Bukan Cinta Pengganti

Bukan Cinta Pengganti

1 ~ Cinta Semalam

Prolog

Dua garis, dua buah stik yang dipegang Adel menunjukan kalau ia positif hamil. Sungguh bukan keinginannya. Bukan juga menolak kodrat Tuhan sebagai seorang wanita untuk mengalami hamil dan melahirkan. Bukan pula tidak bersyukur karena banyak di luar sana sudah bertahun-tahun menikah, tidak juga diberi kesempatan untuk hamil.

Namun, tidak dalam kondisi ini. Menikah dengan status single atau belum menikah. Bukan karena ia gadis liar atau berpacaran yang kebablasan melainkan karena tipu daya seorang pria. Jebakan cinta satu malam yang akan merubah dunianya.

Bab 1

Erangan pelan keluar dari bibir Adel. Perlahan ia mengerjap dan memijat dahi. Merasakan kepalanya berdenyut nyeri.

“Kepalaku,” gumamnya. Tidak lama ia terbelalak menyadari bukan berada dalam kamarnya. Kamar ini tampak asing meski terlihat mewah. Bukan hanya bingung berada dalam kamar yang tidak ia kenal, ternyata dirinya hanya menggunakan selimut tanpa ada sehelai kainpun di baliknya.

“Ini … apa yang terjadi?”

Potongan ingatan semalam pun tersusun bagai puzzle yang berserak. Semalam ia menemani perwakilan tim marketing menjamu rekanan perusahaan yang baru saja melakukan kontrak kerja sama.

Setelah dari resto mereka berpindah ke karaoke dan ….

“Astaga, Adel, kenapa bisa beg0 begini sih,” ujar Adel memukul pelan kepalanya mengingat ia ikut mencicipi minuman yang disodorkan rekan kerja dan dorongan atasannya.

Dengan alasan menghargai permintaan atasannya, Adel berniat hanya meminum seteguk nyatanya ia terbangun di kamar asing dan tanpa busana. Kedua matanya seakan ingin keluar dari tempatnya menyadari ia tidak berpakaian. Kemana dress yang ia kenakan semalam serta pakaian dalam dan siapa pula yang melepasnya.

‘Tunggu, aku tidak melakukan sesuatu yang salah ‘kan,’ batinnya dan baru menyadari ada rasa perih di bawah sana. Potongan ingatan kembali menyeruak bagai berputar di benaknya.

Seorang pria berada di atas tubuhnya lalu mereka bercumbu. Meski sempat mengatakan jangan, tapi ia terlena dan entah apa lagi ia tidak ingat. Di tengah rasa galau dan penyesalan, terdengar suara pintu dan aroma sabun yang menguar di hidungnya.

“Sudah bangun?”

Refleks Adel menoleh.

“Pak Za-hir.”

Mendadak suaranya gagap. Bukan hanya terkejut dengan keberadaan Zahir -- atasannya. Manager divisi marketing tempatnya bertugas sejak dua bulan lalu sebagai karyawan baru yang masih dalam masa magang.

Zahir bertelanj4ng dada dengan handuk melilit di pinggang. Tubuh kekar dan otot bisep juga trisep begitu menantang bukan hanya menarik dipandang. Ingin sekali Adel berlari ke arah pria itu, mengulurkan tangannya menyentuh balutan otot dan bergelayut manja di sana.

Siapa yang tidak tertarik dengan Zahir. Semua wanita di kantor pasti sepakat kalau pria itu luar bisa. Posisi bagus, penghasilan bisa dipastikan menjanjikan dan wajah tampan bagai pemeran drama yang sering wara wiri di layar televisi. Tidak satu atau dua staf rekan kerja Adel atau dari divisi lain, sengaja menarik perhatian dan bersikap agresif pada pria itu dan sekarang ia berada satu kamar dengan Zahir bahkan menatap langsung bagian tubuh yang selalu menarik perhatian dan selama ini tertutupi.

‘Lalu, pria semalam yang … apa dia Pak Zahir.’

Adel langsung menutup mulut dengan kiri karena akan berteriak, sedangkan tangan kanannya sibuk memegang selimut agar tidak merosot turun. Zahir mendekat dan duduk di tepi ranjang. Aroma sabun seakan menggelitik hidung dan tercium begitu menenangkan.

Tatapannya teduh dan senyum yang sanggup meruntuhkan jiwa. Sungguh pagi yang membingungkan sekaligus menyenangkan. Tangan Zahir terulur menyentuh helaian rambutnya dan menyelipkan ke belakang telinga. Membuat debaran jantung Adel bertalu-talu bagai genderang perang.

“Kamu makin menggemaskan dan lucu.”

Menggemaskan adalah kata yang menarik, seakan ia wanita yang spesial dan berbeda dan membuat tertarik Zahir, tapi kata lucu mengingatkan pada tokoh aneh atau tidak biasa dari figur animasi atau tokoh film dan drama.

