VLINDERS

Masih di area sekitar gedung kantor pengacara, tampak Rexton, Maria dan gubernur Viscount Van Bekker berdiri disana.

Pembicaraan diantara Rexton dan gubernur terasa kaku namun satu hal yang terus dilakukan oleh gubernur adalah tatapannya tak henti-hentinya memandangi Maria.

"Van God in de hemel, ngomong-ngomong siapa perempuan cantik yang bersamamu itu, Letnan ?" tanya gubernur.

Rexton melirik cepat ke arah Maria Van Kouhen Houven yang berada disampingnya.

"Maria, dia berada dilindunganku", sahut Rexton sembari merangkul pundak Maria.

"Van God in de hemel, oh ?" ucap gubernur tercengang lalu mengerti dengan sikap Rexton.

Gubernur Viscount Van Bekker menganggukkan kepalanya.

"Van God in de hemel, kukira dia orang lain ternyata kalian ada hubungan dekat", ucapnya sumringah.

"Yah, kira-kira demikian, apa anda keberatan ?" tanya Rexton sembari memperat pelukannya pada pinggang Maria.

Maria tampak kaku karena Rexton memeluknya begitu kuatnya sehingga dia kesulitan bergerak.

"Van God in de hemel, tentu saja tidak, suatu kabar yang amat bagus sebab kau bisa mendapatkan pasangan begitu cepatnya", ucap gubernur.

"Ya, benar", kata Rexton.

"Van God in de hemel", gumam gubernur seraya melirik pelan ke arah Maria.

Sorot matanya berubah lain, kali ini lebih serius.

"Van God in de hemel, tapi aku kurang yakin jika kalian memiliki hubungan dekat, bisakah kau tunjukkan padaku supaya aku lebih yakin bahwa kalian berhubungan akrab", kata gubernur.

Rexton menaikkan kedua alisnya ke atas seraya menatap tajam

"Apa yang perlu kami perlihatkan, kurasa itu tidak lah penting", kata Rexton.

"Van God in de hemel, agar aku yakin untuk tidak merebutnya dari mu, Letnan", sahut gubernur sembari terkekeh.

Rexton mengerutkan keningnya saat memandangi gubernur Viscount Van Bekker yang terlalu penasaran terhadap Maria.

"Apa anda tidak mengenal Maria Van Kouhen Houven, dia merupakan putri Grand duke Herman", kata Rexton.

Gubernur langsung tersentak kaget sedangkan wajahnya pias setelah mendengar nama Grand duke Herman disebut.

Viscount Van Bekker melirik cepat ke arah Maria, tatapannya dingin seperti menyimpan sesuatu dalam hatinya.

Tiba-tiba terdengar kembali oleh Maria, suara gubernur dari dalam hati bicara dan hanya dia yang mendengarnya.

"Van God in de hemel... Maria, anak dari Grand duke Herman, bukankah dia sedang bertugas ke kawasan gemente, dan aku mengirimnya kesana agar mudah terjebak"

Maria terhenyak kaget, mendengar suara dari dalam hati gubernur yang mengiang-ngiang di telinganya.

"Apa maksud perkataan gubernur ?" batin Maria.

"Van God in de hemel, siasat pertama adalah para pejabat menginginkan pejabat seperti Grand duke Herman yang bersih disingkirkan dari kursi pemerintahan tertinggi VOC..."

Terdengar lagi suara gubernur berbicara kembali dari dalam hatinya, dan Maria tak dapat menahan kekesalannya terhadap gubernur.

"Boleh aku tahu, apakah anda sendiri yang mengirimkan surat ke rumah karena papa langsung pergi setelah menerima surat dari kegubernuran", kata Maria yang tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

"Van God in de hemel... Ya, saya sendiri yang membuat surat perintah untuk Grand duke Herman ke gemente, tapi saya menyuruh kurir surat yang mengantarkannya kesana", kata gubernur.

Gubernur terlihat sangat serius saat memandangi Maria sepertinya dia bertanya-tanya penasaran.

"Kebetulan saya juga ingin ke gemente, bisakah anda memberikan saya legalisasi surat ijin ke gemente untuk menemui papa", kata Maria.

"Van God in de hemel ! Oh, kenapa tidak, kau bisa pergi leluasa bepergian ke gemente sesuai yang kau maui", sahut gubernur.

"Tapi, tanpa surat ijin dari gubernur, mana mungkin saya bisa masuk tanpa ijin dan bebas leluasa ke gemente", kata Maria.

"Van God in de hemel, jika kau menginginkan surat ijin dari saya maka saya akan segera membuatkan surat tersebut untukmu bahkan sekarang juga kau bisa kesana", kata gubernur.

"Terimakasih, saya akan sangat terhormat bisa kesana, kapan kira-kira saya bisa pergi ke kawasan gemente ?" tanya Maria.

