NovelToon NovelToon
Bukan Cinta Pengganti

Bukan Cinta Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Office Romance
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Dijebak oleh sahabat dan atasannya sendiri, Adelia harus rela kehilangan mahkotanya dan terpaksa menerima dinikahi oleh seorang pria pengganti saat ia hamil. Hidup yang ia pikir akan suram dengan masa depan kacau, nyatanya berubah. Sepakat untuk membalas pengkhianatan yang dia terima. Ternyata sang suami adalah ….

===========

“Menikah denganku, kuberikan dunia dan bungkam orang yang sudah merendahkan kita."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17 - Ancaman

Bab 17

 

“Apa?”

Mona tersenyum sinis lalu melepaskan tangannya yang tadi berusaha menguatkan Adel, tentu saja hanya pura-pura. Ia berdiri dan menatap sinis, tidak suka ternyata Adel mengetahui motifnya.

“Apa maksudmu?” tanya Mona.

Adel mengedikan bahunya. Kalau ia sampaikan lagi pendapat dan perasaannya mengenai Mona yang terlihat menjauhkannya dari Zahir, pasti mereka akan ribut.

“Maksud lo apa?” sentak Mona sambil menggebrak meja dan Adel memundurkan kursinya sambil mengernyitkan dahi memandang Mona. Kenapa malah dia yang marah, seharusnya dirinya yang emosi. Yang dirugikan dirinya, bukan Mona.

“Woi, jangan ribut,” teriak Desi dari tempatnya.

“Menurutku, kamu sengaja menjauhkan aku dari Pak Zahir,” tutur Adel lirih, saat ini ia dan Mona menjadi perhatian semua orang yang ada di ruangan.

“Bisa-bisanya kamu tuduh aku begitu. Kita ini sahabat, Del.”

“Bukan menuduh, itu pendapatku.”

“Sama ajalah,” cetus Mona.

“Heh, kalian bisa diam nggak. Kalau mau ribut, sana di rooftop atau di tangga darurat. Jangan mengganggu orang lagi kerja,” tutur Desi berdiri di kubikelnya sambil menunjuk Adel dan Mona.

Mona pun kembali duduk dan menggeser kursinya menjauh dari Adel.

“Masalah ini gue nggak ikut campur. Dari pada salah, nanti di kira gue jahat atau merebut Pak Zahir dari kamu,” sungut Mona menatap layar komputer.  “Nasihat untuk kamu Del. Ngaca! Terlalu tinggi berharap bisa menikah dengan Zahir. Jangan-jangan kamu malah menjebak dia.”

Adel mengabaikan Mona lalu fokus meneruskan pekerjaannya. Tidak bisa berharap pada Mona, ia harus usaha sendiri.

Di lantai berbeda, waktu yang sama. Zahir melangkah pasti keluar dari lift. Berjalan di koridor lantai dua belas, di mana para direksi berada juga presdir. Berniat menemui Indra, surat undangan pernikahan ada di tangannya. Alasan untuk menemui pimpinan utama di perusahaan itu.

Langkahnya terhenti saat melihat Abi keluar dari ruang rapat. Mereka sempat saling tatap dan Abi mengangguk dengan raut wajah cuek. Dalam hati Zahir mengumpat kesal, kalau saja di luar kantor mungkin sudah ia hampiri dan melayangkan bogem mentah. Berusaha menahan sabar karena tidak ingin reputasinya buruk karena adu jotos dengan seorang OB, sangat tidak berkelas.  

“Lihat saja, aku akan balas kamu,” gumam Zahir.

Maksud hati bertemu Indra, nyatanya pria itu tidak ada di tempat. Akhirnya undangan pernikahan dia titip pada sekretaris Indra. Kembali ke lantai di mana divisinya berada, Zahir mencari tahu identitas Abi.

“Cari masalah denganku,” ucap Zahir dengan senyum sinis.

***

“Banyak lembur nggak akan buat kamu naik jabatan kayak aku,” ejek Mona saat akan pulang.

Adel tidak peduli. Ia masih fokus dengan layar komputernya dan berniat pulang lebih lambat. Bukan karena ada pekerjaan yang urgent atau melimpah, melainkan ingin menemui Zahir.

Hampir satu jam menunggu, tampak sudah sepi. Gegas merapikan meja kerja dan menggantungkan tas di pundak menuju ruangan Zahir. Ada hela lega mendapati pria itu berjalan menuju lift bersama Neli.

“Selamat malam Pak Zahir,” sapa Adel membuat Zahir dan Neli menoleh.

