waktu bisa mengubah segalanya? Akankah pernikahan tanpa cinta ini prlahan melahirkan rasa yang tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TANTANGAN
Grace memandangi wajah-wajah rekan kerjanya. Dalam guratan wajah itu terlihat raut permohonan. Dia pun memgambil buku menu. Lalu mulai memesan. "Aku mau yang ini, dan ini, dan ini juga!"
"Berikan kepada setiap orang satu porsi!" kata Grace kepada pelayan.
Mendengar apa yang Grace pesan adalah makanan best seller yang mahal-mahal, mereka pun menahan senyuman senang di wajah mereka seraya dalam hati, memuji Grace yang benar-benar pandai membaca hati dan ingin mereka.
Bahkan ada yang diam-diam memberi tanda jempol, memuji kepandaian sekretaris utama, Grace tersenyum sambil mengedipkan mata, "selamat menikmati!"
Melihat pembawaan Grace yang santai dan lepas. Yang lainnya pun pada akhirnya bisa melepaskan tawanya juga. Sementara Ethan hanya sesekali tertawa kecil sambil memperhatikan cara hirarki bawah berinteraksi.
Makan malam pun selesai, tapi permainan baru saja akan dimulai. "Ayo, kita bermain jujur atau terima tantangan!" ajak Nathan pada semuanya dengan binar semangat.
"Tidak... tidak!" kata Grace sambil berdiri dan melambaikan tangan tanda menolak.
Tiba-tiba saja, Ethan langsung menarik tangan Grace sampai terduduk kembali. Dia pun berkata, "Kita main dulu!"
Mendengar Si Bos Besar berkata seperti itu, mereka pun langsung merapatkan kursi ke meja. Giliran akan dilakukan sesuai urutan duduk. Jika memilih kejujuran maka peserta harus menjawab pertanyaan dengan jujur. Jika memilih tantangan maka peserta harus melakukan tantangan yang diberikan.
Nathan langsung saja berdiri dan menerangkan aturan mainnya. "Ok, kita mulai ya, untuk aturan pertama kalian Tidak boleh menolak setelah memilih."
"Kedua Tidak boleh bohong jika memilih kejujuran!"
"Ketiga, ada batas waktu 30 detik untuk menjawab atau menjalankan tantangan!"
"Dan, yang keempat tantangan akan digandakan jika ada yang menolak tantangan, maka yang menolak harus menjalankan tantangan yang lebih sulit atau menjawab pertanyaan yang lebih memalukan!"
"Jadi, bagaimana apakah sepakat dengan aturan ini!" Kata Nathan sambil melihat kepada rekan kerja yang lain dengan antusias.
Ethan dan grace mengangguk, Nathan pun langsung memulai permainan.
"Baiklah kita akan mulai dari...!" Kata Nathan sambil mulai memilih urutan.
Belum sempat menunjuk, Ethan malah sudah lebih dulu menunjuk ke arah Grace. "Kita mulai dari dia saja!"
Nathan memberi tatapan sedikit terkejut, Grace menghela napas sedikit lalu menganggukan kepala.
Nathan pun mulai melemparkan pertanyaan kejujuran atau tantangan.
"Tantangan!" jawab Grace.
Nathan pun terkekeh, lalu berkata, "Telepon salah satu kontak acak yang sudah lama tidak dihubungi dan katakan “Aku rindu kamu.”
Ethan dan Grace saling menatap beberapa saat. Sementara yang lainnya langsung terlihat kaku. Dalam hati mereka berkata secara bersamaan, "Bocah ini cari mati ya!"
Nathan baru saja seminggu bergabung, jadi belum mengetahui jelas hubungan antara Grace dan Ethan. Untuk beberapa saat Grace belum merespon.
Ethan mengketuk-ketuk meja makan. "Apa kau digandakan tantangannya!"
Grace pun memgambil ponselnya, dan mulai menekan nomor random yang ada du ponselnya. Satu kali berdering, dua kali berdering, barulah di dering ketiga terdengar suara berat menjawab.
Suara berat itu terdengar dari seberang telepon, dalam nada yang tenang namun berwibawa. Ada sedikit serak di ujung suaranya, membuat setiap kata terasa dalam dan menggetarkan.
“Hallo…” ucapnya pelan, seolah sengaja menurunkan intonasi agar terdengar lebih lembut.
Nada suaranya membawa kesan matang, seperti seseorang yang sudah banyak melewati pengalaman hidup. Setiap getaran suaranya memantul di telinga, memberi rasa aman sekaligus membuat jantung berdetak lebih cepat.
"Aku rindu kamu!" kata Grace lalu segera menutup sambungan telepon itu.