“Pak Zahir, semalam kita … kenapa saya tidak ….”

Tidak sanggup meneruskan pertanyaannya, seharusnya Zahir bisa menangkap apa yang membuatnya gelisah, secara pria itu sangat cerdas sebagai pemimpin divisi dan dengan ide-ide cemerlang bahkan terlihat berwibawa dan diplomatis ketika menyampaikan arahan atau memimpin rapat.

“Yah, semalam kita melakukannya.”

Mendengar itu Adel langsung berbaring dan menarik selimut menutupi seluruh tubuh termasuk wajahnya. Oke, Zahir memang tampan, tapi dia bukan perempuan murahan yang harus senang dengan kejadian semalam dengan atasannya. Ini bukan kisah novel atau roman picisan.

Kehormatan yang selama ini dia jaga dan akan dipersembahkan untuk pria berstatus suami yang tentu saja dengan perasaan cinta. Namun, pengakuan Zahir dan ketidak nyamanan di tubuhnya terutama di bawah sana. Membuktikan kalau ia sudah tidak lagi suci.

Perlahan air matanya pun meleleh. Bagaimana masa depannya nanti. Isak tangis tidak bisa dihindari. Hancur, rasanya ia malu menemui ayahnya karena tidak bisa menjaga diri.

Ya Tuhan, batinnya pilu.

“Hei, Adelia.”

Selimut di wajah Adel disingkap oleh Zahir. Akan menarik untuk menutupi lagi wajahnya karena malu sedang menangis dan malu dengan apa yang terjadi. Namun, Zahir menahan selimut itu.

“Bukan salahmu, tapi kita sama-sama mabuk. Aku minta maaf,” ujar Zahir lalu tangannya mengusap air mata Adel.

“Tapi pak, kita melakukannya tanpa cinta dan ini pertama kalinya untuk saya. Seharusnya saya berikan pada suami saya nanti.”

“Maaf, seharusnya aku bisa menahan diri. Hanya saja, selama ini kamu begitu menarik dan membuat penasaran. Mungkin aku ada rasa suka denganmu, entahlah. Yang jelas kita akan lalui ini bersama.”

“Maksud Bapak?”

“Kita bisa mulai dengan saling mengenal dan meningkatkan hubungan bukan sekedar atasan dan bawahan, mungkin kekasih. Yang jelas aku akan tanggung jawab,” seru Zahir.

Penuturan pria itu cukup menenangkan bagai oase di gurun pasir dan memberikan kesejukan. Ada perasaan lega, bukan karena penawaran Zahir meski bukan pernyataan cinta secara langsung. Yang jelas pria itu akan bertanggung jawab. Sungguh pria idaman.

“Bapak serius mau tanggung jawab?”

“Hmm.” Zahir tersenyum meyakinkan dan membuat penampilannya semakin sempurna. “Sekarang bangunlah. Kamu perlu mandi atau mau aku bantu?” Bukan hanya menatap, Zahir bahkan mengerlingkan matanya.

Mungkin wajah Adel sudah merona karena malu. Ternyata pepatah ada hikmah di balik setiap kejadian, benar adanya dan ia mengalami sendiri. Semalam dengan atasannya akan berlanjut pada saling mengenal dan tanggung jawab, itu artinya mereka akan menikah.

“Ayo,” ucap Zahir sudah beranjak dari ranjang dan berdiri.

“Saya, bisa sendiri,” sahut Adel.

“Oke. Setelah ini kita sarapan, kamu butuh makan. Energimu sudah terkuras semalam, kamu luar biasa ya.”

Oh, tidak. Maksudnya aku galak di ranjang. Apa ini pujian atau hinaan, batin Adel.

“Jangan malu, justru laki-laki suka dengan perempuan yang bisa memberikan kepuas4n,” tutur Zahir masih dengan senyum memikatnya.

Tersenyumlah dan nikmati rayuanku, yang jelas aku puas sudah dapatkan tubuhmu. Tanggung jawab, jangan mimpi, batin Zahir.

\=\=\=\=\=

Hai ketemu lagi dengan karya aku,,, baca terus sampai tamat ya, 🥰🥰

Terpopuler

Comments

hiro_yoshi74

hiro_yoshi74

yuhuuuuu ....
akhirnya yg di tunggu " njebrol juga .....

2025-09-06

0

Felycia R. Fernandez

Felycia R. Fernandez

aku hadir kk Thor 🖐️🖐️🖐️
novel baru atau ada kaitan nya dengan novel sebelum nya kk Thor???

2025-09-06

0

de2 esih

de2 esih

aduhh aku ketinggln nih tau tau nya pas nongol udah ada karya baru aj,jahat nih kak dtyas gak ngasih aba aba dulu

2025-09-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!