“Ma-lam.” Terkejut dan terbata bahkan Zahir menelan saliva mendapati Adel memanggilnya. “Kamu belum pulang?”

“Ini mau pulang, pak. Bisa minta waktu sebentar, ada yang ingin saya tanyakan?”

Zahir menoleh pada Neli, ingin menolak khawatir malah curiga. Bermaksud meminta bantuan agar menghindarkan Adel darinya, nyatanya Neli malah pamit duluan dan memberi waktu bagi Zahir dan Adel.

“Aku sibuk, masih ada acara setelah ini. Katakan ada apa!”

Adel menatap sekitar, memastikan tidak ada lagi orang yang lewat setelah cleaning service keluar dari lift dan menyapa mereka berdua.

“Bicara di sini, pak?”

“Jangan di ruanganku, nanti malah timbul fitnah. Atau kita harus buka kamar hotel untuk bicara?” Zahir tersenyum smirk lalu melirik sinis.

“Saya terima surat undangan pernikahan dari bapak,” seru Adel, jengkel dengan sikap dan tatapan yang dianggap mesum.

“Ah, begitu. Lalu?”

Adel maju satu langkah, tidak ingin meninggikan suara saat bicara dengan pria di hadapannya.

“Kalau bapak menikah, lalu bagaimana nasib saya? Bapak bilang mau tanggung jawab, tapi kita sulit untuk bertemu. Sekarang bapak malah mau menikah dan bukan dengan saya.”

“Dengan kamu?” tanya Zahir lalu terkekeh. “Kamu pikir saya mau menikah dengan kamu? Tanggung jawab yang saya maksud bukan menikahi kamu, percaya diri sekali.” Zahir bicara kembali tersenyum mengejek dan menatap hin4 pada Adel.

“Tapi, kita sudah ….”

“Ya, aku tahu, tapi bukan menikahi kamu tanggung jawabku. Besok aku transfer nominal ganti ruginya.”

“Pak Zahir, ada menghina saya. Saya bukan menagih uang dan bukan menjual diri.” Adel bicara sambil menahan geram. Kedua tangannya mengepal bahkan merem4s setelan kerjanya. Rahangnya mengeras dan bicara dengan suara lirih. Berusaha untuk tetap sadar meski kepalanya mulai pening, mungkin karena emosi menghadapi pria tidak berempati ini. Tidak menduga Zahir sangat mahir untuk menghina.

“Aku ingatkan kalau malam itu, kita mabuk. Jadi bukan murni kesalahanku.”

“Untuk hal begini selalu wanita yang dirugikan, tapi saya tidak ingin jatuh sendiri. Bapak harus tanggung jawab, ini masalah masa depan saya,” tutur Adel lirih dengan nada suara serak karena menahan agar tidak menangis.

Zahir malah tergelak.

“Lalu kamu mau apa, membeberkan masalah ini. Kita lihat saja, siapa yang akan menang. Tidak akan ada yang percaya dengan kamu, Adel.”

“Saya hamil,” ucap Adel lalu mengeluarkan stik dari saku blazer yang sudah dia siapkan dan dilemparkan pada Zahir. “Bayi ini harus punya ayah dan saya tidak butuh uang bapak, tapi tanggung jawab bapak.”

Tatapan Zahir tertuju pada alat tes kehamilan yang tergeletak di lantai, memang menunjukan dua garis.

“Kamu hamil.” Ada sesal karena malam itu tidak menggunakan pengaman dan beberapa bulan kedepan akan ada bayi lahir karena ulahnya. Tidak bisa, masalah ini bisa menjegal niatnya untuk merebut kursi direktur. Namanya tidak boleh tercoreng.

“Kamu yakin itu anak saya. Bisa saja setelah malam itu kamu dengan pria lain.”

Adel melangkah mendekat mengikis jarak, hanya satu meter antara dia dan Zahir.

“Kalau bukan karena mabuk, tidak mungkin saya menyerahkan diri saya dan bapak tahu malam itu pertama kali untuk saya,” tutur Adel. “Kalau dipikir kenapa  bisa bapak ingat detail apa yang terjadi, bukannya kita mabuk. Bapak tanya masa subur dan ingat tidak menggunakan pengaman. Terdengar seperti … sadar sepenuhnya.”

“Lalu, kenapa kalau malam itu ternyata saya tidak mabuk.”

Tangan Adel meraih kerah kemeja Zahir, tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterima setelah ini. Yang ia pikirkan saat anaknya lahir harus memiliki ayah dengan status pernikahan.