"Kapan hari yang kau inginkan ?" tanya gubernur.

Maria menoleh ke arah Rexton yang terdiam saja lalu bertanya pada laki-laki itu.

"Apakah kau punya waktu untuk menemaniku ke gemente, kebetulan sekali kota bertemu gubernur disini, bagaimana kalau sekalian saja kita minta bantuannya", ucapnya.

"Terserah padamu saja, aku bisa kapan saja mengantarkanmu kesana jika kau mau hari ini maka kita bisa segera berangkat kesana", kata Rexton.

"Bagaimana kalau besok saja ?" tanya Maria antusias.

"Boleh, kita pergi besok ke gemente untuk menemui papamu, Maria", sahut Rexton.

"Terimakasih sayangku atas kebaikan hatimu yang bersedia menemaniku ke gemente", kata Maria seraya mengelus pipi Rexton dan mulai bersandiwara.

"Ya... ?!" sahut Rexton agak canggung dengan sikap Maria yang berubah penuh perhatian.

Maria mencium lembut bibir Rexton lalu berterimakasih padanya.

"Terimakasih, sayangku", bisiknya mencoba mesra pada Rexton.

"Kebetulan sekali kita bisa liburan ke gemente, aku juga belum pernah kesana, kita ajak sekalian Matthijs pergi bersama kita", sahut Rexton yang mulai menanggapi sikap mesra Maria.

"Suatu ide yang bagus, kita ajak Matthijs tapi aku lupa kalau dia sedang sekolah besok", sahut Maria.

"Tidak masalah, libur satu atau dua hari, bukan masalah, kita bisa ijinkan dia untuk absen tidak masuk sekolah besok", kata Rexton.

"Baiklah, aku akan bicarakan hal ini pada Matthijs dan mama", kata Maria tersenyum manis.

Maria mengalihkan pandangannya ke arah Viscount Van Bekker yang sedari tadi terus mengawasi dirinya.

"Baiklah gubernur, kami akan pergi besok, tolong bantu saya mendapatkan surat ijin masuk ke kawasan gemente agar saya bisa bebas masuk dan memperoleh ijin tinggal disana", kata Maria.

Maria lantas bergumam dalam hatinya seraya memperhatikan sikap gubernur di hadapannya.

"Tanpa surat ijin dari gubernur yang memiliki pangkat tinggi di Batavia mana bisa aku masuk ke gemente dan melakukan ekspansi kesana, suatu kebetulan sekali aku bertemu manusia licik ini disini...", batinnya.

Maria lantas tersenyum manis lalu melanjutkan kembali ucapannya.

"Apa anda berkenan membuatkan saya surat tersebut, gubernur ?" tanya Maria yang mencoba bersikap sopan.

Rexton menyela pembicaraan dan berucap pada Maria.

"Jangan sekarang, kita akan menganggu waktu gubernur disini, sebaiknya kita tunggu setelah urusan Viscount Van Bekker selesai di kantor ini", ucapnya sembari menahan lengan Maria.

"Tapi..., mumpung kita bertemu gubernur disini, takutnya nanti kita tidak bisa lagi menemui gubernur karena kesibukannya, sayangku", sahut Maria.

Rexton menoleh kepada gubernur.

"Apakah anda bisa membantu Maria mendapatkan surat ijin itu, gubernur ?" tanyanya.

"Van God in de hemel, tentu, tentu saja, dengan senang hati aku akan membuatkanmu surat ijin ke gemente sekalian kita disini maka kita temui saja pengacaraku untuk mengesahkannya", sahut gubernur sigap.

"Terimakasih atas kemurahan hatimu..., Viscount...", ucap Rexton dengan anggukkan kepala hormat lalu tersenyum simpul.

Gubernur tertawa renyah sembari berjalan menuju tangga naik diberanda gedung kantor pengacara ini.

Seperti kebiasannya yang selalu menambahkan kalimat spesial diawal ucapannya dia tak lupa berkata "Van God in de hemel".

"Van God in de hemel !" serunya bersemangat. "Mari kita ke kantor pengacara saya yang ada di gedung ini, sangat kebetulan sekali, kita ketemu disini", sambungnya.

"Baik, gubernur... Mari kita pergi sekarang juga !" sahut Rexton sambil berjalan mengikuti langkah gubernur.

"Van God in de hemel, jika di kantor kerja saya maka saya akan kerepotan mengantarkan surat ijin yang dimaui oleh Maria", ucap gubernur.

"Mengapa demikian?" tanya Rexton.

"Sebab saya harus bolak-balik ke kantor pengacara untuk meminta pengesahan surat ijin bermaterai, tanpa persetujuan serta saksi dari pengacara maka surat ijin sama sekali tidak berharga di mata mandor yang bekerja mengawasi kawasan gemente", sahut gubernur lugas.