Mendengar suara pria yang tadi menyapa, di binar mata Ethan terlihat sebuah kilatan marah. "Siapa dia!" katanya dalam hati.
Melihat Grace berani menerima tantangan, maka Nathan pun mempersilakan Grace untuk memilih urutan selanjutnya. Kali ini dia menunjuk ke Ethan.
Lagi-lagi Nathan dibuat terkejut, berpikir pertanyaan apa yang akan dia berikan kepada Bos Besar Mereka. Mengetahui perasaan Nathan, Grace pun langsung berkata. "Pilih kejujuran atau tantangan?"
"Tantangan!" jawab Ethan.
"Ok!" Kata Grace seraya berkata lagi,
"Dekatkan wajahmu dengan orang di sebelahmu, hanya berjarak 5 cm, tahan 10 detik."
Nathan langsung tersedak ketika mendengarkan perkataan itu. Di sebelah Ethan adalam manajer marketing mereka, Shanda. Dia berpikir kemungkinan besar Ethan akan memilih dia.
Suasana mendadak hening ketika tantangan itu diumumkan. Semua mata tertuju pada mereka berdua ketika Ethab
Pelan-pelan, menggeser tubuhnya, mendekat ke arah Nathan yang duduk di sebelahnya.
Kursi mereka bergeser sedikit, menimbulkan bunyi berderit yang terdengar jelas. Ethan menahan tawa kesal di wajahnya. Dia paham ini adalah balas dendam Grace karena menunjuknya menjadi peaerta pertama permainan.
pada saat ini, jarak yang menyisakan hanya beberapa senti di antara wajah mereka. Mata mereka bertemu ragu-ragu pada awalnya, lalu saling bertahan. Waktu seolah berjalan lambat.
“Lima detik lagi!” seru salah satu teman, membuat keduanya semakin salah tingkah.
Senyum gugup muncul di wajah mereka. Yang satu menggigit bibir bawah, yang lain berusaha keras menahan tawa.
Begitu hitungan kesepuluh berakhir, keduanya mundur cepat sambil bernapas lega. Ruangan pun pecah oleh sorakan dan tepuk tangan teman-teman.
Ethan merasa sudah cukup bermain, dia pun bangkit berdiri. Yang lainnya pun ikut berdiri. Grace pun langsung memijit mijit pelipisnya seraya berkata, "kalian lanjutkan saja, tagihan malam ini nanti tagih ke aku!"
Grace juga langsung berdiri dan bergegas meninggalkan restoran. Malam ini dia hanya ingin segera pulang dan berisitirahat karena esok akan menjadi hari yang panjang.
Esok hari adalah hari pertama Sekretaris Mei bekerja. Grace mengetahui seluk beluk kerja wanit itu dari cerita-cerita Kakek Mo.
Kakek Mo bercerita, setiap instruksi yang dia lontarkan terdengar seperti aturan yang tak terbantahkan, namun nadanya tidak pernah kasar. Justru ada kehangatan samar di balik ketegasan itu, membuat orang yang mendengar merasa dihargai sekaligus diarahkan.
Rekan-rekannya sering berkata, “Kalau dia sudah bicara, tidak ada alasan untuk menolak. Karena di balik ketegasannya, dia benar-benar peduli pada kelancaran kerja kita.”
Kakek Mo juga berkata, sekretaris Mei terbiasa menertibkan suasana rapat yang riuh, mengatur jadwal pimpinan yang kacau, bahkan menenangkan bawahan yang panik menghadapi tenggat.
Dengan sekali tepukan tangan dan tatapan mantap, semua kembali ke jalurnya. Kehadirannya seperti jangkar dalam badai, membuat seluruh tim merasa aman karena tahu ada seseorang yang mengendalikan keadaan.
Di balik dinding tegas itu, sekretaris Mei juga memiliki sisi lembut. Dia sering menyelipkan kata-kata motivasi ketika melihat staf muda yang kehilangan semangat. Caranya menegur selalu disertai solusi, bukan sekadar kritik. Itulah yang membuatnya dihormati, bukan ditakuti.
✅️✅️✅️✅️✅️✅️✅️
Beri : Suka, Vote, Komen, Subscribe, hadiah
BERIKAN JUGA ULASAN BINTANG 5
" Hati yang busuk mengeluarkan napas yang bau "
🤣🤣🤣🤣 bangun tidur uda bau..walaupun cantik juga...Sekretaris Mei bisa aza...Sarah diam membisu...🤭🤭🤭🤭
kudu di kubek otak c e ny
c j pede bed,,org lg ngejar grace
nat tegas lu