“Tanggung jawab atau saya laporkan ulah bapak!”

“Kamu mengancam saya?”

“Apa bapak merasa diancam?” tanya Adel masih mencengkram kerah kemeja pria itu, tidak menunjukan raut wajah takut.

Zahir menghempas tangan Adel dan menghindar lalu menatap sekitar, memastikan tidak ada yang melihat kejadian tersebut. Melirik ke area cctv dan berdecak menyadari semua terekam.

Adel tersenyum sambil mengeluarkan ponsel dari saku blazernya. “Saya merekam semua pembicaraan kita. Ini bukti kalau malam itu bapak memang menjebak saya bukan karena kita mabuk.”

“Kamu ….” Zahir menunjuk wajah Adel. Tidak menduga ia bisa terancam dan tersudut seperti itu. Yang dipikir polos dan bisa dibod0hi, nyatanya cukup cerdas. Dalam hati ia merutuk terjebak oleh tipu dayanya sendiri.

“Saya minta tanggung jawab bapak. Bayi ini harus lahir dengan ikatan pernikahan.”

Zahir meraup wajahnya lalu membuang pandangan dengan kesal dan kembali menatap Adel. “Kamu, ck. Oke, fine. Tunggu saja, besok malam kita bicarakan.”

“Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, besok malam bapak harus datang untuk melamar dan bicarakan pernikahan,” titah Adel dengan nada mengancam. “Pilihannya hanya itu atau saya laporan masalah ini dan bersiaplah dipecat.”

Zahir kembali menunjuk wajah Adel lalu memukul di udara.

“Hahh!”

1
mery harwati
Zahir sekarang masih masamu menikmati kejayaanmu meski kau dapat dengan cara licik 😜
🎃
pen tak tabok mulutnya si mona
Felycia R. Fernandez
Masih diatas angin ya Mona dan Zahir...
siap siap aja kalian berdua di tendang dari kantor ini...
hebat kamu Mona, totally teman lucknut
Iccha Risa
si Mona sama Zahir kalo jdi pasangan pasti cocok, ngejeplak aja tuh mulut per solatif ga biar ke kunci tuh mulut rese banget
hiro_yoshi74
mona minta di geprek no del bikin esmosi aja
de2 esih
tuh bibir s zahir lemes am!t sih klo ada karet saya tak kincir tuh bibir sampe monyong
de2 esih
tuh bibir s zahir lemes am!t sih klo ada karet saya tak kincir tuh bibir sampe monyong/Awkward/
de2 esih
dikit amat cerita nya sih kak,,dobel dong kak dtyas yg cantik biar tambh cantik🤭😁
Sunaryati
Aku baru mampir langsung suka makan baca marathon sampai bab ini. Tolong Indra jangan sampai goyah pada selingkuhan masa lalunya, dan benar sadar kesalahan pada mendiang istri da Abi putranya. Pastikan lambat laun Zahir , dan Mona dapat balasan atas tindakan biadap terhadap Adel.
Dewi Purnomo
iiiih Zahir sama ortu sendiri kayak gitu.....awas kualat loh....demi ambisi apapun dilibas yaaa ...
Sunaryati
Istrimu ternyata tidak bisa memberimu anak percuma kamu ambisi jabatan dan gaji besar, tapi tak punya pewaris
Felycia R. Fernandez
makanya jangan licik,anak sendiri pun tega merendahkan ibu yang melahirkan nya...
gak punya harga diri dan kehormatan kamu di depan anak mu
hiro_yoshi74
durhakim lu di kutuk jadi mujahir la kapok nu
Siti Dede
Keren, tidak pernah mengecewakan
Siti Dede
Songong ih, masa sama ibunya begitu
Koesbandiana
huh...! dasar anak durhakim....zahiirrr zahiirrr.....
dtyas (ig : dtyas_dtyas): durhakim bin durjahim ya 🤣
total 1 replies
de2 esih
tuh si zahir otak nya dah konslet kali ya,,dah greget pengen nimpuk bneran
Kas Mi: tabok kak klw perlu../Grin//Facepalm/
total 2 replies
hiro_yoshi74
di tunggu balas dendam versi abi .....
kalo perlu zahir nya ngk punya apa " dan tinggal di kontrakan biar kapok
Felycia R. Fernandez
kereeeen Abi 👍👍👍👍
sedia payung sebelum hujan
Iccha Risa
harus itu, dech keenakan Zahir dong kalo didiemin aja balas dendam keren ya mas Abi..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!